"Halo sayang ~." suara perempuan yang lembut memasuki ruangan berdesain cukup mewah namun elegan. Pangil saja dia Widia, seorang secretary yang sudah bertahun tahun menjabat diperusahaan milik Nathan.
Widia berjalan mendekat kearah nathan sambil melengak lengokan bokongnya kekiri dan kanan serta membawa sebuah dokumen untuk ditanda tangani. Nathan menoleh kesamping sambil memasang senyum lebar.
"Kau sangat cantik, honey." ucap Nathan sambil membelai pipi lalu turun mengusap sensual bibir merah pekat akibat lipstick. Widia yang mendengar pujian dari bosnya langsung tersenyum malu malu.
"Aku ingin menagih janjimu." bisiknya tepat ditelinga Widia. Kemudian, Nathan merengkuh pingang Widia dan menariknya untuk jatuh kepangkuan dirinya. Ada raut terkejut dari Widia saat mendengar ucapan Nathan.
"Se-sekarang?." gugup Widia dengan wajah yang sudah memerah padam. Nathan mengganguk cepat sebagai jawaban, dirinya tampak semangat dan begitu gairah. Apalagi melihat postur tubuh secretarynya yang sangat sexy dimatanya.
Ditariknya tengkuk Widia agar semakin dekat dengan dirinya, nafas mereka saling bertabrakan seperti tabrakan sepeda dengan ondel ondel pingir jalan. Nathan mencium bibir Widia dengan kasar, tangannya yang satunya meremas dada Widia dengan gemas.
"Ahh." satu desahan lolos dari bibir merah Widia, tubuhnya mengeliat keenakan akibat sentuhan lembut dari bosnya. Nathan mengendong Widia ala koala dan merebahkannya disofa panjang miliknya. Mereka saling beradu lidah sesekali menggigit.
Tangan Nathan membuka resleting pungung yang berada dibelakang. Seketika ia bisa melihat tubuh polos Widia yang tidak menggunakan bra dan cd. Kemudian dirinya membuka celana hitam panjang dan kemeja kantor miliknya. Pen!s yang sedari tadi menegak kini sudah berada disebuah goa yang dalamnya mungkin 600m dengan panjang 20m serta lebar 300m.
Digeraknya dengan semangat dan brutal sampai sampai sofanya hampir saja terbalik ataupun miring. Desahan desahan keluar dari bibir keduanya, kedua tangan Widia mencengkram erat pungung lebar milik Nathan. Widia sangat menikmati permainan ini sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang masuk bahkan orang itu tampak tersenyum miring bak psychopath.
Prok, prok, prok.
Suara tepuk tangan terdengar diruangan tersebut, keduanya berhenti dengan Widia yang terkejut tak percaya, wajahnya sudah pucat pasi. Nathan hanya bangkit lalu memakai pakaiannya lagi dan berjalan menuju orang yang bertepuk tangan lalu menunduk dengan hormat dan berdiri disamping orang itu dengan tampang datar.
"Bo-bos?." ucap Widia yang masih terkejut serta menunjuk Nathan dan orang disebelahnya. Widia melihat Nathan dan Nathan? Sebab wajah keduanya begitu mirip sekali sampai sampai ia tidak bisa membedakan yang mana bos aslinya.
"Bagaimana apakah kau terkejut, jalang?." ucap orang yang bertepuk tangan yang diyakini ia lah Nathan yang asli dan orang tadi adalah suruhan dirinya. Bagaimana orang tersebut bisa mirip dengan Nathan? Jawabannya adalah dari sistem serta misinya juga dari sistem.
"Ma-maaf bos, maafkan saya hiks hiks hiks hiks." tangisnya pecah dan berlutut dibawah kaki Nathan. Dengan kejinya Nathan menendang kepala Widia sampai mengeluarkan darah dikepala.
"Cih, tangisanmu membuatku jijik beda lagi kalau Cia, dia bahkan gembul seperti bab! sangat empuk untuk dimakan." katanya tanpa filter. Jika Cia tau entah apa yang akan diterima dirinya, mungkin tak dapat jatah.
"Hohoho. Akan saya laporkan kepada tuan." kata sistem terkikik geli dan tak bisa didengar oleh Nathan.
"Urus jalang itu, saya muak melihat wajahnya apalagi badannya yang tepos beda lagi dengan Cia-ku." bandingnya dan kemudian pergi meninggalkan kedua orang tersebut.
"Selamat tuan, misi anda telah selesai."
"Hm."
________
Saat ini Cia tengah menuruni tangga dengan dres putih selutut dengan pita melingkar dipinganggnya lalu sapu tangan putih melekat dikedua tangannya. Dirinya berniat meminta izin kepada ayahanda prabu atau daddynya tapi ditengah jalan dirinya menemukan abang pertamanya yang menatapnya tajam.
"Mau kemana? Udah malem nggak baik buat anak perawaan keluar nanti takut diculik ama om om." tanya Zidan panjang lebar serta menakut nakuti Cia agar tak keluar. Apalagi adiknya ini sangat cantik, pasti diluaran sana banyak buaya darat yang siap menempeli atau membawa Cia.
"Mau keacara ulang tahun anak ih ih." jawab Cia dengan polos dan melewati abangnya begitu saja, tujuannya saat ini adalah bertemu dan meminta izin kepada daddynya.
"Ikuttt." rengek Zidan seperti anak kecil. Cia yang mendengar itu sontak mengganga dengan mulut sedikit terbuka. Ada apa dengan abangnya ini? tak biasanya ia mendengar rengekan dari Zidan.
"Nggak." tegas Cia yang membuat mata Zidan berkaca kaca. Cia tak menyadari perubahan dari abangnya karna posisinya ia membelakangi Zidan.
"Ikut!." kekeh Zidan.
"Nggak!." tegasnya lagi.
"IKUT!!." teriak Zidan dengan memegang kaki Cia bahkan hidungnya sudah memerah akibat menahan tangis.
"O. G. A. H. ... YA AYOK." teriak Cia sambil menekan beberapa kata. Sontak Zidan memasang senyum dan berdiri lalu mengecup pipi Cia kemudian berlari dengan berjingkrak jingkrak.
"Yey ikut Cia, ikut Cia, ikut Cia." itulah kata kata Zidan sepanjang larinya menuju kamar untuk berganti pakaian. Cia terkekeh lucu saat melihat tingkah kekanak kanakan abangnya.
"Mau pergi?." kata Daddy Al yang entah sejak kapan ada di samping Cia. Cia menoleh dengan wajah terkejut tak beberapa lama ia mengganguk serta menyengir lebar. Tangan Daddy Al terangkat meraih tangan Cia dan memasangkan sesuatu ditelapak tangan Cia lalu berbisik yang mana membuat Cia senang bukan main.
"Daddy ijinin kok buat pergi." katanya, mengusap lembut rambut Cia sayang. Tiba tiba Zidan datang dengan pakaian rapihnya dan menarik Cia agar menjauh dari Daddy Al. Keduanya pergi menuju bagasi tapi ternyata El sudah menunggu didepan pintu masuk.
"Ngapain sicurut ini ikut?." bisik El sambil melirik Zidan.
"Maksa." jawab Cia membuat El ber 'oh' ria dan menggengam tangan Cia. Kemudian mereka bertiga berjalan kearah mobil El dengan Cia yang berada ditenghnya. Mereka masuk dan duduk dibagian belakang penumpang dan yang menyetir adalah supir pribadi El.
Setelah sampai diacara ulang tahun Rere yang ternyata sudah mulai. Mereka datang disaat pemotongan kue dan si Rere yang mulai memotong untuk sang pacar. Ketiganya berjalan dengan senantiasa bergandengan tangan dan banyak pekikan pekikan heboh untuk mereka.
"Hai Cia ih akhirnya ih kamu datang ih juga." sapa Rere dengan sopan. Kevan menatap Rere dengan pandangan yang sulit diartikan, ia sangat penasaran apakah pacarnya ini kena syndrome ih? Kalau iya dia dengan senang hati berkonsultasi ke dokter.
Disaat yang bersamaan Cia dan Kevan saling pandang dengan Kevan yang terdiam menatap Cia terpesona. Sedangkan Cia langsung membuang muka dan kembali tersenyum kearah Rere yang ingin berjabat tangan dengannya lalu dengan senang hati ia membalas.
Sssssttt.
Bagai sengatan listrik. Tubuh Rere bergetar hebat dengan rambut yang mulai menegak, rasa sakit timbul begitu saja. Tangan Cia dan tangan Rere terlepas, sekujur tubuh Rere tiba tiba mendadak gosong seperti bawahan panci yang dimiliki emak emak.
"Ups! Yah gosong deh." kata Cia dengan polosnya sambil menutup mulut seolah olah terkejut. Kevan melotot dan mengendong ala bridal style serta menatap tajam Cia.
"Hahaha." tawa para teman teman Rere yang diundang.
"LO APAIN PACAR GUE!!." bentak Kevan. Cia menggeleng polos seakan tak terjadi apa apa.
"Cia nggak apa apaain tuh buktinya Rere nggak hamil. Emangnya Cia punya anu buat ngehamilin Rere?." katanya sambil mengambil kue dan memakannya lahap. Laper belum makan dari sore.
________
Penulis:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Aleciana [END]
FantasyWarning Area!!!=Berbau ++/dewasa, terdapat kata-kata kasar, umpatan, kekerasan, bahasa campur, kissing, skinship!. Start:27 -2 -2022 Finish: 3-7-2022 Status:[END] ------------------------------------------- "AAAAHKK!!. " triaknya menggema diruangan...