38. Pernikahan.

36.6K 2.1K 21
                                        

Vote.
.
Vote.
.
Vote.
.
Bab Gus Atthar mau akad dengan Ning Azkiya.
.
Happy reading.
______________________

Setelah selesai dengan urusan dapurnya, Zahra kembali ke asrama untuk membereskan barang-barang yang sempat ditinggalkan. Ia akan pergi jauh setelah dilaksanakannya akad nikah. Ia tak mau menyakiti hatinya nanti, apalagi melihat kemesraan mereka berdua.

Zahra mengambil semua pakaiannya, Zahra mengambilnya dengan Air mata yang selalu turun membasahi kedua pipinya.

"Gue udah gak kuat disini, kalau boleh pergi gue bakalan pergi juga sekarang, tapi gue gak mau egois, gak mau ingkar janji sama teman-teman gue." Air matanya kembali luruh, namun ia segera menghapusnya dengan kasar.

Saat membereskan pakaiannya, pintu ada yang mengetuk. Zahra berdiri dan membuka pintu kamarnya.

"Ngapain kesini lagi, lo gak puas ya lihat gue yang udah kayak gini." Zahra terkekeh sinis.

Siapa lagi kalau bukan Azkiya yang menghampirinya.

"Aku mau minta maaf sama kamu. Aku tau aku jahat banget sama kamu, aku udah jadi penghalang buat kalian bersatu. Tapi aku mohon, kamu mau yah terima Gus Atthar." Ucap lirih Azkiya.

Zahra terkekeh, "Gue terima asal lo pergi dari sini dan gagalin pernikahan lo sendiri, mau? Gak kan. Lebih baik lo pergi, siapin pernikahan lo, jangan urusin gue." Sinis Zahra.

Azkiya melihat ada koper yang terbuka, "Kamu mau kemana bawa baju?" Tanya Azkiya.

"Enyah dari sini."

Azkiya menggeleng dan menyentuh lengan Zahra, namun malah di tepis kasar oleh sang pemilik, "Gak usah pegang-pegang bisa?" Tekan Zahra.

Azkiya menatap Zahra sendu, "Kamu jangan pergi, kamu harus tetap disini."

"Liatin lo bahagia sama orang yang gue cinta? Bodoh namanya."

"Udah, lo sekarang pergi dari hidup gue."

"Aku akan pergi setelah tugas terakhir aku selesai, Zahra."

Zahra terdiam sesaat. Apa maksud Azkiya? Apakah ia akan menemui ajalnya, ataukah yang dimasud tugasnya itu bahwa dia akan menikah dengan Gus Atthar?

Tak mau memikirkannya lagi, Zahra mengusir Azkiya. Namun, Azkiya menggelengnya, tapi tenaga Zahra lebih besar. Ia akhirnya keluar dari kamar Zahra.

Azkiya pergi ke ndalem untuk menemui orang tuanya, yang kemarin baru saja tiba. Azkiya mengajak Ummi Nisa, ibunya.

Ia membawa Umminya ke pinggir danau, tempat dimana ia bisa menenangkan diri sejenak.

Mereka duduk berdampingan dengan Azkiya yang bersender pada bahu Umminya. "Ummi, apa keputusan yang Kiya ambil adalah keputusan yang tepat ya?" Tanya Azkiya, menatap lekat wajah Umminya.

"Kamu bicara apa sih, Ki. Ini udah tepat." Ucap Nisa.

"Kalau keputusan Kiya mau dipoligami apa itu juga tepat?"

Nisa diam tak bisa menjawab pertanyaan putrinya, lidahnya kelu.

"Dengan penyakit yang Kiya derita mungkin akan tepat kan?" Azkiya terkekeh miris.

"Kamu bisa sembuh Ki, kamu jangan putus asa, Ummi yakin kamu sembuh, kamu harus tetap berobat. Kalau bisa kita ke luar negeri."

Azkiya menggeleng, menolak tawaran Umminya, "Kata Dokter, umur Kiya tinggal beberapa saat lagi, Ummi. Kemungkinan besarnya kurang dari 1 bulan Azki hidup."

Nisa merintihkan air matanya mendengar penuturan dari putri tunggalnya. Ia sangat tidak sanggup mendengarnya, apalagi harus ditinggalkan oleh anak satu-satunya.

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang