41

8.3K 600 15
                                    

'Abang?!.'

'Ngapain abang kesini? Bukannya abang ada didunia nyata?.' batin Cia sembari mengucek ngucek matanya.

"Abang!." pangil Cia kepada pemuda yang dilihatnya. Pemuda itu membalikan badannya yang mana membuat Cia terkejut. Pemuda itu ternyata...

Elbarack, sahabat Cia.

"Huh, so-sorry El." kikuk Cia mengaruk tengkuknya yang tak gatal. Sementara El malah tersenyum sembari menggeleng kepala kecil dan berjalan mendekat kearah Cia.

Srek

El menarik pergelangan tangan Cia agar terjatuh dalam pelukannya dengan tangan yang sekarang melingkar dipingang Cia dengan tatapan lembutnya. Hei! Hei! Jangan lupakan beberapa pemuda yang sedang terbakar api cemburu, apalagi Boy.

"Abang kangen banget sama Cia."

Deg!

Suara, tatapan yang lembut, senyum manis, cara memeluk semuanya sama dengan abang angkatnya yang ada didunia nyata. Dia rindu itu semua sangat rindu.

"Abang?." tanya Cia dengan ragu.

"Gue nggak paham sumpah ama situasi sekarang." gumam Samuel dengan kedua telunjuknya berada dikeningnya seperti Roy kiyoshi.

"Ravindra Malik Narendra kamu ingat?." benar benar diluar dugaan! Alur sepertinya sudah sangat berubah. Ravindra abang angkatnya yang begitu menyayanginya disaat dulu sebelum bertemu Nathan, suaminya.

"Lalu kak Gita dimana?." tanya Cia memeluk abangnya dengan sayang sekaligus rindu yang mendalam kini menguar.

"Cih, kamu masih mikirin kakak kamu itu? Benar benar." geramnya sembari memutar bola matanya malas.

"Kenapa? 'kan dia kakak Cia juga.".ucap Cia melepas pelukan.

"Lagipula Cia nggak tau lagi mau kemana kalo nggak ditolongin sama kalian." lanjutnya lagi menunduk dengan sedih.

"Heh, dia udah bikin kamu menderita masih aja mikirin dia. Benar benar gadis yang baik." ucapnya mengusap usap kepala adiknya sembari tersenyum kecil.

Semuanya terdiam mencerna kejadian yang tiba tiba saja diluar dugaan mereka. Hari ini mungkin adalah hari keberuntungan Cia dan juga hari yang melelahkan bagi para pemuda.

"Jadi abang udah tau bahwa ini dunia novel?." bisik Cia lirih agar mereka tidak mendengar pembicaraan antara kakak-adik itu.

"Benar Cia." jawab abangnya dengan suara lirih.

"Jadi kalian kakak-adik?." tanya mereka semua sangat penasaran.

"Uh, ya bisa dibilang begitu." jawab Cia tersenyum kikuk.

'Kupikir bagi El ah atau abang Cia tidak begitu menggangap Cia adik melainkan...' batin Sean mengelus ngelus dagunya dengan tampang serius.

'...Kekasih?.'

"KALIAN BOLOS?!."

______

"Siapa yang ngajarin kamu bolos Cia?." tanya seorang pemuda dengan suara khasnya. Dia, Zidan. Setelah pulang dari pekerjaan kantornya dan tidak lembur kerja, jadinya dia cepat cepat pulang sembari membawa makanan siap saji.

"Em, nggak ada." jawab Cia menggeleng kepalanya pelan. Mereka kini sedang berada diruang keluarga menonton tv dengan makanan cepat saji yang dibawa Zidan.

"Tapi bang Ares 'kan suka bolos." tunjuk Cia kepada Altares yang sedang minum soda. Sekarang, Cia mungkin akan memanggil Altares selamanya dengan sebutan Abang.

"Kenapa gue?." tunjuknya pada diri sendiri.

"Ya 'kan karna sifat abang bisa nular sama adeknya." ujar Cia enteng.

"Kok bisa?."

"Ya dibisa bisain aja."

'Tumben Cia mangil Altares abang biasanya lo-gue.' batin Zidan merasa jangal dengan perubahan Cia.

'Yah semoga bisa kaya gini terus, akur.' lanjutnya menatap keduanya dengan tersenyum bahagia.

"Bang jangan senyum senyum napa." ucap Cavino yang melihat senyuman Zidan.

"Kesannya tuh bukan tampan tapi kaya orang gila kekurangan tablet tambah darah." lanjut Cavino menatap ngeri Zidan yang sekarang tengah menatapnya tajam.

"Asal lo tau gue nggak suka sama yang namanya tablet tambah darah." celetuk Zidan.

"Lah kenapa? Bukannya bagus buat tambah darah." kata Austin mengernyit heran.

"Kaya ada amis amisnya pas ditelen." ucap Zidan memeragakan seperti orang mual.

"Kalian tau nggak? Kalo obat tambah darah rasanya kaya darah beneran berarti kita vampire dong?." ujar Vincent dengan tatapan polos.

"Lah? Konsepnya kek gimana anjir."

Plak

Altares mengeplak mulut laknat Cavino yang berkata kasar. Cavino menatap kearah Altares dengan tatapan permusuhan.

"Lo tau nggak sih hah? Kalo bibir membahana gue yang berharga ini buat calon istri gue dan sekarang udah nggak suci lagi gara gara lo!." ucap dramatis Cavino memegang bibirnya.

"Dasar King mesum." kata Altares menoyor kepala Cavino yang duduk disebelahnya.

"Yes, That is me." bangga Cavino.

"King mesum julukan gue tapi hanya calon istri gue yang memilikinya. Yang meraba, menyusuri, mencium dan menyecap basah setiap detail tubuh gue termasuk juga adek gue." ucap Cavino panjang lebar.

"Cavino punya adik? Austin kok baru tau." ujar Austin yang memang orangnya masih polos polos gitu tapi nggak tau kalo udah nikah masih polos apa nggak.

"Yeah ini adik gue namanya junior." ucap Cavino sembari mengelus ngelus aset berharganya.

"Tapi kok si junior dibungkus kasian tau dia pengap didalam." kini giliran Vincent yang berucap polos dengan menunjuk aset milik Cavino.

"Kata sepupu Austin itu burung puyuh, emang iya itu burung puyuh?." tanya Austin membuat semua orang terdiam dengan pertanyaan yang dilontarkannya.

"Lo sih." senggol Altares.

"Kok gue sih yang disalahin?." decak Cavino balik menyenggol Altares.

"Ya lo udah tau ada bocah polos malah bahas itu itu."

"Hmm Austin, Vincent mending makan aja ya nanti keburu dingin karna nanya." Cia tersenyum mencoba mengalihkan pembicaraan tak bermutu itu.

"Oke Cia!." girang mereka berdua mulai mengambil makanan yang ada dimeja.

"Sekarang makan dan diam jangan bahas burung lo yang masih kecil kecil!." Cia mendelik tajam kepada kedua pemuda tersebut yang langsung menciut.

Semua orang tertawa melihat wajah kedua pemuda yang sepertinya kesal dan tertekan dengan ucapan Cia.

"Tuh 'kan Cia marah." Altares menyenggol lengan Cavino.

"Ya nggak papa." jawabnya enteng dengan tersenyum kecil.

"Nggak papa pala lo pe'ang." decak Altares mulai memakan bersama yang lain.

'Ya nggak papa Cia marah, karna gue pengen liat dia marah soalnya imut.' batin Cavino menatap Cia dengan tatapan lembut.

'Kamu tau Cia? Seseorang yang kusebut calon istri adalah...'

'...Dirimu.'

________

Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang