43

8.7K 620 16
                                    

Ting

"Selamat tuan atas misinya."

"Ya, terkait hadiahnya?." tanya Cia begitu penasaran. Kini dirinya berada dikamar miliknya setelah mandi dan berganti pakaian, Cia langsung duduk diranjangnya dengan memeluk gulingnya.

"Itu tergantung dari hasil Readers, ingin memilih Happy ending or sad ending." ucap sistem dengan suara misteriusnya.

Ceklek

Tiba tiba seorang pemuda tampan masuk kedalam kamarnya, rambutnya masih basah sehabis mandi. Cia menengok melihat pemuda itu dengan senyuman kecilnya.

"Cia." pangil pemuda itu setelah berada tepat dihadapannya. Cia menunduk melihat pemuda itu pasalnya pemuda itu tengah berjongkok memegang kedua tangannya.

"Ya?."

"Rere kau tau? Wanita itu adalah wanita yang sama dikehidupanmu dulu." wajah Cia begitu terkejut mendengarnya. Wanita itu dulu begitu baik kepadanya, namun karna seseorang miliknya mencintai dirinya, jadi sifatnya berubah menjadi membenci dirinya.

"Apakah ...?." Cia berbisik pada pemuda itu.

"Iya itu dia."

Cia terkejut menatap tak percaya pemuda didepannya sembari tersenyum miris.
_______

Pagi harinya dengan pakaian santainya, Cia berdiri didepan cermin full body miliknya dengan senyum mengembang. Rambut yang ia biarkan terurai. Kini dia dan para pemuda ingin mencari jenazah dari Linda.

"Sudah siap?." tanya Altares mengulurkan tangannya agar Cia mau mengandeng tangannya.

"Siap!." ucap Cia semangat dan mengandeng tangan Altares dan masuk kemobil Altares.

"Kita duluan ya!." ucap Cia berdadah dadah kepada pemuda yang mengangga tak percaya. Gadisnya meninggalkan mereka?.

"Sudahlah, biarin aja. Gue kasian sama Ares yang baru bisa deket sama Cia." ucap Zidan memasang kacamata hitamnya.

"Kenapa si Ares nggak bisa deket sama Cia?." tanya Vincent mengerutkan alisnya.

"Karna akibat perbuatan cerobohnya." jawab Zidan lalu masuk kemobil meninggalkan mereka. Begitupun mereka kecuali Alex sama Cavino yang lagi rebutan makanan, padahal itu makanan punya Alex loh.

"Bagi napa Lex." sebal Cavino berusaha mencomot makanan ringan yang dipegang Alex.

"Heh! Lo katanya cuma minta 3 ini udah 10 dodol!." geram Alex mengeplak tangan Cavino saat akan mencomot makanannya lagi. Alex melihat kekiri dan kekanan, tidak ada tanda tanda keberadaan temannya berada namun, saat melihat kedepan mereka sudah mulai menjauh.

"Elo sih! kita ketinggalan rombongan 'kan jadinya." kesal Alex mulai memasuki mobilnya.

"Ayo cepet! Mau ikut apa kaga lo?!." teriak Alex dari dalam mobil yang mampu membuayarkan kegiatan makannya. Cavino langsung ikut kemobil dan mereka berdua menyusul ditemani suara gigitan makanan dari Cavino.

Sedangkan dimobil Altares tampak senyap tak ada topik pembicaraan namun tangan mereka saling menggengam dengan erat.

"Ekhm, ini lurus terus atau belok?." dehem Altares.

"Hah?."

'Linda, lurus atau belok nih?.' tanya cia dalam batinan.

"Lurus." jawab Linda yang berada dibelakang mereka, mengamati.

"Lurus." ucap Cia. Altares mengganguk dan keheningan melanda mereka berdua. Cia terdiam memikirkan ucapan pemuda yang tadi malam kekamarnya. Sungguh dirinya benar benar tak percaya.

"Cia..." tampak Altares menjeda ucapannya dan wajahnya juga ada keraguan, ingin mengatakan atau Cia akan mengetahui dengan sendirinya. Altares menghela nafas.

"...Kamu udah buka kertas yang aku selipin dibawah bantal?." tanya Altares, tangannya yang satunya mengeratkan stir mobil.

"Kertas?." beo Cia tidak paham.

'Jadi, dia belum membuka kertas itu...'.batin Altares.

"Aku minta maaf." tiba tiba Altares meminta maaf tanpa sebab membuat Cia mengerutkan alis.

"Kenapa minta maaf?." tanya Cia.

"Dulu... Dulu sekali, saat kita belum berbaikan seperti sekarang dan egoku masih belum menipis." Altares tersenyum kecut.

"Aku selalu acuh tak acuh, dingin dan sebagai abang saat adeknya kena masalah malah bersikap bodoamat namun yakinlah Cia saat itu, saat aku berdekatan denganmu perasaan berbeda sangat berbeda namun nyaman disaat itulah aku mulai menjauh dan memikirkannya. Dan sekarang aku tau, perasaan itu adalah perasaan ketika aku mencintaimu." lanjutnya lagi mengelus tangan Cia yang ia genggam.

"Saranghae, sayang." ucap Altares membuat Cia tersedak air liurnya sendiri.

"Nado saranghae." balas Cia tersenyum.

"Sejak kapan kamu bisa bahasa korea?." tanya Cia.

"Baru baru ini." jawab Altares.

"Cih, dasar para anak muda." decih Linda memutar bola matanya malas.

'Kalo sirik bilang aja.' batin Cia mengejek Linda.

"Stop! Stop! Stop!." teriak Linda.

"Stop!." karna juga mendengar teriakan Linda, Cia dengan reflek berteriak membuat Altares menginjak rem dengan tiba tiba.

Dugh

"Sssshh." desis Cia merasa sakit karna jidatnya terbentur.

"Kamu nggak papa?." tanya Altares mengelus ngelus jidat Cia dengan sayang serta tatapan khawatir. Cia mengganguk menandakan dia tidak apa apa.

'Kenapa sih Lin?.' batin Cia kesal.

"Aku merasakan bahwa jenazahku ada disini." ucap Linda menatap kesamping yang sekarang adalah lahan pemakaman. Linda mulai melayang menembus pintu mobil dan berhenti, berdiri didepan gerbang pemakaman.

Cia keluar bersama dengan Altares kemudian disusul oleh pemuda pemuda dibelakangnya. Mereka menatap heran Cia yang tiba tiba berdiri.

"Kalian mau ziarah?." sontak mereka menoleh kearah yang mungkin itu adalah penjaga pemakaman ini. Cia menggeleng sopan.

"Kita disini mau nyari tubuh seorang anak SMA yang mati karna diperkosa lalu tubuhnya dibuang disini, pak." ucap Cia mewakili semuanya. Tampak wajah pak penjaga terkejut dan gemetar beserta keringat dingin yang mengalir.

"Ma-mari saya antar." pak penjaga membuka gerbang dan mempersilahkan masuk mereka semua. Hawa dingin menyelimuti setiap langkah mereka dan sampai mereka berhenti dibatu nisan yang tidak ada nama.

"Ini makamnya dan kita yang menemukan tulang belulang manusia tidak tau siapa namanya yang kita tahu bahwa setelah melakukan otopsi diduga bahwa tulang itu milik seorang perempuan yang mbak sebut. Jadinya dibatu nisan hanya polos tanpa nama." jelas pak penjaga.

"Benar! Benar ini tulangku! Terimakasih... Aku sudah bisa hidup tenang sekarang terimakasih semuanya...". perlahan tubuh Linda memasuki makamnya dengan senyum damai.

"Pak tolong nisannya diberi nama Linda." ucap mengagetkan pak penjaga.

"Baik." pak penjaga mengganguk.

'Semoga kamu tenang dialam sana Linda, Ayah, Ibu.'. bisik Cia didalam batinan.

_______

Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang