33

9.7K 787 14
                                    

"Akhirnya!." semburat kebahagiaan terpancar dari wajah para pria tampan yang berada diruang rawat yang ditinggali Cia.

Prok, prok, plok.

"Pelayan!." panggil Mars sedikit berteriak.

Gubrak, gubrak, gubrak.

"Eh buset!." kaget Alfa.

"Lo mau ngapain?." tanya Zidan saat melihat pelayan pribadi Mars membawa begitu banyak makanan tertutup.

"Syukuran buat Cia lah. Gue ganteng, gue kaya nggak kaya kalian para rakyat jelata yang nggak ngerayain momen dimana Cia sembuh." ucap Mars sombong dan memakai kacamata hitam.

Tampak semuanya memutar bola mata malas kecuali si Alfa yang emang udah biasa sama kesombongan Mars. Dari janin dia udah tau.

"Cia!." suara yang sangat familiar ditelinganya membuyarkan semua khayalan nikmat tentang makanan. Disana, seorang pria tampan dengan wajah terkejut, tubuhnya seakan membeku tak percaya.

"Cia lo masih hidup!." seru El.

"Lo nyumpahin gue mati hah!." marah Cia menatap garang dan berkacak pingang.

"Slow sister, slow. El cuma bercumbu eh bercanda." tenang Cavino.

"Eh Ci main tebak tebakan yok." ajak Cavino yang saat ini sudah duduk disofa sambil menyalakan puntung rokok.

"Nggak! Nggak! Syukuran dulu baru main tebak tebakan." sela Mars yang teracuhkan.

Melepas kacamata dan duduk didekat Cia, Mars mulai menatap papa mertuanya yang sedang menaikan alis dan raut wajah yang senantiasa datar.

"Jelaskan." kata Mars menatap pelayan yang menunduk.

"Hidangan pembuka pizza dengan topping lobster, enam macam kaviar berbeda. Hidangan utama, steak dengan bertabur emas, pie dengan bertabur berlian, wagyu meat menggunakan jamur matsutake, daun emas. Dan yang terakhir hidangan penutup, eskrim dengan dekorasi emas yang bisa dimakan dan disajikan didalam gelas dengan kaki emas, pudding coklat dengan dua karat berlian." jelas si pelayan sambil membuka semua tutup makanan.

"Wow, mewah." mata Cia berbinar binar. Akhirnya, bisa makan banyak mumpung perutnya juga lapar.

"Yes. Untuk my future wife itu harus mewah not abal abal." kata Mars menyerahkan beberapa hidangan ke Cia.

"Makanya nikah aja ama Mars nanti Mars kasih makanan mewah bertabur emas, berlian." seringai Mars menatap semuanya yang mungkin terbakar api cemburu.

"Nikah aja ama gue Ci. Nanti gue ajari cara bunuh orang, kuliti orang hidup hidup, congkel, tikam, nusuk, bersembunyi dalam kegelapan." santai Daddy Al memutar mutar handponenya. Kayanya si Daddy ngebet banget ama Cia.

Saat semua sedang mendesak desak agar Cia memilih mereka sebagai salah satu suami Cia. Walau menurut mereka ini terlalu cepat tapi mau gimana lagi banyak yang nge-crushin Cia.

Cia dibawa kabur oleh Boy ke kamar mandi.

"Boy sialan! Kembaliin Cia." teriakan para pemuda dibalik pintu kamar mandi sambil mengedor ngedor pintu dengan brutal.

Gubrak, gubrak, gubrak.

Klik.

Pintu kamar mandi terkunci dari dalam. Dalam keadaan tangan Boy yang masih membekap mulut Cia agar tidak berteriak.

"Sttt... Oke ini Boy jangan takut." menarik tubuh Cia kedalam dekapannya. Malam saat dia tidak ada diruang rawat Cia untuk beberapa hari dan kini dia bisa melihat sang kekasihnya bisa melihat seperti sedia kala.

"Boy ngapain bawa Cia kekamar mandi." suara Cia terendam didada bidang Boy.

"Besok aku jemput kamu kita bakal kerumah orangtua aku. Please, aku nggak mau dijodohin sama tante tante gendut." Cia melongo mendengar ucapan Boy. Jadi, gara gara ini dirinya dibawa kekamar mandi. Cia kira...

Dirinya mau dibawa traveling ke tempat yang banyak makanan.

"He-he. Iya Cia mau." tawa kikuk Cia berikan.

"Serius!."

Cup

Cup

Cup

Kecupan basah dilayang kepipi, jidat, dan terakhir bibir merah yang sedikit pucat itu kepada Cia.

"Woy Boy!." lagi. Suara teriakan dari luar yang menggangu kegiatan keduanya maksudnya cuma Boy aja sih yang semangat banget beri kecupan basah buat Cia.

Ceklek

"Ngapaian lo bawa Cia kekamar mandi?." mata Zidan memincing curiga.

"Cuma gabut." jawab Boy seadanya.

"Huft. Untung kamar mandinya terang nggak gelap." hela nafas lega Cavino saat mengintip kamar mandi yang terang tersinari lampu.

"Emang kenapa kalo gelap?." tanya Altares yang berada disamping Cavino.

"Takut Cia hamil."

______

"AAAAKKHH!!." jerit ketakutan seorang perempuan bernama Lalita. Masih kenal dengan Lalita? Lalita si tunangan Sean yang tak diharapkan.

Tubuhnya gemetar, bulu kuduknya berdiri. Bau aneh tercium dari lantai yang ternyata Lalita ngompol didalam celana. Saat membuka mata dari pingsanya, bukannya mendapati wajah tampan dari tunangannya malah dirinya melihat tangan pucat pasi dari ruang mayat.

"Hikss hikss ayang tolong hikss ayang." air mata berderai membasahi pipinya. Dirinya takut sangat takut. Apalagi ini pengalaman pertamanya.

Mengedor ngedor pintu supaya orang dapat menemukannya. Lemas, pusing, lapar sudah ia tahan sedari tadi.

"Hikss tolong!. Siapapun tolong."

"Oh ya tuhan! Mbak bertahan saya akan cari bala bantuan." seorang perawat terkejut mendapati seseorang sudah tergeletak dengan bau tak sedap.

Ya. Lolita kembali pingsan. Biasalah mentalnya lemah.

Setelah mendapati bala bantuan. Perawat tersebut beserta teman temannya bergotong royong mengangkat Lalita kebrankar yang dibawanya. Dan ditempatkan diruang rawat lain.

"HUWAAA! PERGI! PERGI!." teriak ketakutan dari Lalita terdengar dipenjuru tempat tempat.

Dirinya terduduk entah sebab apa, Lalita mengacak acak rambutnya seakan gila. Terlepas dari ruangan mayat dirinya bermimpi dikejar kejar orang gila.

"PERGI!." lagi. Kini kedua tangan dan kaki dirantai sekaligus dibius.

"Dok, sepertinya pasien gila."

"Ya. Oleh karna itu besok kamu pindahkan pasien ini ke RSJ."

"Baik dok."

"Haha. Tugas selesai, karna saya sistem yang baik, saya akan menyelesaikan tugas dadakan ini untuk tuan."

________

Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang