"Bang Zidan!." setelah pertemuan dengan Mars dan menjalin hubungan sebagai teman. Mereka menjadi semakin dekat tadi juga Mars mengajak untuk kerumahnya namun Cia menolak karna hari sudah mulai sore. Kini, Cia berada dikamar Zidan sekedar memastikan kalau abangnya baik baik saja.
"Ya." jawab Zidan dengan suara agak lemah serta serak karna habis bangun dari tidurnya.
"Abang udah makan?." tanya Cia.
"Udah." zidan tersenyum lembut.
"Oh." Cia mengganguk anggukan kepalanya sebentar dan kemudian langsung pamit untuk menuju keruang makan meninggalkan Zidan yang tengah melongo dengan mata tak berkedip sekalipun.
"Udah gitu doang. Nggak ada cium, peluk, cipika cipiki gituh?." Zidan menghela nafas panjang.
"Sabar Zidan, sabar. Orang sabar jodohnya Cia." ucapnya tersenyum senyum sendiri bagaikan orang gila.
Perlahan tapi pasti kaki jenjang nan mulus Cia melangkah menuruni satu persatu anak tangga. Mata bulat milik Cia tak sengaja melihat Daddy Al dan Altares yang ingin makan malam.
"Oh Daddy tumben pulang cepet." basa basi Cia saat sudah sampai diruang makan dan duduk.
"Kenapa, kangen 'ya?." Daddy Al membalas dengan kekehan merdu.
"Nggak!. Cuma kangen sama uang Daddy aja." Cia menggeleng dan tangan terulur kedepan meminta uang.
"Nih." Daddy Al memberikan uang ke Cia tanpa ragu ragu. Cia menerima dengan senang hati. Para pelayan dengan sigap meletakan makanan untuk makan malam ke meja dengan rapi. Dan untuk kejadian ledakan didapur Daddy Al sudah mengetahuinya.
Mereka bertiga langsung menyantap makanan dalam hening, sesekali Daddy Al meminta lauk yang ada didepan Cia untuk mengambilnya. Setelah selesai makan, Cia dan Daddy Al serta Altares menuju keruang keluarga sekedar untuk ngobrol ataupun gosip.
"Dimana Mommy kalian, Kaira." ucap dingin Daddy Al saat sudah duduk dikursi.
"Mana kutahu. Mati kali." Cia menjawab yang paling pertama, nadanya sedikit acuh tak acuh.
Ting.
"Tuan. Sungguh anda tak berperikejaninan." sistem berucap dengan nada mendrama. Cia hanya pura pura tuli saat sistemnya berucap.
"Belum pulang Dad." nah ini baru yang waras. Daddy Al memijat pelipisnya dan membuang nafas panjang. Altares hanya diam melihat tingkah daddynya yang berbeda dari biasanya. Yah. Maksudnya tumben Daddynya mencari Mommy biasanya hanya acuh. Pikir Altares.
"Tolong sampai 'kan ke Mommy kalian jika pulang harus tanda tangan surat perceraian!." tegas Daddy Al membuat kedua bersaudara itu tersentak kaget dan melongo.
"APA CERAI?!." Altares berteriak dengan nada terkejut.
"YEY DADDY JADI MAS DUDA!!." Cia berteriak kesenengan dengan kedua tangan saling bertepuk tangan diiringi tawa darinya.
______
Dipagi harinya, dengan cuaca sedikit mendung. Cia dan Altares sedang ingin melangsungkan sarapan pagi tanpa adanya Daddy yang memang sekarang ada rapat penting dengan clientnya dari luar negri.
"Mas, aku pulang!." seru Kaira yang baru pulang dan langsung menuju kearah ruang makan dengan raut polos nan ceria. Sontak kedua bersaudara itu mengalihkan perhatian dari makanan mereka, menatap Kaira dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Baru pulang lo!." sentak Altares menatap sinis Kaira. Kaira yang ditatap hanya menampilkan raut bingung.
"Ibu macam apa lo, bukannya beres beres rumah, masak buat keluarga. Keluyuran terus!." ucapnya pedas. Hampir saja Cia tersedak makanan karna ucapan Altares yang pedas. Seakan teringat dengan sesuatu, Cia memberikan kertas putih kepada kaira.
"Apa ini?." tanyanya ketika sudah menerima kertas putih itu.
"Surat cerai." jawab Cia santai.
"APA!!." kagetnya bukan main.
"Dan kata Daddy disuruh buat tanda tangan surat perceraian." jelas Cia memberikan pulpen kepada Kaira.
"Sialan ini pasti bohong 'kan. Nggak mungkin ini nggak mungkin!." ucapnya dengan amarah mengebu ngebu. Cia hanya memutar bola matanya malas.
"Ini pasti akal akalan kamu 'kan biar saya keluar dari sini!." Kaira menatap marah Cia dan menunjuk tepat diwajah Cia.
"Sialan! Mati saja kamu!!." ucapnya mendorong Cia dengan kuat hingga membuat Cia terhuyung dan jidatnya terkena lantai mengakibatkan darah segar mengalir. Mata Altares melotot kaget, dia ingin menolong Cia agar tak didorong. Namun, gerakan Kaira lebih cepat dibanding langkah kakinya yang harus memutari meja.
"CIA!!." teriak Altares menghampiri Cia, dia mengangkat kepala Cia dan menepuk nepuk pelan pipi Cia agar tersadar. Kesadaran Cia mulai menurun, dia tak bisa apa apa hanya bisa menahan rasa sakit dikepalanya.
"Cia jangan tidur, tetep buka mata oke!." peringat Altares yang malah tak dituruti Cia. Mata Cia mulai menutup perlahan lahan membuat Altares panik dan mengangkat Cia kegendongannya dengan susah payah.
"Awas lo, sampai Cia kenapa kenapa gue bunuh lo!." deliknya tajam dan kemudian berlalu pergi kerumah sakit terdekat meninggalkan Kaira yang mengepalkan tangan lalu mengambil vas yang ada dimeja makan dan membantingnya keras.
Prang.
"Gue nggak bisa lama lama disini! Gue harus kabur!." Kaira berlari menuju kamarnya dan mengemas ngemas barang yang diperlukan. Dia celingak celinguk agar tak ada yang tau jika dirinya kabur dari rumah lalu berlari keluar menggunakan pintu belakang.
Disisi Cia dan Altares.
"DOKTER! DOKTER! KELUAR LO ANJING SEBELUM GUE BOM!!." bentaknya saat sudah sampai dirumah sakit. Dokter dan suster yang mendengar itu sontak berlari tergesa gesa dengan membawa brankar.
Altares membaringkan Cia dibrankar dan kemudian mendorongnya bersama dokter dan suster keruang operasi.
"Maaf tuan, anda dilarang masuk." setelah mengatakan itu, suster langsung menutup pintu kaca ruang operasi dan melangsungkan operasinya bersama dokter meninggalkan Altares yang sedang mengacak acak rambutnya frustasi.
"Sial!." umpatnya.
Bugh.
Satu bogeman keras dilayangkan untuk tembok. Altares terduduk merasa dirinya tak becus menjaga adik perempuan satu satunya.
"Gue gagal jaga adek gue. Gue gagal!." gumamnya dengan mata berkaca kaca.
2 jam berlalu namun pintu operasi masih ditutup membuat Altares khawatir bahkan dia mondar mandir didepan pintu sembari menggigit kuku jempolnya.
Ting.
Pintu kaca ruang operasi terbuka menampakan seorang dokter yang tengah melepas masker dan sarung tangan berwarna biru miliknya. Altares yang melihat itu langsung menghampiri sang dokter dengan degup jantung yang menggila.
"Dok gimana keadaan adek saya dok? Operasinya berjalan lancar 'kan dok? Jawab dok!." desak Altares yang tak sabaran.
Huft...
Nampak dokter itu menghela nafas panjang serta menggelengkan kepalanya pelan.
"Maaf." kata dokter menundukan kepalanya.
End(?)
Penulis:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Aleciana [END]
FantasyWarning Area!!!=Berbau ++/dewasa, terdapat kata-kata kasar, umpatan, kekerasan, bahasa campur, kissing, skinship!. Start:27 -2 -2022 Finish: 3-7-2022 Status:[END] ------------------------------------------- "AAAAHKK!!. " triaknya menggema diruangan...