56. Kucing Pasar

1.9K 312 16
                                    

"Mas, beberapa hari yang lalu Tante Zania sama Lia ke kafe." Abi berhenti sejenak dari kegiatan menyuapi mulutnya. Namun hanya sebentar. Ia kembali memasukkan potongan bakso berikutnya yang sudah mengantri untuk masuk.

Setelah beberapa hari ke belakang hal ini mengganggu pikiranku, baru hari ini aku memiliki keberanian untuk mengutarakannya. Mulanya aku hendak menunggu saat suasana hati sedang baik, agar ia tidak marah padaku karena aku memulai pembahasan yang tidak pernah ia ceritakan sebelumnya. Namun aku mendadak berubah pikiran karena tak ingin merusak suasana hatinya.

Di sisi lain, jika aku mengutarakan isi kepalaku pada Abi ketika ia sedang kusut sepulang kerja, kejadiannya bakal lebih gawat lagi. Aku tak tau apa yang ia hadapi ketika bekerja. Sesampai di rumah bukannya tenang, ia malah semakin kesal karena aku mengusiknya. Serba salah memang. Namun pada akhirnya aku memilih untuk mengatakan ini saat suasana hati Abi sedang baik seperti sekarang.

Tante Zania dan Lia datang menemuiku bukan tanpa alasan. Mereka membicarakan hal penting yang tak bisa mereka bahas langsung dengan Abi karena penolakan sudah pernah mereka terima. Oleh sebab itu mereka datang untuk menjelaskan situasi agar aku bisa membantu membujuk Abi.

Mengenai warisan yang ditinggalkan oleh ibu mertuaku, Bu Yumna, sebagian besar diwariskan pada Lia. Namun hanya harta yang didapat oleh Bu Yumna ketika ia menikah bersama almarhum suaminya, ayahnya Lia. Sementara harta yang ia dapat ketika masih bersama papa Abi ternyata sudah ia pisahkan sedari dulu.

Dua diantara warisan yang diperuntukkan bagi Abi adalah berupa rumah yang ditinggali oleh Abi semasa kecil dulu di Payakumbuh serta sebuah toko pakaian di kota Pekanbaru. Kata Tante Zania, toko pakaian itu dibuat ketika papa dan mama Abi menikah. Mereka berdua turut berperan dalam membangun toko itu hingga jadi seperti sekarang. Pembukuannya sengaja dipisahkan dengan toko-toko lain yang dikembangkan oleh Bu Yumna ketika ia memutuskan untuk menikah lagi.

Ribet memang, tapi Bu Yumna berhasil membuat semuanya memiliki batas yang jelas dan pasti. Namun yang menjadi permasalahan sekarang adalah Abi tak mau menerima satupun warisan dari ibunya. Padahal sebelum Bu Yumna meninggal, ia juga sudah menulis wasiat terkait hal itu.

Tak ada seorang pun yang berhasil membujuk Abi hingga sekarang. Pak Wahyu bahkan sudah turun tangan langsung untuk berbicara dengan Abi. Tapi Abi tetap pada keputusannya. Ia tak menyampaikan dengan jelas alasan ia menolak menerima warisan itu. Maka dari itu, keluarga ibunya masih berusaha untuk membujuk Abi hingga sekarang. Kali ini mereka butuh bantuanku.

Dugaan Tante Zania adalah karena semasa hidup bersama Abi setelah sekian tahun berpisah, Bu Yumna juga tidak mau menerima sepeserpun uang dari Abi. Ia memang tak menolak jika Abi membelikan sesuatu berupa makanan atau kebutuhan sehari-hari, tapi ia dengan tegas akan menolak ketika Abi memberikan uang.

Satu-satunya yang bisa dilakukan Abi jika ingin membantu ibunya memenuhi kebutuhan rumah tangga adalah dengan berbelanja sendiri. Karena kalau berbentuk barang, ibunya tak akan menolak sebab sudah terlanjur dibeli. Bahkan ketika Abi mengajak ibunya pindah ke rumah ini, Bu Yumna juga menolak.

Bu Yumna melakukan ini bukan tanpa alasan. Ia merasa tak berhak menikmati keberhasilan Abi karena ia tak turut andil dalam membesarkan Abi sehingga tumbuh jadi seperti sekarang. Makanya ia tak mau menikmati keberhasilan Abi karena ia akan teringat dengan rasa bersalahnya.

Butuh waktu bagiku untuk membicarakan hal ini pada Abi. Karena aku sadar ia terluka dengan penolakan yang diberikan ibunya dulu. Tapi bukan berarti ia menolak untuk menerima apa yang sudah diwariskan untuknya. Dengan menerima warisan itu, aku berharap rasa bersalah Bu Yumna akan berkurang. Melalui warisan tersebut, Abi bisa menerima bentuk perhatian dari ibunya meskipun saat ini beliau sudah tiada.

Di Balik Kacamata [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang