Detik demi detik berlalu. Begitulah cara kehidupan terus berjalan tanpa henti. Detik yang telah lewat menjadi kenangan, detik sekarang adalah kenyataan, sementara detik yang akan datang merupakan rahasia yang hanya diketahui oleh Sang Pencipta.
Terlalu banyak rahasia yang telah disiapkan untuk manusia. Tanpa kita sadari, bahwa kadang rahasia itu terlalu mustahil untuk terjadi. Tapi Tuhan mampu melakukannya. Sebesar itulah kuasa-Nya.
Ternyata memang benar ya kata orang, selama apapun kita mengenal seseorang, kita tak benar-benar bisa memahaminya seratus persen. Akan ada hal baru yang tak pernah kita lihat dan alami sebelumnya, yang menjadi rahasia tak terduga karangan Tuhan. Aku pun telah mengalami hal serupa. Dan hal itu akan terus berlanjut ke depannya.
Abi banyak berubah semenjak tau aku hamil. Perhatiannya sudah pasti lebih besar dari biasanya, sebab ada dua nyawa yang harus ia jaga. Selain itu Abi juga mulai mengurangi kebiasannya membuatku kesal seperti main game sampai larut malam dan kerja hingga lupa waktu.
Abi menggantinya dengan menemaniku. Ia tampak sangat menikmati waktu untuk mengusap perutku sebelum buncitnya kembali datar. Ah, tak sepenuhnya datar sih, gara-gara selalu dipasok dengan makanan yang enak.
Sekarang gantian, aku yang sering membuatnya kesal. Meskipun tak terang-terangan menunjukkannya, tapi aku telah menyadari kalau saat hamil aku pun berubah banyak. Satu hal yang tak bisa dilupakan adalah akan ada waktu dimana aku tak suka berdekatan dengan Abi. Bukannya ingin membela diri, tapi ini murni bukan keinginanku.
Beberapa kali kami tak tidur seranjang karena mencium aroma tubuh Abi membuat aku mual. Mulanya aku tak tau alasannya. Segala cara sudah dicoba seperti mengganti sabun mandi, parfum, bahkan mengharuskan Abi mandi berulangkali, tapi tetap tak berhasil. Pada akhirnya kami menyadari kalau sepertinya anak kami terlalu posesif sehingga tak membiarkan Abi berada di dekatku.
Abi mengalah dan memilih untuk tidur di bawah dengan bermodalkan kasur yang ia bawa dari lantai dua. Jika aku terlampau rewel, dia bahkan sampai terpaksa mengungsi di kamar lain. Sayangnya kelabilanku semakin menjadi-jadi setelahnya. Karena aku akan menangis jika tak menemukan Abi di sampingku. Ujung-ujungnya dia akan pindah lagi.
Aku sadar kalau aku sangat merepotkannya. Semua rasa bersalah aku utarakan ketika sedang menunggu pembukaan lengkap. Sungguh licik sekali memang, berharap dimaafkan ketika sedang kesakitan.
Kepedulian Abi semakin ekstra ketika kami mengetahui bahwa aku mengandung anak kembar. Keherananku tentang ukuran perutku yang lebih besar dibandingkan wanita hamil pada umumnya akhirnya terjawab lewat USG kedua. Hasil itulah yang membuat aku, Umi, dan Manda Misya menangis berjemaah di ruang pemeriksaan.
Ternyata Tuhan begitu baik padaku. Bahkan sangat baik. Tuhan sempat mengambil apa yang telah Dia berikan padaku. Tapi kemudian ia memberikan kebahagiaan berkali lipat. Aku sama sekali tak menduga hal ini terjadi.
Sejak hamil, Umi sering menginap di rumah kami. Bukan sekali dua kali Umi memasakkan makanan yang enak untuk aku dan Abi. Meskipun sudah dilarang, Umi tetap melakukannya.
Ditambah lagi ketika kehamilanku sudah menuju bulan ketujuh. Umi sendiri yang menyiapkan acara tujuh bulanan. Aku dan Abi bahkan tak mengeluarkan uang sepeserpun, hanya tinggal duduk manis saja. Aku baru sadar kerasa kepala Abi itu bersumber dari mana. Tentu saja dari neneknya.
Sempat terjadi banyak sekali drama yang membuat Abi sangat kelelahan menghadapi tingkahku. Tapi berkat kesabaran yang ia miliki, masa itu berhasil terlewati dengan baik. Buah dari kelapangan hatinya menghadirkan dua jagoan kecil yang menjadi kebanggaan bagi keluarga kecil kami.
Terlahir kembar identik membuat mereka susah dibedakan. Di awal kelahiran, Abi sering salah orang. Tapi seiring berjalannya waktu, dia mulai menemukan perbedaan diantara keduanya. Bukan lewat rupa, tapi sifat. Jika yang ia gendong anteng dan tidak merengek, berarti dia adalah anak tertua kami, Kenan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Balik Kacamata [END]
ChickLitHidup di perantauan, jauh dari keluarga, jauh dari rumah, selalu merasa sendiri meskipun ada banyak orang di kota metropolitan yang hampir sama padatnya dengan ibu kota. Perjalanan hidup yang tak mudah, apalagi bagi wanita yang sudah berusia lebih d...