Seakan tersadar, Cia segera terduduk dibrankar uks yang mana membuat para cogan cogan berhenti menatap Cia dengan pandangan terkejut.
"Anterin gue pulang!." ucap Cia menatap mereka semua.
"Kenapa?." tanya Boy menggengam tangan Cia agar gadis itu merasa tenang.
"Anterin gue pulang, please!." ucap Cia tetep kekeh akan pendiriannya serta tanpa menjawab pertanyaan Boy.
"Baiklah..."
Mereka semua berlari meninggalkan ruang uks. Satu demi satu mereka lewati kelas sampai pada akhirnya suara seseorang dari belakang mereka mampu menghentikan lari mereka.
"HEY. KALIAN MAU KEMANA PADA JAM PELAJARAN?!."
"PAK SEAN!." teriak Cia yang membalikan tubuhnya.
"Kamu mau kemana?." tanya Sean menghampiri Cia.
"Saya mau pulang pak." jawab Cia.
"Saya ikut."
"Gue juga ikut."
Dari belakang tampak seorang pemuda yang tengah menyandarkan tubuhnya ketembok dengan bersedekap dada. Cia beralih menatap pemuda itu, matanya tampak melotot kaget.
'Antagonist pria, Alexandra Zouch!.' batin Cia melihat Alex mendekat kearahnya.
"Ayo katanya mau pulang." ucap El menyadarkan lamunan Cia. Tanpa basa basi, mereka dengan keadaan berlari keluar menghampiri parkiran. Cia dan El sekaligus Boy yang mengemudi mempimpin jalan. Sedangkan mereka mengikuti dengan mobil dan motor.
Setelah sampai, mereka semua memarkirkan mobil dan motor didepan gerbang Cia yang terbuka lebar membuat Cia tak susah susah mencari securitynya. Mereka terus berlari hingga membuat kegaduhan dimana mana.
Cia berhenti dilorong kamar yang terisi banyaknya kamar. Dia tidak tahu dimana kamar Kaira.
'Aih, gue nggak tau dimana kamarnya.' batin Cia terdiam mengamati setiap pintu pintu.
"Bang." panggil Cia menatap Altares yang terdiam membeku menatap Cia dengan tangan bergetar.
'A-abang katanya?.' batin Altares dengan perasaan bahagia yang teramat sangat.
"Ya?."
"Tau dimana kamar Kaira?." tanya Cia.
"Oh, pintu berwarna pink." jawab Altares yang sedang memainkan jari jemarinya dengan bibir berkedut menahan senyuman.
"Makasih." Cia tersenyum simpul dan selangkah demi selangkah dia mendapati pintu berwarna pink.
Sedangkan para pemuda masih asik menatap Altares dengan tatapan aneh. Sebab sedari tadi Altares tersenyum senyum kadang kadang melompat kecil.
"Sadar Res, sadar Res." El menguncang nguncang tubuh Altares.
"Kayanya si Ares kesurupan setan jaipong sama cewek alay dan malu malu." kata Cavino menatap Altares dari atas sampai bawah.
"Harus dirukiyah ini mah." lanjutnya dengan muka serius.
Plak
"Ngadi ngadi lo mana ada gue kesurupan." dengus sebal Altares setelah berhasil mengeplak kepala Cavino.
"Ya abisnya senyum senyum sendiri, 'kan jadi prik!." ucap Cavino mengelus ngelus kepalanya sayang.
"Kalian ada bawa balsem?." tanya Cavino, mereka menggeleng.
"Buat apaan emang?."
"Buat ngademin ini kepala biar nggak benjol." jawab Altares membuat semuanya menepuk jidat.
"Bego!."
"Eh Cia kemana?." tanya Vincent kepada yang lain.
"Jangan... Jangan..." ucap Cavino yang sudah bernegative thinking.
"Cia diculik cogan Hollywood!." lanjut Cavino membuat semua orang terkejut menatap horor Cavino.
"Eh Kevan sama Alex juga nggak ada." ucap Austin yang sedari tadi diam.
"Mereka bertiga kekamar Kaira, gini nih kalo penyakit pikunnya kambuh mana masih muda lagi." ucap Altares berjalan menyusul ketiga orang tersebut meninggalkan beberapa pemuda yang masih menatap horor Cavino.
"Ngapain kalian ngeliatin gue?." tanya Cavino saat tau sekarang dirinya sedang dilihat teman temannya.
"Oh kalian iri 'kan sama gue yang punya koleksi bok*ep banyak? Koleksi gue banyak tenang aja nanti gue bagi bagi kok." dengan pdnya Cavino berbicara. Pemuda pemuda tersebut pergi meninggalkan Cavino dengan tatapan malas.
"EH TUNGGUIN GUE!." teriak Cavino menyusul mereka.
"Gila kalian nggak nungguin gue." ucapnya dengan ngos ngosan.
"Cia kenapa?." bisik Cavino kepada Austin yang berada disebelahnnya.
"Cia nangis karna buka kotak itu." tunjuk Austin. Cavino menoleh kearah Cia yang berada dipelukan Boy dengan tangan menggengam erat kotak berwarna coklat.
"Kotak itu..." gumam Cavino, kepalanya berdenyut sakit ketika memori masa lalu masuk kedalam kepalanya seperti dipaksakan.
"...Mama Diandra." lanjut Cavino dengan tatapan terkejut.
Semua orang menoleh kearah Cavino yang terdiam membeku dengan tatapan masih terkejut. Cia masih menangis dipelukan Boy yang senantiasa mencoba menenangkan kekasihnya.
"Lo ngomong apa, Cavino?." tanya Cia menghapus air mata yang senantiasa mengalir dipipinya.
"Jadi kamu udah tau siapa orangtua kandung gue?!." Cia menghampiri Boy lalu menguncang nguncang tubuh Cavino.
"Jawab!." air mata semakin meluruh membasahi pipi Cia. Cavino memeluk tubuh Cia guna menenangkan serta satu tangannya mengelus rambut Cia.
"Maaf..."
"...Gue minta maaf karna nggak ngasih tau lo dari dulu, dulu saat gue main dirumah Ares, gue nggak sengaja denger mama Kaira nyebut nama mama Diandra yang udah meninggal serta nyebut nama lo Cia. Gue juga baru tau beberapa tahun lalu." jelas Cavino sembari terus menerus mengusap rambut Cia.
"Memangnya isi didalam kotak itu apa?." tanya Sean membuat Cia menoleh dan membuka kotak peninggalan kedua orangtuanya.
Didalam kotak tersebut terdapat sebuah buku yang berisi foto foto kedua orangtua Cia ketika menikah, berlibur, mengandung dan jadilah putri kecil mereka yang diberi nama Cia. Lalu didalamnya terdapat juga beberapa baju ketika Cia masih kecil dan surat warisan berupa lahan 100hektar, cafe, hotel dan beberapa barang peninggalan kedua orangtua Cia.
'Benar yang dibilang Linda, semuanya sama persis seperti yang ia katakan.' batin Cia mengelus kotak itu dengan tersenyum.
'Akhirnya gue tau siapa diri gue yang sebenarnya.' lanjut Cia, tatapan teralihkan menatap pungung seorang pemuda.
'Abang?!.'
_________
Penulis:NVL.EL
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Aleciana [END]
FantasíaWarning Area!!!=Berbau ++/dewasa, terdapat kata-kata kasar, umpatan, kekerasan, bahasa campur, kissing, skinship!. Start:27 -2 -2022 Finish: 3-7-2022 Status:[END] ------------------------------------------- "AAAAHKK!!. " triaknya menggema diruangan...