58. Tanggung Jawab

25.5K 1.7K 5
                                    

Vote dulu ya.

Happy Reading.
_______________

3 hari kemudian...

Para kerabat dari Zahra sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Sekarang hanya tinggal orang tua Gus Atthar, itu pun mereka harus meninggalkan Zahra dan Gus Atthar karena harus kembali ke pondok.

"Kalian benar ndak mau pulang ke pondok dan ingin menetap disini?" Tanya Ummi Fara.

Mereka mengangguk.

"Kita harus tetap disini Ummi. Rumah ini nggak akan kita biarkan kosong. Insya Allah 1 bulan sekali kita akan main kesana. Disini Atthar juga di percaya sama Almarhum Papah untuk mengurusi perusahaannya."

"Untuk masalah kampus, Atthar sudah bicara dengan pihak disana. Atthar cuti dan akan mengajar online."

Ummi Fara mengangguk lesu. Bagaimanapun ia juga paham dengan keadaan mereka, ia tak boleh egois. Tapi ia juga sedih, ia harus tinggal berdua dengan suaminya. Anak-anaknya sudah berumah tangga semua.

"Kita faham. Abi harap kamu akan selalu menjaga istri kamu. Bagaimanapun mendiang mertua kamu sudah memberikan Nduk Zahra sepenuhnya pada kamu." Nasihat Abi Umar.

"Iya, kamu harus jaga mantu kesayangan Ummi. Ummi ndak mau yah, kalau mantu Ummi ini sampai lecet. Awas nanti." Ancam Ummi Fara.

Gus Atthar dan Zahra terkekeh geli.

"Iya Ummi, Atthar akan jaga Zahra. Atthar juga berasa dianak tirikan." Gurau Gus Atthar.

*****

Setelah melaksanakan sholat Isya, mereka melakukan murajaah bersama. Terutama Zahra, ia harus menguatkan hafalannya karena selama sebulan ini pikirannya gampang terganggu. Tapi Alhamdulillah, Allah masih mempercayainya untuk terus mengingat hafalannya.

Gus Atthar bersyukur pada Allah karena telah memberikan istri yang kuat dan mau diajak di jalan Allah.

Gus Atthar juga faham, sekuat apapun raut wajah Zahra. Hati tetap lah hati, ia sangat rapuh.

"Terima kasih sudah mau menjadi istri Mas. Mas tidak tau lagi harus berkata apa lagi sama Allah selain kata syukur." Tutur lembut Gus Atthar.

Zahra tersenyum tulus, ia mengangkat tangannya dan mengelus rahang tegas suaminya.

"Terima kasih juga selalu menjadi penguat buat aku disaat aku tengah terpuruk. Menjadi orang paling sabar dalam menghadapi segala sifat yang aku punya."

Cup

Gus Atthar mengecup lama kening Zahra sebagai bentuk tanda cintanya.

"Semoga Allah selalu meridhoi pernikahan kita."

"Aamiin."

Zahra terbaring dipangkuan suaminya.

Gus Atthar mengelus dengan lembut perut istrinya.

"Kamu nggak mau ngidam atau kepingin apa gitu?" Heran Gus Atthar. Yang ia tau, wanita hamil akan selalu mengidam. Namun lain dengan istrinya.

"Nggak tau juga, nggak kepingin apa-apa sih. Cuma pengen deket lebih lama aja sama Abinya. Nggak mau jauh-jauh."

Gus Atthar tersenyum.

"Sehat terus anaknya Abi. Baik-baik didalam perut Umma. Jangan buat Umma kecapean apalagi sakit. Cepat keluarnya ya, Abi nggak sabar mau gendong kamu." Ucap lembut Gus Atthar pada perut istrinya.

"Aku juga nggak sabar mau main sama Abi dan Umma." Zahra menirukan suara anak kecil.

Gus Atthar tersenyum tulus menatap lekat wajah baby face istrinya.

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang