20

17.6K 1.2K 42
                                        

"A-apa pa-car?." gagap Cia. Ternyata benar feelingnya tak salah lagi. Boy tampak mengganguk semangat, kini Cia terdiam memandang lekat Boy. Dia mengepalkan tangan mencoba memberanikan diri untuk menjawabnya.

"Boy Cia nggak mau jadi pacar Boy." ucapnya yang sudah memutuskan jawaban untuk ucapan Boy tadi.

"SERIUS?! CIA MAU JADI PACAR BOY!!." teriak Boy senang menatap Cia dengan pandangan berbinar cerah dimatanya. Boy memeluk tubuh Cia yang mematung ditempat.

"Boy bu-bukan itu ma-ksud Cia." gagap Cia mencoba menjelaskan kesalapahaman yang terjadi saat ini.

"Lalu? Oh Boy tau pasti Cia cinta 'kan sama Boy." ucapnya yang masih dengan mata berbinar binar bahkan kini terlihat sangat cerah.

"Bu-." ucap Cia terpotong karna Boy tiba tiba mengangkatnya keatas lalu berputar putar dengan Boy yang tertawa sangat bahagia bukan sangat sangat sangat bahagia.

Cia terdiam niatnya ingin menjelaskan kesalapahaman tapi ia urungkan karna melihat Boy yang tertawa, kepalanya mulai pusing karna diputar putar oleh Boy. Boy menurunkan Cia yang mulai mual mual karna dirinya.

"Hah." akhirnya Cia dapat bernafas lega. Tangannya memegang kepalanya hampir saja tubuhnya tumbang tapi segera ditangkap oleh Boy. Tangan Boy meraih dagu Cia lalu ia dekatkan dengan wajahnya. Tubuhnya juga sudah, ia sejajarkan dengan tinggi Cia.

Cup.

Mata Cia terbelalak kaget mendapati Boy yang mencium sudut bibirnya. Boy terkekeh senang, ia menjilat bibir bawahnya sembari membatin.

'Manis.' batin Boy.

"Apa yang sedang kalian lakukan disini?." suara berat terdengar dari belakang mereka. Cia dan Boy menoleh kebelakang mereka terkejut mendapati dosen yang terkenal tampan dan dingin itu sedang bersedekap dada menatap Cia dan Boy cemburu?.

"Kita nggak ngapa ngapain kok pak Sean." jawab Boy yang ingin membawa Cia pergi dari gudang belakang tapi terhenti oleh tangan besar Sean yang mencekal pergelangan tangan Cia.

"Maaf pak bisa tolong lepasin pacar saya?." kata Boy menekan kata 'pacar' dengan nada dingin

"Maaf tapi anak ini harus ikut saya." ucap Sean menunjuk Cia yang terbengong. Boy geram dan menarik paksa Cia agar terlepas dari cekalan tangan Sean.

"Aakh." rintih Cia seraya tersadar dari lamunannya. Tangannya sakit membuat pergelangannya merah dan membekas sangat jelas.

"Kau tidak boleh bersikap kasar pada perempuan!." sentak Sean menatap marah Boy. Sean membawa Cia kebelakangnya agar terlindung. Cia menurut, rasa rasanya tangannya ingin copot saja.

Bugh!

Bugh!

Krek!

Tanpa disadari Cia. Mereka bertarung dengan ganasnya tak ada yang mengalah dari mereka berdua hanya ingin menang sendiri. Bibir mereka sama sama mengeluarkan darah akibat tonjokan tonjokan yang dilayangkan. Muka juga sudah lebam parah nampak kebiru biruan terlihat jelas diwajah tampan mereka.

Ting.

"Tuan sadar jangan urusi lukamu yang tak seberharga berlian emas. Urusi kedua lakimu tuan sebelum koid!." peringat sistem yang tiba tiba bersuara bahkan mampu mengagetkan dirinya.

"STOP!!." teriak Cia bukannya berhenti mereka malah semakin menjadi jadi. Cia mengacak acak rambutnya frustasi. Berdecak kesal dia mulai mengeluarkan aura dinginnya, muak dengan perkelahian tak bermutu didepannya.

"Cukup! Jika kalian tidak berhenti aku yang akan mematahkan kaki dan tangan kalian!." katanya mata tajamnya mulai menatap tajam dua manusia didepannya. Anehnya, mereka langsung menurut dan berhenti serta menundukan kepalanya. Seperti anak yang dimarahi oleh ibunya.

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang