BAB 40

132 17 1
                                    

JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.

Pak Abdi sedang menatap Reno dengan tatapan yang cukup tidak bersahabat. Pak Abdi sama sekali tidak menujukkan ekspresi bersahabat di hadapannya Reno. Membuat keberanian Reno langsung ciut, ia berfikir semuanya akan selancar jalan tol. Namun ternyata ia salah Reno melupakan benteng terkuat saat ingin melamar pujaan hatinya.

"Lohh papa uda pulang.. mau Putri bikinikan minum?" Tanya Putri sambil membawa nampan berisikan minuman dan makanan kecil.

"Papa gak butuh minum.. papa cuma butuh penjelasan.. kamu duduk dulu Put.." jawab pak Abdi.

Putri kebingungan melihat reaksi papanya yang tidak biasanya. Papanya terlihat amat serius seperti sedang ingin membahas hal-hal yang sangat penting.

"Ada apa sih ma.. kok papa keliatan serius gitu.." tanya Putri bisik-bisik.

"Udah.. gausah banyak tanya.. duduk dulu dan dengerin apa yang papa kamu ngomongin.." jawab bu Asya sambil ikutan bisik-bisik.

Putri mengerutkan keningnya karena tidak mendapat jawaban pasti. Putri menatap ke arah Reno yang terlihat diam dan pucat. Padahal sebelumnya Reno percaya diri sekali saat bertemu dengan ibunya.

"Sepertinya saya baru bertemu kamu satu kali disaat malam itu.. benar tidak?" Tanya Pak Abdi.

"Eeemmm.. iya oom.. bener.." jawab Reno sambil menunduk.

"Baru satu kali bertemu tapi kamu sudah punya nyali untuk melamar anak gadis saya?" Ujar Pak Abdi.

Sontak Putri langsung membelalakkan matanya mendengar apa yang di ucapkan oleh papanya. Ternyata Reno benar-benar mengatakan perihal lamaran itu kepada kedua orang tuanya. Putri sedikit merasa kesal karena ia berfikir perihal masalah lamaran itu. Ia ingin dirinya sendiri yahg terlebih dahulu mengatakannya kepada kedua orang tuanya. Namun Reno malah langsung mengucapkan niat baiknya itu secara langsung.

"Ren.. Ren.. harusnya lo jangan ngomong dulu sama orang tua gue.. harusnya gue dulu yang ngomong biar mereka kagak kaget.." gumam Putri kesal di dalam hatinya.

"Maaf oom.. Saya sudah menyukai Putri sejak dulu Oom.. Makanya saya ingin.."

"Saya tidak tanya kapan kamu menyukai anak gadis saya.. yang saya tanya itu kenapa kamu berani sekali berniat melamar anak gadis saya.. padahal kita hanya bertemu satu kali.. bagaimana mungkin semudah itu saya memberikan Putri kepada kamu.. memangnya kamu bisa menjamin Putri akan hidup bahagia bersama kamu?" Ujar pak Abdi memotong omongannya Reno.

Reno tidak bisa berkata apa-apa lagi, ia benar-benar kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaan pak Abdi. Reno bingung harus bagaimana agar Pak Abdi percaya kalau ia memiliki ketulusan dan akan membahagiakan Putri.

"Pah.. uda dong Reno nya bingung loh.. kasian, lagian Reno datang dengan niat baik kok.. Reno mau melamar Putri bukannya bagus.." ujar bu Asya agar suaminya tidak menyudutkan Reno lagi.

"Mama jangan ikut campur.. ini urusan laki-laki antara papa dan Reno.." jawab pak Abdi memperingatkan Bu Asya.

Bu Asya langsung terdiam mendengar perkataan suaminya. Bu Asya berfikir suaminya hanya sedang bercanda untuk mengetes keseriusan Reno. Namun ternyata suaminya bertindak serius.

"Ren.. mending lo pulang dulu deh.. dari pada lo di lahap sama papa gue.. mending kalau lo niat lamar gue.. jangan sendirian.. bawa rombongan sekampung.. gue yakin deh papa gue gak akan bersikap begini.." ujar Putri yang mencoba untuk menolong Reno agar Reno tidak di bully oleh papanya.

"Untuk apa kamu suruh Reno pulang.. papa belum selesai bicara.." ujar pak Abdi.

"Tapi pah.." jawab Putri.

CAN YOU SEE ME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang