"Hikss please wake up , jangan gini hikss gue nggak suka hikss hikss." untuk pertama kalinya seorang Altares menangis hanya untuk adiknya yang terbaring dibrankar rumah sakit dengan kedua tangan besarnya menggengam tangan Cia yang sedikit pucat dan sesekali mengecupnya. Cia kini keadaannya dinyatakan buta. Untungnya, tidak buta permanen dan bagaimana bisa yang terbentur itu jidatnya tapi mengapa matanya yang buta?.
"Cia.. Aku--." ucapan Altares terpotong karna tiba tiba saku celananya bergetar.
Drtt.. Drtt.. Drtt..
Suara dering handphone milik Altares terdengar diindra pendengarannya. Altares dengan sigap menghapus air matanya dengan kasar lalu merogoh handphone disaku celana. Mata tajam yang bengkak kini membelalak kaget karna yang menelephone adalah ayahnya.
"Al, gimana mommy kalian, Kaira udah tanda tangan surat perceraian belum?." suara bariton terdengar membuat Altares tak bisa menyembunyikan kepanikannya.
"Em itu b-belum Dad." jawab Altares dengan tergagap gagap.
"Loh? Gimana bisa." raut wajah Daddy Al selalu berganti ganti.
"A-nu dia ka-kabur Dad." tangan Altares menggengam erat tangan Cia sembari menundukan kepalanya.
"Brengsek! Sekarang dimana kamu?!." wajahnya berubah datar bahkan nadanya dingin, tidak ada kemarahan didalamnya.
'Akh! Kasih tau nggak yah? Kasih tau nggak yah? Ih... tbl tbl tbl.' batin Altares bertanya tanya.
"Ru-rumah sa-kit Dad." cicit Altares namun masih didengar oleh daddy Al.
Tut tut tut.
Panggilan dimatikan sepihak oleh Daddy Al yang membuat Altares sedikit merasakan kelegaan. Sedangkan, disisi Daddy Al dia sedang memanggil secretary pribadinya.
"Wili!." pangil Daddy Al yang tersirat nada dingin yang mendalam. Wili, nama secretary pribadi Daddy Al yang sudah berkecimpung didunia bisnis cukup lama dan menjadi bawahan Daddy Al karna dia dulunya hanya pekerja kasar. Namun, otaknya tak diragukan lagi makanya dia diangkat menjadi secretary daddy Al.
"Ya tuan." Wili membungkuk sopan.
"Cari tau dimana keberadaan wanita itu! Dalam 5 menit harus sudah ada dimejaku!." perintah Daddy Al. Wili mengganguk dan kemudian pamit untuk mencari keberadaan kaira. Lama Daddy Al menunggu sampai dia merasa sangat bosan. Namun matanya menatap figura kecil dimejanya menampakan seorang gadis tengah tersenyum manis.
"Bisakah kita bersatu tanpa terikat hubungan apa apa?." senyum pedih ia layangkan ke figura kecil digeggamannya.
"Rasa saat berada didekatmu membuatku nyaman. Kau tau? aku menginginkan mu menjadi istriku." kilatan samar terlihat dikedua matanya.
"Dan rasa rasa ini membuatku gila. Gila karna mu." lanjutnya.
Cup.
Kecupan hangat dilayangkan kefigura kecilnya. Dia meletakkan figuranya didimeja seperti semula, bayangan bayangan gadis itu muncul dikepalanya. Sakit. Sangat sakit sekali saat mendapatkan bayangan itu lenyap tak tersisa, terakhir kali saat dia sadar dari bayangan itu, dia melihat mata kosong gadisnya.
"Shit." umpatnya kasar. Memegang dadanya yang bergemuruh tak beraturan.
"Ada apa denganku?." tanyanya pada diri sendiri setelah menetralkan degup jantung dan membenarkan posisi duduknya menjadi tegap kala Wili masuk setelah mengetok pintu dari luar.
"Sudah dapat?." datarnya.
"Keberadaannya seperti ada yang menyembunyikan. Namun, dari lokasinya itu berhenti ditengah hutan dan menghilang tanpa jejak." jelas Wili. Daddy Al meraup mukanya dengan satu tangan.
'Maaf tuan. Saya berbohong pada tuan, maafkan saya'. Batin Wili meremas kertas yang ada dibelakang pungungnya.
"Rapat ditunda untuk besok. Saya akan kerumah sakit menemui putraku." ucap Daddy Al menyibakkan jasnya yang tidak kancing menampilkan kemeja putihnya sembari melirik secretarynya dengan tajam.
"Baik tuan." jawab patuh Wili.
______
"Gelap. Kenapa gelap? Apa Cia lagi diperut paus?." beo Cia setelah sadar dari pingsannya akibat obat tidur pemberian dokter.
Gelap.
Sangat gelap. Dirinya tidak dapat melihat apa apa namun dia dapat merasakan hangat dari nafas dan tubuh seseorang tapi siapa?. Altares meringkuk dalam tidurnya disatu brankar bersama Cia sambil memeluknya.
Tangan Cia meraba raba bagian wajah seseorang disampingnya. Dingin tapi juga halus apalagi saat menyentuh bibir seseorang disampingnya yang terlihat kenyal. Mengapa saat dia buta masih saja mesum.
"Sebenarnya gue kenapa? Mengapa begitu gelap atau ini sedang mati lampu? Atau berada diperut paus?." tanya beruntun Cia yang tidak dapat dirinya jawab.
Ting.
"Maaf tuan saya menjawab. Anda mengalami buta tapi tidak permanen." jawab sistem takut takut. Tubuh Cia menegang untuk beberapa saat.
"Tapi bagaimana bisa yang luka 'kan jidat gue tapi kenapa mata gue yang buta!." Cia mengeram rendah dengan tangan mengepal erat. Altares bahkan tidak terganggu dari tidur meringkuknya.
"Tidak tau tuan. Namun, jika anda ingin sembuh cepat, saya akan memberikan misi yang sudah diatur oleh atasan saya." tawar menawar sistem membuat Cia terdiam sesaat. Matanya sudah buta, bagaimana dia akan menjalankan misi?!.
"Misi:Mendekati protagonist utama, Kevan.
Hadiah:Sembuh cepat dari buta.
Penalty:Buta permanen.""Bagaimana tuan. Tertarik?." nada sistem seolah olah menantang.
"Sistem bodoh! Gimana caranya gue ngejalanin misi kalau gue buta dan juga nanti dia ilfeel karna kebutaan gue!." decakan kasar ia layangkan kepada sistem.
"Haish tuan. Bagaimana dia mau ilfeel orang dianya aja sudah cinta sama tuan." mendengar itu Cia dibuat sangat terkejut oleh perkataan sistemnya.
"Heh! Cinta 'ya?." seringaian licik terbit dibibirnya.
"Bisakah orang tolol itu menjadi kekasihku?. Kevan, Kevan waktunya membuatmu cinta mati padaku." tawa mengerikan terdengar. Sisi gelap yang diajarkan suaminya dikehidupan nyata berkembang sangat pesat. Mengajari menjadi orang licik adalah keahlian Nathaniel, suaminya.
_____
Penulis:NVL.EL

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Aleciana [END]
FantasiaWarning Area!!!=Berbau ++/dewasa, terdapat kata-kata kasar, umpatan, kekerasan, bahasa campur, kissing, skinship!. Start:27 -2 -2022 Finish: 3-7-2022 Status:[END] ------------------------------------------- "AAAAHKK!!. " triaknya menggema diruangan...