35

8.9K 654 21
                                    

"Eh ada tamu yah gagal dong minta makan." gumam Cavino dengan tampang tak berdosa.

"Ngapain lo disini?." tanya Boy dingin.

"Mau minta makan." jawab Cavino mengelus perutnya yang keroncongan minta diisi.

"Dih. Nih 'ya kata Mars "Dasar para kumpulan rakyat jelata sukanya minta!" gitu tuh." kata Boy menirukan omongan Mars si sombong.

"Weh! Dasar tuh aki aki gue gorok baru tau rasa, dasar sombong." dumel Cavino dan matanya tak sengaja melihat Cia.

"Cia! Lo ngapain disini?." tanya Cavino menghampiri Cia dan duduk lesehan bersama Cia sambil ikut menyomot beberapa makanan.

"Mau guna guna lo." jawab Cia seadanya karna sibuk dengan makanan di depannya.

"Lo suka sama gue Ci!." terkejut Cavino dengan apa yang didengarnya.

"Nggak usah ngaco! Lu bukan tipe gue." ucap pedas Cia membuat Cavino mengelus dadanya.

'Gue kira lo suka sama gue. Emang dasarnya gue berharap banyak ama lo Ci.' batin Cavino tersenyum getir.

"Eh ini tante lo Boy? Ngeri amat mukanya." ucap Cavino saat merasakan gumpalan lemak menyentuh lengannya. Disitu Ninunana berdiri disamping Cavino.

"Ohh ini mantu mamah. Cantikkan." ucap mamah Griselda memperkenalkan mantunya kepada Cavino.

"Hehe bukannya cantik tapi ngeri tan." jujur Cavino membuat Ninunana mendelik tajam.

Semua yang ada disana memutuskan untuk duduk lesehan membentuk lingkaran. Ninunana duduk bersebelahan dengan Boy agar bisa berdekat dekatan. Sedangkan Cavino duduk bersebelahan dengan Cia untuk menyomot makanan.

"Mah minggu lalu aku bisa masak loh." Ninunana berbicara memecahkan keheningan sekaligus memamerkan keahliannya.

"Wah kamu bisa masak apa sayang?." mamah Griselda tampak antusias.

"Ehm tahu sama tempe digoreng, Mah." dengan malu malu ia berbicara.

"Pufft." Cavino dan Cia serentak menbekap mulutnya agar tidak kelepasan untuk tertawa.

"Wah bagus bagus ada peningkatan." mamah Griselda bertepuk tangan seolah olah memberi penghargaan untuk Ninunana.

"Ohh iya Boy pacar kamu itu bisa nggak kaya mantu mamah ini?." tanya mamah Griselda.

Boy terduduk sembari mengucek ngucek matanya. Dirinya tertidur tapi mendengar pacarnya disebut sebut ia langsung bangun.

Padahal tadi lagi enak enaknya mimpi mesra mesraan sama Cia mana bangunnya pas mau 'masukin' lagi.

"Bisa tante. Apalagi soal bunuh orang, Cia jagonya." ucap Cia mengarahkan telunjuknya kedepan seperti gerakan ingin mencongkel.

"Psychopath." lirih Cavino menggeleng pelan.

"Udah tan mending kita main tebak tebakan aja. Gimana?." Cavino menaik turunkan alisnya.

"Yah mamah setuju."

"Dimulai dari papah dulu." tunjuk mamah Griselda kepada suaminya.

"Kita mulai." kata papah Bagas.

"Benda apa yang warnanya putih, berbau, lengket dan lebih enak kalau dimuntahin daripada ditelen?." sesi tebak tebakan pun dimulai.

Semua orang berpikir keras kecuali satu orang ini. Siapa lagi kalau bukan Cavino yang pikirannya udah traveling kemana mana.

'Mwhehehe 🌚.' batin Cavino.

"Saya tau om." Cavino mengangkat tangannya keatas.

"Apa itu nak?." tanya papah Bagas.

"Sp*erma." dengan pdnya ia lontarkan jawabannya yang selama ini dipikirkannya.

"Heh!." tegur papah bagas.

"Punya temen pikirannya bo*kep mulu." ucap Cia menatap jengah kearah Cavino yang menggarukan kepalanya bingung.

"Kenapa? Ada yang salah sama jawaban Gue." bingung Cavino.

"Orang jawabannya aja lem."

______

"Bos. Maafkan saya, saya sudah berbohong pada Bos." raut wajah penyesalan sangat kentara sekali pada seorang pria yang tengah berdiri dihadapan meja yang dipangil 'Bos' tersebut.

"Apa maksudmu?." tanya dingin Bos itu.

"Saya bersekongkol dengan calon mantan istri Bos. Kaira." ucapnya lagi meremas kertas yang ada digenggamannya.

"Saya pantas mendapatkan hukuman dari Bos." lanjutnya sudah pasrah akan hidupnya.

"Dimana dia berada?." ia mengacuhkan ucapan dari secretarynya, Wili. Dia Daddy Al yang selalu sibuk akan pekerjaan kantornya.

Sang secretary pun mendadak sedikit mendongakan kepalanya, ia menyerahkan kertas yang berada digenggamanya keatas meja. Daddy Al mengambil lalu membuka.

"Jalan You Bitch, apartment mas duda bintang 5."

"Saya tidak akan menghukummu karna saya tau kamu orang yang seperti apa." jelas Daddy Al sambil menutup kertas itu dan membuangnya asal.

"Tapi jika kamu mengulangi kesalahan lagi maka hidup dan matimu ada ditangan saya." lanjutnya segera beranjak dari tempat dirinya duduk.

"Terimakasih Bos." menelan ludahnya kasar dan menampilkan senyuman kelegaan.

Daddy Al berjalan keluar dari kantornya menuju dimana mobilnya berada. Dalam kecepatan diatas rata rata Daddy Al melajukan mobilnya dijalan yang sedikit padat kendaraan.

Dari waktu ke waktu dirinya akhirnya sampai pada tempat dimana seseorang berada.

"Kini sekarang giliranmu, Kaira." seulas seringaian tercetak jelas dibibirnya.

Ceklek

Pada saat yang sama Daddy Al sudah berada didalam apartment Kaira. Hidungnya mengendus ngendus bau yang sangat sangat familiar dihidungnya.

Bau itu adalah darah.

Dirinya melengos kearah dimana bau itu berasal. Genangan darah tercecer dimana mana diruangan ini dimana Kaira tidur. Dia melihat sepucuk kertas ada digenggaman tangan Kaira.

Tubuh Kaira seperti kaku dan sayatan ada dimana mana yang paling parahnya berada dileher dan bagian perut. Entah siapa yang membunuh Kaira sebelum dirinya.

Dalam sepucuk kertas itu berisi tulisan surat perceraian dengan tanda tangan Kaira bahwa dia setuju untuk bercerai.

"Siapa yang ngebunuh nih Ex wife? Kenapa nggak ngajak ngajak lagi." ucap Daddy Al merasa sedih dan berbalik pergi tapi sebelum itu ia menelphone polisi.

Segera setelah Daddy Al pergi dengan membawa kertas cerai, suara sirine polisi dan ambulance terdengar dihalaman apartment. Semua orang berbondong bondong melihat apa yang terjadi.

Mereka terkejut dan shock mendapati mayat tetangga mereka yang diangkut kebrankar ambulance.

Polisi segera memasang peringatan dan menutup pintu kamar Kaira agar tak seorangpun masuk dan menggangu penyelidikan yang berlangsung.

________

Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang