39

7.8K 584 11
                                    

'Siapa diriku yang sebenarnya?.'

"Vera akhirnya kita ketemu lagi!." ucap Samuel mengecup kening Cia sebentar dan menangkup pipi Cia untuk menghadapnya.

"Maaf maksudnya?." Cia sedikit menepis tangan Samuel dari pipinya.

"Kamu lupa? Kita itu sahabat masa kecil." Samuel menatap Cia ada rasa kecewa karna sahabat masa kecilnya melupakan dirinya.

"Dari kita masih bayi, kita itu udah sahabatan dan beberapa tahun kemudian kamu pergi ninggalin aku jadinya, bertahun tahun aku cariin kamu nggak ketemu ketemu karna aku lupa kalo aku dah ngasih gelang itu kekamu." jelas Samuel yang masih menggingat masa kecilnya bersama Cia.

"Tunggu, saat itu Samuel tau nggak nama orangtua kandung Cia?." tanya Cia penasaran.

"Bukannya orangtua kandung kamu Kaira sama Albert?."

"Bukan, Cia cuma anak angkat." Samuel terkejut mendengar ucapan Cia.

'Siapa nama orangtua kandung lo Cia?.'

'Tem lo bisa cari informasi tentang orangtua kandung Cia?.' tanya Cia kepada sistem miliknya.

"Maaf tuan saya tidak bisa ini karna atasan saya tidak mengijinkan."

"Lo--." Cia menjeda ucapannya karna merasa kepalanya seperti berdenyut denyut. Gadis itu memegang kepalanya menggunakan kedua tangannya merasakan sakit dikepala.

"Cia kamu nggak papa?." pemuda itu memegang kedua pundak Cia dengan tatapan khawatir.

Cia tersentak seperti ada sesuatu yang keluar dari tubuhnya. Tubuhnya mematung mendapati seorang gadis berponi, bibirnya pucat pasi dan tubuh gadis itu melayang menatap dirinya.

"Maafkan aku, Cia."

"Maaf? Dan lo siapa?." nampak wajahnya bingung karna tiba tiba saja ada seseorang yang keluar dari tubuhnya.

"Siapa? Hanya ada kita berdua Cia, kamu ngomong sama siapa?." kata Samuel yang sangat khawatir kepada Cia.

Ctak

"Lebih baik kamu bicara didalam batinan."

'Hah? Oh ya.' bingung Cia.

"Kenalin aku Linda." kata gadis berponi itu memperkenalkan namanya. Cia mengganguk.

"Jadi aku akan to the point aja. Cia maafin aku karna udah ngambil tubuh kamu tanpa ijin karna aku mau hidup lagi." jelasnya dengan tatapan sendu.

"Lah? Lo mati kenapa?." tanya Cia.

"Aku mati karna diperkosa dan dengan kejinya 'mereka' membuang tubuhku."

"Selama aku ngambil tubuh kamu, aku selalu membuat hal menjijikan, seperti mengumbar aurat, ingin memiliki seseorang dengan menggunakan segala cara apapun termasuk hal kotor sekalipun, ingin menang sendiri dan jujur Ci, bahwa apa yang aku lakukan itu semua salah, salah hanya karna ingin hidup."

"Egois 'kan aku Ci." kepalanya menunduk serta sedikit demi sedikit air matanya mulai keluar. Cia mendengarkan dengan seksama.

"Eeehh tubuh gue masih suci 'kan?." mata cia memincing curiga.

"Masih kok." jawab Linda menggangukan kepalanya.

"Apa kamu ingin tau siapa orang tua kandung kamu?." tanyanya membuat Cia senang.

"Iya!." tegasnya.

"Dia Diandra Vanesia dan Rahel Aksa. Sepasang suami istri yang sudah meninggal pada tahun 2002 karna kecelakaan maut. Kedua sepasang suami istri itu, ibu dan ayah kamu temen deket Kaira dari saat kamu lahir dan dititipin kepanti asuhan lalu diambil oleh orangtua angkat kamu."

Tanpa sadar, Cia menitihkan air matanya saat mendengar hal tersebut.

"Saat ayah dan ibumu meninggal, beliau memberikan sebuah kotak untuk kamu Cia. Kotak itu tersimpan dilemari kamar milik Kaira." Cia yang awalnya merasa sedih menjadi sedikit merasa bahagia.

"Satu rahasia lagi Cia."

"A-apa rahasianya?."

"Kamu dari dunia nyata bukan? Sayangnya tubuh dunia nyata dan tubuh dunia novel itu murni tubuhmu sendiri."

"Hah? Tolong jelasin lagi gue nggak paham." mohon Cia.

"Maaf aku tidak bisa."

"Kenapa?." tanya Cia dilanda kebingungan.

"Bicara itu butuh tenaga sama nafas Cia." jawab Linda mendatarkan ekpresinya membuat Cia tersenyum kikuk.

"Cia aku boleh minta tolong?." tampak wajah Linda yang ragu ragu.

"Minta tolong apa?."

"Tolong kuburin tubuh aku ditempat yang layak, boleh?." tanya Linda menatap Cia gelisah serta berharap.

"Tubuh? Yakin masih tubuh?." alis Cia naik turun sembari menahan tawa.

"Ya ya. Kalo sudah menjadi tulang kuburkan saja." Linda memalingkan mukanya kearah lain.

"Dan aku akan memandu jalannya kok." lanjut Linda tersenyum.

"Baik!." ucap Cia.

Ctak

"SAYANG."

"Astaga!." terkejut Cia mendapati para cogan cogan tengah mengerubungi dirinya tanpa celah sedikit pun. Dia bisa melihat jelas wajah para cogan itu yang khawatir.

"Ugh! Gue dimana?." tanya Cia sambil memegang kepalanya yang masih nyut nyutan.

"Kamu ada di uks Cia, pingsan selama berjam jam." ucap Samuel.

"Nih minum dulu." Boy memberikan minuman kepada Cia yang diterima baik oleh cewek itu.

"Udah enakan?." tanya El yang sedang memijit kepala Cia dengan lembut. Cia menggeleng merasa kepalanya masih sakit, mungkin ini efek yang diterima selepas adanya sesuatu yang keluar.

"Aku pijitin kaki kamu ya." ucap Samuel mulai memijit kaki kanan Cia telaten serta lembut.

"Aku juga." Kevan pun juga ikut memijit kaki kiri Cia. Modus.

"Austin boleh nggak ikut juga?." tanya Austin berharap agar bisa ikut. Cia mengganguk saja membuat Austin langsung memijit lengan kiri Cia.

"Boy juga ikut ya." tanpa basa basi Boy juga ikut memijit lengan kanan Cia.

Cavino dan yang lainnya hanya menatap mau membantu pun sudah penuh karna sudah mempunyai bagian masing masing.

Sedangkan Cia, dia merasa keenakan karna dipijit para cogan. Haduh, inilah rasanya kalo punya cogan banyak. Bagaikan ratu dalam sangkar emas yang mampu membuat iri para readers jomblo:)

"Vin." bisik Cavino.

"Ya?." balas Vincent.

"Ngerokok kuy." ajak Cavino dengan memperlihatkan sebungkus kotak kecil wadah rokok.

"Nggak! Takut nggak dibolehin sama Cia." cicit Vincent.

"Boleh kok, asalkan nggak ngehamilin anak orang." ucap Cia bercanda.

"Tapi kalo ngehamilin Cia, boleh?." polos Vincent. Mereka semua menatap horor Vincent. Dimana Vincent yang mereka kenal polos itu?.

"Kamu emang tau hamilin itu apa?." tanya Austin.

"Kata Daddy sih. Antara pen!s sama sangkar goa." jawab Vincent membuat semua orang menepuk jidatnya kecuali Austin.

Dan kini mereka tau siapa yang sudah membuat Vincent tidak polos lagi. Karna Daddy Vincent yang sungguh blak blakan saat berbicara.

Namun, dibalik itu ada kejanggalan. Dibalik pintu uks terdapat seorang perempuan yang menyaksikan saksi bisu cinta para pemain pria dan mampu membuat air mendidih, cemburu, emosi, dan iri.

"Sebentar lagi Cia, kamu akan mati!." seringainya licik.

"Hahaha. Uhuk.. Uhuk." batuk perempuan itu.
________

Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang