Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lunaby terbangun karena rasa sakit yang dirasanya pada bagian perutnya. Rasa sakit yang dialaminya itu merupakan akibat dari terjadinya kontraksi palsu yang sudah beberapa hari ini ia rasakan.
Lunaby mendudukkan tubuhnya di atas ranjang miliknya dengan sekuat tenaga. Perutnya yang sudah sangat membesar membuat Lunaby sering mengalami kesulitan dalam menggerakkan tubuhnya. Tangan wanita itu lalu bergerak mengelus pelan perutnya dengan sayang, "Hey, chill okay? Mama hanya sendiri di rumah ini, kalian harus bersabar dengan kelambatan Mama."
Bertepatan dengan Lunaby yang berkata seperti itu ke janinnya, tendangan cukup kencang pun Lunaby rasakan di perutnya yang langsung membuat wanita itu meringis. "Aw, that one hurts."
"Lapar ya? Sabar, Mama need lots of time to grab something in the kitchen. Mama juga sangat lapar." ucap Lunaby kepada bayinya ditengah perjalanannya menuju dapur.
Ketika sudah sampai di dapur, Lunaby langsung membuka pendingin miliknya dan mengambil sebuah apel untuk ia santap. Ditengah-tengah kegiatannya memotong apel, perutnya yang kembali mengalami kontraksi membuat Lunaby menghentikan kegiatannya.
"Ya Tuhan." rintih Lunaby sembari memegang perutnya. Tangan wanita itu mengelus perutnya, "Honey, please, kita tunggu Auntie Elea pulang ya? Atau Uncle Karl. Mama tidak bisa melakukan persalinan sendiri, Mama membutuhkan mereka."
Tidak seperti biasanya yang rasa kontraksinya akan sedikit berkurang usai dia berkata seperti itu, kali ini Lunaby justru semakin mendapatkan rasa sakit yang lebih. Kontraksi yang dirasakan juga sedikit berbeda dengan kontraksi-kontraksi palsu yang sebelumnya ia rasakan. Lunaby merintih sakit, tangannya yang tidak memegang perut bahkan sudah mecengkram ujung meja dengan sangat kuat.
"Ya Tuhan." rintih Lunaby, dengan air mata yang sudah menetes.
Lunaby tahu bahwa kontraksi ini bisa saja merupakan kontraksi asli yang menandakan sudah waktunya dia untuk melahirkan. Tetapi yang membuat Lunaby tidak bisa melakukan apapun ialah kondisi Lunaby yang saat ini hanya seorang diri. Lunaby membutuhkan Elea atau Karl untuk membawanya ke rumah sakit, tetapi mereka berdua sedang pergi ke kota untuk membelikan beberapa perlengkapan bayi.
Rasa sakit yang Lunaby rasakan di perutnya semakin menjadi. Tubuh wanita itu bahkan saat ini sudah berada di lantai, karena kaki Lunaby yang sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya. Lunaby menangis. Dia membutuhkan seseorang, siapa pun itu. Teriakan yang sedari tadi Lunaby lontarkan bahkan tidak ada gunanya, karena jarak antar rumah di lokasi itu yang sangatlah berjauhan.
Lunaby hanya bisa merintih seraya berdoa meminta pertolongan, hingga tubuhnya yang kelelahan pun membuat Lunaby terdiam seiring dengan pengelihatannya yang menghitam.
_____
Cahaya putih yang berasal dari atas tubuhnya membuat Lunaby perlahan membuka matanya. Matanya yang perlahan terbuka mencoba untuk melihat keseliling tempat di mana ia berada. Matanya pun memincing, ketika menyadari bahwa Lunaby tengah berada di sebuah ruangan yang berada di rumah sakit.