46. Kenyamanan.

34.8K 2.2K 75
                                    

Voment janlup.

Happy reading.
_______________________

Keesokkan harinya, Zahra tengah sibuk membereskan pakaiannya beserta pakaian sang suami, pasalnya mereka berdua akan pindah ke rumah baru.

"Gus masa pindah sih, nanti kalo kangen Abi, Ummi sama temen-temen disini gimana? Gak ada teman juga nantinya. Gus 'kan harus ngajar di kampus dari pagi sampe siang, kadang juga siang sampe sore. Mending juga disini aja. Nanti kalo dirumah baru Zahra sendirin, nanti kesepian Gus." Ucap Zahra.

Gus Atthar mengelus kepala Zahra, "Saya sudah menyiapkan rumah untuk keluarga saya, masa dianggurin. Nanti kalo ada penunggunya gimana?Lagian rumahnya nggak jauh dari sini. Cuma beberapa langkah aja dari ndalem. Nanti kamu masih bisa ke sini, ketemu Abi, Ummi, sama teman-teman kamu.."

Zahra membolakan matanya 'beberapa langkah' artinya dekat dong, pikirnya, "loh, gak jauh dari sini? Emangnya dimana? Kok Zahra gak tau kalo ada rumah disekitar sini."

"Ada, kamu tau rumah di belakang ndalem?"

"Emangnya ada rumah ya dibelakang ndalem, kok Zahra gak tau ya."

Gus Atthar menarik hidung Zahra, "Kemana aja gak tau rumah di belakang ndalem?"

Zahra mengelus hidungnya, "Dibelakang? Jangan-jangan kandang ayam ya. Iya kan?"

"Astaghfirullah, masa istri saya ditempatin di kandang ayam. Udah, mendingan kalo udah selesai beres-beresnya kita langsung kesana. Udah diberesin juga sama beberapa santri, jadi kita tinggal nempatin aja."

Zahra mengangguk patuh, padahal ia masih bingung dengan rumah yang suaminya maksud.

Setelah meminta izin pada Abi Umar dan Ummi Fara untuk menempati rumah barunya, akhirnya mereka sampai pada rumah berwarna putih berlantai dua.

"Oh ini rumahnya, agak gak kelihatan, ketutup sama pohon."

"Ngeles, bilang aja gak pernah lihat."

Zahra nyengir memang dia tidak pernah melihat atau ia malah tidak mempedulikan sekitarnya. Maklum, ia kalau sedang berjalan sangat fokus dengan tujuannya. Makanya ia tidak tau rumah ini.

"Ayo masuk."

Pasangan suami istri tersebut memasuki rumah, Zahra mengamati keadaan rumahnya yang sangat indah. Diruang tamu terdapat figura foto yang cukup besar, foto pernikahan mereka.

"Bagus banget loh, Gus rumahnya. Idaman Zahra banget."

"Kalo saya termasuk idaman kamu nggak?"

Zahra tersipu malu mendengarnya, Zahra menarik pelan lengan Gus Atthar. "Jangan ngomong terus deh, Gus. Ayo lanjutin tunjukin ruangannya. Zahra penasaran."

Gus Atthar terkekeh, kemudian melanjutkan langkahnya ke ruangan lain. Langkahnya terhenti di sebuah ruangan yang cukup besar.

"Ini kamar kita."

Setelah berkeliling menjelajah segala ruangan dirumah baru, tiba-tiba perut Gus Atthar berbunyi. Ia memegangi perutnya, waktu sarapan ia sudah makan, mengapa sekarang lapar kembali.

"Kenapa pegang-pegang perut terus? Laper?" Tanya Zahra sedikit ketus.

"Bukannya dimasakain, ini malah diketusin. Gak sopan kamu sama suami, mau jadi istri durhaka? Mau masuk neraka? Inget kejadian tadi malam kamu nggak nurut." Peringat Gus Atthar.

Karena takut dengan peringatan Gus Atthar, Zahra mencium tangan suaminya, "Iya Gus, suami ku yang paling ganteng. Maafin istri tercintanya ya. Jangan ngomong gitu, Zahra gak mau jadi istri durhaka apalagi masuk neraka."

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang