Happy Reading.
______________Saat ini Zahra dan Fira sedang berada di dalam ruangan Arumi dirawat. Sedangkan Adam dan Gus Atthar sedang ada urusan lain yang mengharuskan mereka pergi bersama.
Dengan telaten Zahra menyuapi Arumi dan sesekali mengelap sisa bubur yang sedikit blepotan.
"Mamah harus sembuh, sekarang Zahra mau ngurusin Mamah. Sebagai balas budi Zahra sama Mamah. Tapi, mau dibalas sebesar apapun Zahra membalasnya, ini semua nggak akan cukup buat balas semuanya." Ujar Zahra.
Arumi tersenyum mendengar penuturan dari Zahra. Ia ingin disisa-sisa umurnya, keluarganya mengurusinya dan merawatnya, hanya itu dan sekarang keinginannya benar-benar terwujud.
"Jangan lupa juga, kewajiban kamu pada suami." Ucap Arumi.
"Mamah bangga punya anak seperti kalian. Kalian baik sama Mamah dan Papah. Mamah juga beruntung punya kalian. Kalian yang dulu masih kecil sekarang sudah besar ya, enggak kerasa juga-" Arumi terdiam tak melanjutkan ucapannya.
"Karena Mamah sama Papah yang menjaga kita." Sahut Fira.
Arumi memegang tangan anaknya. Ia menatap lekat kaduanya.
"Kalau Mamah udah nggak ada, udah nggak ngurusin kalian. Mamah cuma minta satu sama kalian. Doakan Mamah yah. Jangan lupa juga seing-sering kunjungi rumah baru Mamah nanti. Mamah pengennya di Jakarta aja, kerena disini banyak keluarga kita. Kalian nanti sering-sering ya kesana. Doakan juga semoga Allah menutup semua aib-aib yang ada pada Mamah." Ucap Arumi lembut.
Zahra dan Fira menggeleng dan meruntuhkan pertahanan mereka.
"Mamah nggak boleh ngomong gitu, Mamah harus sembuh. Mamah mau kan punya cucu dari Zahra?" Arumi mengangguk.
"Aku pengen Mamah yang ada disamping aku nanti saat aku lahiran nanti."
Arumi menggeleng, "itu nggak mungkin sayang."
*****
Malam harinya, kondisi Arumi menurun drastis sampai harus dibantu dengan alat bantu pernafasan.
"Kondisi ibu Arumi sudah sangat lemah. Kita hanya menunggu keajaiban dari Allah, kerena hanya Allah yang dapat menyembuhkan ibu Arumi." Ucap Dokter.
Semua orang masuk ke dalam ruangan, melihat tubuh yang mulai kurus terbaring lemah diranjang.
"Mas, Mamah pasti sembuhkan? Mamah nggak akan ninggalin Zahra kan?" Tanya Zahra pada sang suami.
Gus Atthar mengangguk menyakinkan istrinya.
"Mamah pasti sembuh. Mamah pasti nggak akan sakit lagi. Kamu jangan lupa terus berdoa supaya Allah angkat semua penyakit Mamah." Gus Atthar membawa Zahra kedekapannya.
Jari tangan Arumi bergerak. Mulutnya memanggil nama Zahra. Zahra menghampirinya dengan air mata yang senantiasa mengalir membasahi pipinya.
"Ini Zahra, Mah... Mamah butuh apa?" Tanya lembut Zahra.
Arumi membuka matanya perlahan.
"Jangan nangis terus, kasihan air mata kamu. Mamah nggak butuh apa-apa, Mamah cuma mau dipeluk sama Zahra dan Fira untuk yang terakhir kali." Ucap lirih Arumi.
Fira menghampirinya dan segera memeluk tubuh Mamahnya.
Namun, berbeda dengan Zahra, dia hanya mendongakkan kepalanya tak tahan dengan semuanya. Ia tak ingin kehilangan orang yang sangat berarti dalam hidupnya.
Bagaimanapun rasanya sangat berat dan juga sakit jika orang tuanya mengatakan 'terakhir kali'.
"Zahra nggak mau peluk Mamah?" Tanya Arumi pada Zahra.

KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHTHAR [END]
SpiritualitéKisah tentang gadis kelas 12 SMA yang harus dipindahkan dari sekolah menuju pesatren milik sahabat ayahnya. Ia dipindahkan karena ayahnya tak mau Anaknya masuk dalam pergaulan yang bebas. Azzahra Nindia Chalista, gadis cantik, memiliki gigi gingsul...