Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Senyuman dari Gerald Gallagher tidak pernah lepas dari bibir pria itu, ketika ia menatap ke arah ruang keluarga di rumah kedua orang tuanya, dan melihat seluruh bagian dari keluarganya tengah berkumpul.
Kedua orang tuanya, keluarga kakak dan adiknya, dan versi mini dari mereka yang sedari tadi tidak pernah bisa berhenti berlari-larian di dalam rumah berluasan hektar tersebut. Mereka semua kini berbaur menjadi satu di dalam ruangan tersebut, membuat vokal point dari rumah besar tersebut langsung berganti menjadi mereka.
Tidak ada kesedihan. Ruangan itu dan masing-masing dari penghuninya semua dilanda oleh kebahagiaan mereka masing-masing. Kebahagiaan akan pasangan, anak dan cucu, keluarga, semua kebahagiaan yang menjadi satu saling bersinkroni antar satu sama lain.
Rupanya kebahagiaan tidak hanya meliputi bagian keluarganya saja, melainkan juga Gerald. Pria itu tidak pernah berada di titik terbahagianya hingga saat ini, terutama ketika kedua netranya menangkap seorang anak kecil yang tengah berlari ke arahnya. Membungkukkan tubuh, Gerald dengan mudahnya membawa tubuh anak itu ke dalam gendongannya.
"Papa!"
Gerald menyematkan kecupan singkat di pipi anak itu, "Yes?"
"Look!" anak itu mengangkat satu tangannya yang sedang memegang sebuah bunga lily. "Aero took me to the garden and we found this!"
Gerald mendekatkan bibirnya di telinga sang putra, "The flower belongs to Grandmama, Benji."
"But Aero said he always gives his mom a flower from there."
"Aero sudah mendapatkan izin Grandmama untuk melakukannya, and you? Have you got Grandmama's permission to do that?" balas Gerald.
Benjamin menundukkan wajahnya seraya menggeleng, "No, Papa."
Gerald tersenyum, "Apabila Benji ingin memberikan bunga ini kepada Mama, Benji harus izin dulu ke Grandmama untuk meminta bunganya."
"Bagaimana kalau Grandmama marah?"
"Grandmama akan jauh lebih marah, apabila kamu tidak izin terlebih dahulu kepadanya." Gerald merapihkan rambut Benjamin, "Benji, it's totally fine if you wanna give Mama the flower, but it have to be under Grandmama's permission."
"Grandmama yang membantu tanaman untuk menghasilkan bunganya, jadi Benji harus menghormati Grandmama sebagai pemilik." lanjut Gerald. "Bagaimana, apa Benji mengerti?"
Benjamin mengangguk pelan, sebelum kembali berbisik ke ayahnya. "Benji ingin seperti Grandmama."
"Oh ya?" sahut Gerald tertarik, "Memangnya ada apa dengan Grandmama?"
"Because Grandmama has a lot of flowers!"
Gerald tertawa, pria itu menurunkan tubuh Benjamin dari gendongannya. "Go meet your Grandmama and ask her."