24

12.1K 966 36
                                    

"HEH LAH KOK, ABANG!." Cia berlari kecil mendekati abangnya yang babak belur karna tinjuan tak main main dari Altares. Sedangkan Altares sendiri tengah diam mematung ditempat.

Muka abang Cia yang babak belur.

"Huee abang ganteng gue." ucap Cia mencoba memapah abangnya tapi tidak bisa karna tenaganya sangat berbeda. Altares yang sudah sadar langsung membantu Cia memapah Zidan menuju keruang keluarga. Setelah sampai, Altares membaringkan tubuh Zidan disofa tengah yang panjang.

"Ehm bisa tolong bantu gue?." ucap Cia sedikit ragu ragu kepada Altares.

'Lo-gue?.' batin Altares tersenyum kecut.

"Boleh, apa?."

"Ambilin kotak p3k, handuk, dan air. Makasih." Altares mengganguk dan kemudian berjalan untuk mengambil beberapa barang yang Cia butuhkan. Tak berselang lama, Altares sudah memberikan barang barang yang diinginkan Cia.

Cia membuka kotak p3knya dan mulai mengobati Zidan dengan telaten sesekali ia mendengar suara ringisan abangnya walau terdengar lirih. Handuk yang dibawa Altares ia gunakan untuk membasuh badan Zidan yang gosong dengan handuk yang sudah dicelupkan diair lalu meremasnya hingga tidak ada tetesan air yang tersisa.

"Gue boleh minta tolong lagi?." tanya Cia yang sudah menyelesaikan kegiatannya. Altares yang ingin duduk disofa harus berdiri lagi dan menghampiri Cia. Dia mengganguk sebagai jawaban.

"Minta dibuatin bubur sama air putih." Altares menghela nafas sabar dan kemudian menuju kedapur yang sedikit jauh dari ruang keluarga.

"Bi tolong buatin bubur, sama air putih." ucap Altares ketika sudah sampai didapur.

"Tapi den, dapurnya masih diperbaiki." jawab salah satu pelayan dengan menundukan kepalanya tanda hormat kepada majikan.

"Dapur atas."

"Oh iy bibi lupa." ucap bibi menepuk jidatnya seakan lupa.

"Trus anterin langsung keruang keluarga." ucapnya lagi dan langsung kembali keruang keluarga, bibi itu mengganguk dan menjalankan tugasnya. Saat sudah sampai, pandangan pertama kali yang ia lihat bahwa abangnya sudah sadar dan kini tengah peluk peluk manja dengan Cia.

'Kapan gue bisa kaya Bang Zidan lagi? Peluk Cia, cium Cia, tidur bareng, semua bareng Cia.' batin Altares menatap sendu Cia dan memalingkan mukanya saat Cia menatap dirinya.

"Buburnya mana?." tanya Cia mengerutkan keningnya. Altares berjalan kearah sofa dan duduk memejamkan matanya sesaat ia melihat Cia yang tengah mengusap kepala abangnya sayang. Rasa iri dengki dan cemburu mengalir cepat kearah tubuhnya tapi dia sadar akan perbuatannya.

"Lagi dibikin mungkin bentar lagi jadi." jawabnya membuat Cia mengganguk dan tersenyum manis kepada Altares.

Ting tong ting tong.

Suara bell rumah terdengar diluar menandakan ada tamu yang datang. Altares berdiri dari duduknya dan kemudian berjalan kearah pintu lalu membukanya dan memperlihatkan beberapa pemuda tampan yang berbaris rapi disisi kanan dan kiri.

"Apa kabar bro?." suara yang sedikit serak serak terdengar, dia sahabat Altares Cavino Hazeld dan ada juga Kevan dkk.

"Hm." jawab cuek Altares yang kemudian mempersilahkan masuk para sahabat sahabatnya dan menuju kedalam dimana cia berada.

"CIA!." teriak El senang dan berlari menghampiri Cia dengan merentangkan kedua tangannya.

"EL!." Cia berteriak dan berlari sampai sampai dirinya tidak sengaja mendorong Zidan hingga jatuh dengan aestheticnya. Mereka yang ada disana terkejut dengan teriakan keduanya yang tiba tiba. El dan Cia berpelukan layaknya orang yang sudah berpergian lama dan baru bertemu. Padahal, baru ditinggal 2 atau 3 hari lamanya.

"Kangen!." rengek El memeluk Cia erat.

"Emang El kemana aja selama ini?." tanya Cia dengan mendusel nduselkan kepalanya didada bidang El yang membuatnya nyaman. Apalagi, pelukan hangat dari cogan.

"Oh itu El lagi sibuk ngurusin perusahaan." jawab El jujur tanpa adanya kebohongan yang dibuat buat. Memang, selama ini El sudah memimpin perusahaan bokapnya yang memang diwariskan untuk dirinya. Jadinya, dia baru bisa menemui Cia hari ini. Keduanya melepas pelukan dengan tak rela.

"Hoy, tolongin gue." suara yang terlihat samar samar terdengar oleh mereka semua, sontak mereka menoleh keasal suara dan betapa terkejutnya mereka melihat Zidan yang tak berdaya dilantai yang tertutupi karpet merah.

"Abang!." serunya menghampiri abangnya dengan raut khawatir yang kentara sekali. Mereka yang sudah sadar dari keterkejutan langsung menghampiri dan menolong Zidan. Setelah adegan tadi, mereka duduk ditempat masing masing dengan camilan yang sudah tersedia dimeja.

"Itu siapa?." ucap Samuel yang melihat Zidan dari atas sampai bawah.

"Abang gue, Zidan." jawab singkat Altares tanpa melihat Samuel.

"Lah kok bisa babak belur kek gini!."

"Gue gebukin gara gara Cia teriakin maling. " sontak semua orang menoleh kearah Cia yang baru saja menerima nampan berisi bubur dan air pemberian pelayan tadi.

"Gue lupa kalo yang didapur bang Zidan. Jadi, 'ya gue kirain maling." jelas cia mulai menyuapi abangnya dengan telaten. Mereka mengganguk maklum dan mulai melakukan kegiatan kegiatan sendiri sendiri.

_______

"Gimana Ci cara masukinnya?." tanya Samuel kepada Cia.

"Caranya tuh begini, kalau susah masukinnya, Karena lemes, jilat dulu." jelas Cia.

"Eh waah terus." Samuel seperti memperlihatkan wajah terkejutnya.

"Nah, 'kan udah keras tuh." Cia berucap lagi.

"Trus masukin tuh kelubangnya." Mereka semua memperhatikan dan udah tegang sendiri sendiri dibuatnya.

"Lalu?." tanya Samuel.

"Kalau udah masuk, teken aja sedikit." lanjut Cia

"Trus tarik." ucap Cia.

"Ahhh." desah Cavino yang memang orangnya mesuman.

"Nah gitu caranya masukin, benang kejarum." lanjut Cia.

"Paham nggak lo?." tanya Cia menatap Samuel.

"Iya gue paham." jawab Samuel mengganguk anggukan kepalanya mantap.

"Yaudah cepetan jahit celana lo sekarang yang bolong, biar burung lo tuh nggak terbang." ucapnya lagi menatap Samuel.

"Ehehe iya iya thank's." cengengesan Samuel sambil menutup celananya yang bolong menggunakan kedua tangan besarnya.

______



Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang