22

14.6K 1K 80
                                        

Ya. Tepat dihari minggu ini, jam 08:00 pagi Kevan melajukan mobilnya mengarah keapartmen kekasihnya. Bermodalkan waktu hanya 7menit. Kevan sudah sampai diapartmen yang memiliki lantai bertingkat 5. Dirinya masuk, kemudian menuju lift dan menekan tombol angka lantai 5. Lantai dimana kekasihnya tinggal.

Apartment punya kekasihnya ini sederhana tanpa mengeluarkan pundi pundi uang banyak mungkin hanya sekitar 50-100juta. Yang membayar tentu saja Kevan tapi beberapa hari yang lalu, dia lupa membayarnya dan akhirnya kekasihnya ditendang dari apartment tersebut.

Saat sudah sampai dilantai 5, Kevan mencari pintu bernomor 113 dan menemukannya. Sebelum, dirinya menekan bell tiba tiba terdengar suara seperti suara.

Desahan.

Atau mungkin kekasihnya tengah dipijat plus plus?.

Dan, atau mungkin kekasihnya tengah mengulet atau yang biasa disebut mengeliat? Tapi terdengar tak masuk akal.

Suara itu, kian terdengar semakin jelas diindra pendengarnya. Jika. Jika kekasihnya tengah bersetubuh dengan orang lain tapi tidak mungkin. Rere bocah polos nan ceria itu tak mungkin menghianatinya dengan bercumbu dengan orang lain, 'kan?.

"Ahhh babe ini nikmathh."

"Ouhh. tubuhmu candu babyhh."

"Eghh. Demi neptunushh ini nikmat."

Kevan menyugarkan rambutnya dan sedikit mengacak acak. Dirinya maju selangkah tepat didepan pintu, ia mengintip dibolongan kecil pintu. Namun, ia tak melihat apa apa. Tapi tunggu dulu ada yang aneh. Kenapa karpet itu bergerak gerak dengan sendirinya?. Atau ini hanya ilusinya saja. Mungkin hanya ilusi. Pikirnya.

Tapi saat, dia berusaha melihat kebawah dengan susah payah. Matanya terbelakak terkejut namun ada sedikit emosi yang menjalar ditubuhnya. Pemandangan ini, membuat matanya tak suci alias ternodai. Otak yang dijaga dirinya hilang digantikan kesesatan.

Kekasihnya berhubungan intim dengan.

Mommy Cia.

________

Ting.

"Halo tuan. Selamat hari minggu!." sapa sistem dengan ceria bahkan semangat. Berbanding terbalik dengan tuannya yang pemalas bin suka makan. Untungnya, tuannya bukan kanibal. Jika, ia mungkin anggota keluarga antagonist ini mati dimakan dirinya.

"Jangan ganggu jika tidak penting." ujarnya menarik selimutnya keatas kepala. Cia sangat mengantuk akibat bergadang semalaman, menonton para cogan yang tengah berenang disitus pencarian. Rada sedikit sesat jika menceritakan sedetail mungkin.

"Aish ayolah tuan. Kudengar kabar dari para kurcaci ada pemuda tampan." kata sistem mencoba membuat tuannya terbangun dengan sebuah godaan.

"Tidak minat dan sejak kapan kau berteman dengan kurcaci?." tanya Cia dengan suara seraknya serta dengan mata yang masih terpejam. Dirinya benar benar mengantuk dan butuh istirahat.

"Hanya asal sebut saja." jawab sistem sedikit acuh.

"Pergilah." usir Cia terus terang. Sistem dengan patuh pergi tapi sepertinya dia lupa menyampaikan sesuatu untuk berbagi dengan tuannya. Sudahlah, karna sistem baik hati dan tidak sombong kini ia mencoba tidak menggangu waktu tidur nyenyak tuannya.

Seorang pemuda dengan setelan santainya masuk kedalam kamar Cia tanpa menimbulkan suara. Ah, mengapa saat tidur masih saja mengemaskan? Jika dia khilaf sebentar tidak apa apa bukan?. Lagian, Cia masih tertidur nyenyak bahkan dengkurannya terdengar begitu halus namun menenangkan.

"Hey baby girl, wake up." kata pemuda itu, menepuk nepuk pipi Cia agar terbangun. Bukannya terbangun, dia malah semakin terlelap. Apa mimpinya begitu indah sampai sampai dia enggan untuk bangun dari tidurnya?.

Bibirnya kering, ia menjilat bibirnya begitu sensual. Dengan keadaan membungkuk dan wajah begitu dekat dengan Cia. Nafas mereka bertubrukan, mengamati setiap inci pahatan pahatan sempurna wajah Cia. Begitu cantik dan mempesona. Apalagi.

'Bibirnya begitu menggoda. Sial! Hanya memandang saja tapi sudah membuat sesuatu dibawah sana menegak.' batin pemuda itu merasakan sesak untuk pada bagian bawahnya.

Cup

Satu kecupan tapi berubah lumatan seiring berjalannya waktu. Tangan kekarnya menopang pada ranjang agar tidak menindih Cia. Seutas saliva menetes membasahi leher jenjang Cia yang terekspos. Matanya terpejam menikmati bibir Cia yang menurutnya begitu manis. Mungkin ini akan menjadi candunya.

Tap tap tap.

Derap langkah kaki kian memdekat kekamar Cia dan semakin dekat. Pemuda itu, lantas melepas tautan dengan panik dan bersembunyi dilemari baju Cia yang tidak jauh. Dirinya sedikit membukanya agar tau siapa yang datang, matanya membelalak terkejut saat tahu bahwa yang datang adalah...

Ayahnya!.

Lalu, apa apaan ini!. Ini namanya pelecehan sexs*al terhadap anaknya. Hei, bisa bisanya pria itu mencium bahkan melumat bibir gadisnya!!. Cemburu kian melanda, mencoba tidak menghajar ayahnya itu.

Seenak jidat aja, dia mencium gadisnya!. Ingatkan untuknya bahwa Cia milik orang lain bukan milik dirinya saja. Namun, dirinya hanya bisa menatap pemadangan itu sampai benar benar selesai dan sampai pria itu keluar dari kamar gadisnya.

Dia keluar buru buru, bukan menghampiri ranjang Cia. Justru, dirinya keluar bukan untuk membalas dendam kepada ayahnya tapi menuju dapur dan melakukan sesuatu. Setelah selesai, dirinya kembali bersama mangkok kecil yang digenggamnya. Entah, isinya apa.

Dioleskannya air itu yang ternyata bukan air biasa maksudnya air yang dicampur dengan garam lalu dioleskan pada bibir Cia. Entah, untuk apa. Selesai sudah mengolesnya. Kemudian, dia mencium kening Cia dan berlalu menuju kamar.

"Eunghh." lenguh Cia seraya membuka matanya karena merasa terganggu tidurnya. Dirinya terduduk, mereganggkan otot ototnya yang kaku. Cia merasakan bahwa kenapa bibirnya basah?. Cia menyentuh bibirnya sendiri tanpa sengaja dia malah menjilatnya.

"Kok asin?." beo Cia merasakan bibir bawahnya yang, ia jilat tadi.

_______




Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang