Stttt...
Jangan siders ges.
Happy reading.
____________Dokter yang mengecek keadaan Azkiya keluar.
"Dok, bagaimana kondisi anak saya? Baik-baik saja kan?" Tanya Nisa.
Dokter menggeleng, "Mohon maaf, saya sudah berusaha semaksimal mungkin, namun pasien sudah tidak sanggup. Pasien dinyatakan meninggal dunia."
Deg...
Suara tangisan menyeluruh di depan ruangan Azkiya. Tubuh Nisa melemas, beruntung suami dengan sigap menahan tubuhnya. Karena sudah tidak sanggup mendengar penjelasan dari Dokter, ia pingsan.
Zahra terdiam mencerna ucapan Dokter. Kemudian ia langsung masuk ke dalam ruangan itu. Ia mengguncang-guncangkan tubuh Azkiya, berharap Azkiya masih hidup.
"Lo bangun, jangan bercanda gini. Lo harus hidup." Sentak pada tubuh Azkiya yang sudah tertutup kain putih.
Zahra membuka kain putih pada wajah Azkiya, wajahnya pucat dan dingin, ia tersenyum hangat. Melihat wajah itu, rasanya ia merasa bersalah. Ia yakin jika ia tidak ada di pesantren ini, Azkiya masih hidup.
"Gue minta maaf... plis lo bangun... jangan buat gue merasa bersalah terus. Gue mohon..."
Zahra menangkup pipi Azkiya, "Lo jahat banget sama gue, ninggalin gue dengan keinginan terbesar lo. Bangun kak... kasihan orang tua lo, mereka butuh lo."
Beberapa saat kemudian, Nisa tersadar dari pingsannya, ia ingin sekali berlari ke dalam, namun tenaganya tidak memungkinkan, alhasil ia hanya bisa berjalan dipapah oleh suaminya menuju jenazah Azkiya.
Nisa mendekap tubuh anaknya yang sudah tak bernyawa, mengecupi wajahnya.
"Terima kasih sudah menjadi pengemangat buat Ummi. Kiya sudah ndak sakit lagi yah sayang. Tunggu Ummi dan Abi nanti ya disana. Bahagia disana, Ummi dan Abi akan selalu mendoakan kamu dari sini. Tenang disana, Ummi sayang sama Kiya."
Kyai Rahman mengelus kepala anaknya dan mengecup kening Azkiya.
"Abi ikhlaskan kamu pergi. Selamat jalan bidadari ku." Kyai Rahman mengecup kembali kening Azkiya untuk yang terakhir kali.
Setelah itu, jenazah Azkiya siap untuk dimandikan.
Nisa dan Kyai Rahman mengikhlaskan kepergian Azkiya. Sangat berat memang, namun ini takdir yang terbaik yang Allah berikan.
Anaknya sudah tidak merasakan sakit kembali.
Zahra memeluk tubuh Nisa.
"Maafin Zahra, Ummi, Karena Zahra, Kak Azki meninggal."
Nisa menggeleng dan membalas pelukan Zahra, "Ini sudah takdir terbaik dari Allah sayang. Jangan salahkan diri kamu atas kematian Kiya. Ummi sudah ikhlas jika Ummi harus berpisah dengan anak Ummi. Ummi juga berterima kasih, kamu sudah mau memaafkan Kiya dan menuruti permintaan terakhirnya."
Nisa melapaskan pelukannya, ia mengusap wajah Zahra.
"Jangan nangis terus, nanti Kiya jadi sedih."
Zahra terkekeh pelan, "Ummi juga nangis terus." Zahra juga mengusap air mata pada wajah Nisa.
Nisa mengelus kepala Zahra.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAHTHAR [END]
SpiritualKisah tentang gadis kelas 12 SMA yang harus dipindahkan dari sekolah menuju pesatren milik sahabat ayahnya. Ia dipindahkan karena ayahnya tak mau Anaknya masuk dalam pergaulan yang bebas. Azzahra Nindia Chalista, gadis cantik, memiliki gigi gingsul...