45

10.2K 532 6
                                    

"Kenapa lantainya lengket?."

Nathan setelah mandi dan berganti pakaian, kini telapak kakinya menyentuh cairan lengket yang mengenang dilantai depan pintu. Merasa heran namun dirinya hanya acuh melewati begitu saja. Tujuannya kini hanya satu, pergi kedapur menyiapkan makan malam untuk istri tercintanya.

Setelah sampai didapur yang juga digabung dengan meja makan. Nathan melihat mereka semua yang tengah berkumpul dengan kegiatan masing masing. Bibirnya melengkung membentuk seringai mengejek. Para pemuda itu hanya melihat dengan tampang malas.

Tangan Nathan membuka dan melihat bahan masakan yang tertata rapi dalam tempat tempat. Bingung karna bahan masakan begitu komplit seperti dapur chef. Jadi, pria itu putuskan mengambil sosis, telur dan bakso untuk ditambahkan dalam nasi goreng yang akan dia buat.

Pria itu mulai memotong motong sosis dan bakso. Kemudian, seperti yang kalian tau cara membuat nasi goreng seperti apa, jadi saya tidak akan menjelaskan semuanya dengan sedetail mungkin. Bagaimana mungkin kalian tidak tau cara membuatnya, jika tidak tau searching di google.

Bibir pria itu berkedut menahan senyuman, masakan yang mungkin dirindu istrinya kini sudah rapi didalam piring. Pria itu melangkah meninggalkan para pemuda yang hanya menatap datar tanpa niatan menawari masakannya.

"Cih." decih Alex.

"Pasti mau manja manjaan tuh." ujar Samuel sinis.

"Lagian, baru ketemu dah dibawa aja 'kan kesel." ucap Sean kesal.

"Cih, dasar pinggiran kloset!." ucap Altares bersedekap dada.

"Pinggiran kloset?." beo Zidan sambil membayangkan.

"Sadar diri kalian semua, dia dah punya suami nah kita baru aja pacaran." sarkas Boy membuat semua orang bungkam akan fakta tersebut.

"Ta-tapi 'kan sama aja, kita boleh 'kan ninunana?." ujar Vincent polos.

"Mending foreplay dulu." bisik Mars pada Vincent.

"Foreplay apa itu?." tanya Austin yang mendengar bisikan Mars.

"Bukan apa apa." ucap El cepat takut keblablasan.

"Ohh." angguk Austin.

"Eh tadi gue nggak sengaja lewat depan kamar Cia, nah gue nggak sengaja nginjek genanngan cairan, lengket lagi, masa sperm*a?." bingung Alfa menceritakan kejadian yang menimpanya. Cavino meneguk ludahnya kasar mencoba tidak gugup.

"Lem kali." ujar Alex masih dengan pikiran posistivenya. Walaupun sudah traveling kemana mana.

"Masa sih? Nggak mungkin lah, lengket gitu." bantah Alfa.

"Serah."

"Jigong lu kali." ucap Mars.

________

"Satu kali lagi, aaaaa."

Cia membuka mulutnya untuk kesekian kalinya. Tubuhnya lemas, dirinya pikir ucapan suaminya hanya candaan tapi ternyata suaminya benar benar melakukannya 2x lipat membuatnya tepar diranjang.

"Terimakasih, sayang." ucapan manis itu terlontar dari mulut Nathan. Cia terkesiap mendengarnya, sudah berhari hari, tahun mungkin, dia baru bisa mendengar ucapan manis suaminya.

"Sama sama ini juga kewajibanku." Cia tersenyum membelai rambut tebal suaminya yang seperti sarang burung tak teramat.

"Kemari, duduk dibawahku, sini." Cia duduk tegap dipinggir ranjang sedangkan Nathan duduk dibawah karpet badannya menghadap kedepan. Cia mengambil sisir yang berada dinakas samping ranjang.

Dengan telaten serta lembut, Cia mulai menyisiri rambut Nathan yang sedikit basah. Bau harum dari shampoo menyengat hidung Cia. Setelah dirasa sudah, Cia meletakan sisirnya dinakas.

Tangannya mengalung indah dileher Nathan, dagunya ia tempelkan dibahu lebar nan kokoh milik suaminya.

"Kenapa hm?." tanya Nathan sembari mengelus pungung tangan Cia lembut.

"Nathan nggak papa 'kan kalo Cia buat harem?." tanya Cia memajukan bibirnya beberapa senti kedepan. Nathan terdiam menggingat ucapannya bersama si S beberapa hari yang lalu.

"Nggak papa." jawab Nathan tersenyum.

"Nathan nggak marah?."

"Kenapa Nathan marah hm? Kalo istri Nathan bahagia, Nathan juga bahagia. Apapun kemauan Cia, Nathan turuti kok sampai keujung dunia pun Nathan rela, sangat rela." Nathan menjawab dengan tulus berbalik dan memeluk Cia.

"Asalkan Cia tetap bersama Nathan." lanjut Nathan suaranya terendam. Cia yang mendengarnya terharu bahagia. Bahagia bisa dipertemukan oleh Nathan yang begitu menyayanginya melebihi nyawa Nathan sendiri.

Cukup lama mereka berdiam dengan kehangatan. Nathan mulai mendongak menatap Cia yang terbengong ditempat merasa kedinginan mungkin, karna wanita itu telanjang bulat tanpa sehelai benang pun dan belum mandi juga.

"Bobo yuk." ajak Nathan yang diangguki Cia. Nathan berdiri lalu naik keranjang, membaringkan Cia disampingnya kemudian menarik selimut sampai sebatas dada. Keduanya terlelap dengan saling memeluk antara satu sama lain.

________

Pagi dengan awan putih yang menghiasi langit. Sinar matahari menyembul diantara ventilasi kaca berlapis gorden tertutup. Kelopak mata Cia terbuka sepenuhnya, tubuhnya lengket dengan bau sperm*a. Kemudian melangkah menuju kamar mandi.

Kini dirinya sudah wangi dan rapi dengan seragam SMAnya. Rambut yang sengaja terurai ditambah bibir merahnya diolesi lip balm. Bibirnya melengkung membentuk senyuman kecil lalu menuruni tangga yang ternyata semua orang sedang menunggu dengan baju rapi mereka.

"Ayo." ajak mereka dan diangguki kecil oleh Cia. Setelah sampai disekolah Cia, Cia turun diikuti beberapa pemuda kecuali Alfa, Zidan , Mars, Daddy Al, Nathan yang berangkat kerja.

"Nih kartu buat jajan." Nathan memberikan kartu kepada Cia. Masih sama seperti dulu.

"Umm." Cia mengganguk.

"Telephone kalo kenapa napa, oke?."

"Iya."

"Matanya jangan jelalatan."

"Iya."

"Fokus belajar."

"Iya."

"Kalo ada yang kurang ajar cepet beritau yang lain."

"Iya."

"Kalo laper, makan, jangan nunggu disuruh ayang, oke?."

"Iya."

"Nanti aku jemput, awas kalo pas dijemput keperawanan ilang."

"Iya."

"Ma--."

"Stop! Kapan kalo kaya gini terus, nanti Cia bisa telat!." geram Cia dan langsung berlari diikuti yang lainnya. Saat sampai dikelas, pas sekali guru sudah datang.

"Oke, anak anak buka buku matematika kalian, kerjakan bab 1-3." ucap Guru Syeina--guru matematika. Murid murid yang lain langsung mendesah kecewa.

"Bu!." pangil Cia.

"Iya?." sahut Guru Syeina agak keras.

"Cia boleh kekamar mandi nggak, bu? sebentar aja, bu." mohon Cia yang mulai merasa sesak. Guru itu mengganguk setuju, Cia segera berlari dengan cepat saat sampai dia mengatur nafas sebentar dan masuk kedalam.

Beberapa menit akhirnya Cia keluar dengan wajah lega. "Ah leganya." katanya langsung pergi meninggalkan kamar mandi namun sebuah tangan besar dilapisi sarung hitam membekap mulutnya hingga kesadarannya mulai menurun.

"Hhmmmptt! Mmmmpphht!."

________


Penulis:NVL.EL

Transmigrasi Aleciana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang