"Tumben banget mau ikut." Ledek Vika.
Entah setan apa yang merasukiku pagi ini hingga aku mau beranjak dari ranjang yang memberi kenyamanan tak terhingga. Aku mau saja saat diajak olahraga di lapangan tak jauh dari kosan. Kata Vika, setiap hari Minggu lapangan selalu ramai. Bukan hanya ada ibu-ibu yang senam jantung sehat, ada pula para pemuda dan pemudi yang bermain voli atau basket. Yang sekedar lari keliling lapangan pun ada.
"Gue penasaran lo lagi ngintai apaan, karena tiap hari Minggu pasti bangunnya lebih pagi." Itulah anehnya manusia ini. Di saat orang bermalas-malasan ketika hari Minggu datang, ia justru sudah bersiap sejak subuh. Dandannya sungguh lama. Selalu saja ada yang kurang. Bahkan tak segan-segan untuk mengganggu orang yang terlelap hanya untuk menanyakan pendapat yang kadang tak penting.
Alasan utama aku ikut dengan Vika hari ini adalah memang karena ingin berolahraga. Efek makan makanan berminyak dalam jumlah banyak kemarin membuat aku harus bergerak lebih sering dari biasanya.
"Kak Naya penasaran banget sama hidup gue." Bukan penasaran, tapi sekedar ingin tau saja. "Hari Minggu gue bisa cuci mata tau, Kak. Kalau mau cuci mata di kampus harus ke fakultas teknik dulu, jauh. Kalau ada yang lebih dekat kenapa tidak dimanfaatkan bukan?"
Kalau buatku, cuci mata adalah dengan berkeliling toko atau pasar. Meskipun cuma lihat-lihat, tapi rasa ingin membeli sedikit terobati. Kalau nemu yang cocok di hati, semakin semangat untuk menempa diri. Dengan bekerja keras tentunya.
"Yang main voli cewek apa cowok?" Aku tak terlalu pintar berolahraga, tapi bisa. Kalau hari biasa aku hanya berolahraga ringan di kamar dengan bantuan karpet. Zaman sekarang, olahraga bisa dilakukan di mana saja. Meskipun banyak makan, tapi kelangsingan tubuhku tetap terjaga. Yang paling penting adalah aku tetap sehat dan fit ketika bekerja.
Biasanya aku berolahraga saat pagi sebelum mandi. Kadang kala olahraga sambil rebahan sepulang kantor. Hanya beberapa menit namun cukup efektif untuk membakar lemak membandel yang sungguh meresahkan. Di bagian perut adalah yang paling membuat pusing.
"Kadang gabung sih Kak. Lebih banyak cewek yang main. Tau sendiri di sini banyak banget kos cewek." Pantas saja lapangan ramai saat Minggu. Lagian area car free day cukup jauh dari sini. Mau pergi ke sana pun malas. Tidak seru kalau harus naik kendaraan. Lebih baik pulang pergi jalan kaki. Kan tujuannya berolahraga. "Kak, tau gak alasan utama kenapa gue betah tiap minggu ke sini?" Bukannya tadi ia mengatakan kalau ingin cuci mata? Apakah ada alasan lain?
Mataku menyapu bersih pemandangan di sekitar lapangan. Hanya ada beberapa penjual makanan dan minuman. Sudah pasti bukan itu alasannya, karena Vika selalu mengeluh lapar setiap kali pulang berolahraga.
"Karena bisa seru-seruan bareng bu-ibu?" Vika terbahak keras dan langsung berlari ke arah ibu-ibu yang sedang pemanasan dipandu oleh instruktur senam.
Oke, aku tak akan ikut ke sana dan memilih untuk duduk di totoar sambil mengamati situasi sebelum mulai membakar lemak. Terdapat dua lapangan yang posisinya tak berjauhan, yaitu lapangan basket dan voli yang dikelilingi oleh jalan beraspal untuk tempat berlari ataupun berjalan santai. Di tepi jalanan beraspal terdapat tanah yang ditumbuhi rerumputan yang bisa digunakan sebagai tempat bersantai. Jatah untuk ibu-ibu adalah di depan kantor desa, yang berada tepat di samping lapangan luas itu.
Keadaan seperti ini mengingatkanku pada kota asalku. Dulu, aku dan saudara-saudaraku juga sering berolahraga di Lapangan Wirabraja, atau sering disebut dengan Lapangan Kantin. Lapangannya cukup luas dan ada lapangan voli serta lapangan basket. Kalau hari Minggu, biasanya ada senam bersama yang dilakukan oleh berbagai golongan usia.
Cukup banyak juga yang ikut. Apalagi terdapat berbagai makanan yang dijajakan. Sehabis olahraga, waktunya mengisi perut. Kadang aku merasa kalau olahraga yang aku lakukan percuma. Sebab setelah itu aku jadi makin bersemangat menyantap makanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Kacamata [END]
ChickLitHidup di perantauan, jauh dari keluarga, jauh dari rumah, selalu merasa sendiri meskipun ada banyak orang di kota metropolitan yang hampir sama padatnya dengan ibu kota. Perjalanan hidup yang tak mudah, apalagi bagi wanita yang sudah berusia lebih d...