JANGAN LUPA KLIK VOTENYA.
Bu Ratih sedang menuju ke apartement putranya ia heran kenapa putranya tidak kunjung memberi kabar. Bu Ratih berkali-kali menelfon ke ponselnya namun tidak kunjung di angkat. Reno sengaja mematikan dering ponselnya karena ia tidak ingin terganggu dengan dering ponselnya. Dhea pasti selalu menelfonnya namun Reno lupa kalau mamanya juga pasti akan menelfonnya.
"Kemana anak nakal itu.. gak kasih kabar ke mamanya.. bawa anak gadis orang udah di anterin pulang atau belum.. mau nanya ke mamanya Putri ya gak mungkin.. iya kalau Putrinya uda pulang tapi kalau belum.. saya harus ngomong apa ke mamanya Putri.. masa harus bohong lagi.. Reno.. Reno.. apa yang kamu lakukan Reno.." gumam Bu Ratih sambil berjalan menuju apartementnya.
Kebiasaan seorang ibu yang tidak perduli jika itu apartemen milik putranya. Bu Ratih langsung masuk tanpa menekan bell karena ia memang tau kode apartementnya Reno.
Saat bu Ratih masuk ia melihat ruangan depan tidak ada siapa-siapa bahkan juga di dapur tidak ada siapa-siapa."Kemana Reno.. jangan bilang dia belum pulang.. tapi sekretarisnya di kantor bilang dia belum masuk kantor.. coba ke kamarnya mana tau dia masih tidur.." gumam bu Ratih sambil berjalan menuju ke arah kamarnya Reno.
Belum sempat bu Ratih membuka pintu kamar mendadak bu Ratih mendengar sesuatu yang menurutnya sangat aneh di dengar. Suara itu muncul dari kamar putranya membuat bu Ratih gugup hingga tidak berani membuka pintu kamarnya.
"Aaahhhh... pelan-pelan dong Put.. aaahhh.. sakit Put.. aaaahhhh..." ujar Reno dari dalam kamar.
"Sabar dong Ren.. ntar lama-lama juga enak kok.. tahan dong masa gini aja gak kuat.." jawab Putri.
Bu Ratih semakin overthinking saja mendengar percakapan antara Putri dan Putranya. Apa yang sedang mereka lakukan hingga memunculkan suara-suara yang cukup aneh itu.
"Aaaaaaaaahhhhh... iya..iya bener.. disitu Put.. yang kuat Put.. sumpah enak banget.." ujar Reno semakin tidak bisa mengendalikan dirinya.
Wajah bu Ratih semakin memerah karena menahan emosi. Melihat Putranya yang mulai kelewatan batas. Mau tidak mau bu Ratih harus membuka pintu kamarnya Reno. Berharap pintu kamar itu tidak terkunci.
"Kelewatan kamu Reno.. kalau memang udah pengen banget kenapa gak bilang mama sih nak.. mama nikahkan kamu sama Putri.. jangan malah kayak gini.." gumam Bu Ratih yang mulai marah.
Bu Ratih langsung mendekat ke arah pintu memegang knop pintu dan langsung membukanya. Saat pintu terbuka wajah bu Ratih langsung kaget hingga ia membelalakkan matanya.
"Mama..." ujar Reno.
"Tante Ratih.." ujar Putri.
Bu Ratih melihat putranya yang sedang duduk di ranjang bersama dengan Putri. Di samping mereka terdapat mintak kayu putih. Putri sedang memegang pundak putranya yang ternyata mereka hanya sedang memijat. Putri memijat tubuhnya Reno karena Reno mengatakan bahwa badannya terasa pegal-pegal.
Bu Ratih merasa malu karena sudah berfikiran negatif terhadap putranya sendiri. Namun siapa pun tidak akan ada yang tidak berfikiran negatif saat mendengar suara-suara yang membuat gatal telinga siapa pun.
"Ada apa mama kesini?" Tanya Reno.
"Kamu pake nanya kenapa mama kesini? Berkali-kali mama telfon kamu tapi kamu gak angkat telfon mama.. mama fikir kamu belum pulang dan kenapa-kenapa.." jawab bu Ratih.
"Maaf ma.. hp Reno di silent jadi gak tau kalau mama telfon.. Reno memang lagi sakit kok ma.. seharian ini Putri yang rawat Reno.. ini Putri lagi pijitin badannya Reno yang lagi pegal.." ujar Reno.
Bu Ratih merasa terkejut saat mengetahui kalau putranya sedang sakit. Ia langsung mendekat ke arah putranya dan menyentuh keningnya Reno. Suhu tubuhnya Reno sudah normal bu Ratih pun merasa lega.

KAMU SEDANG MEMBACA
CAN YOU SEE ME [END]
Ficção AdolescenteAku tidak pernah menyesal karena pernah menyukaimu.. namun yang aku sesali adalah ketika aku terlalu fokus menyukaimu aku sampai lupa ada orang lain yang lebih tulus mencintaiku dan aku sempat mengabaikannya.. Penasaran? Silahkan di baca.. Maaf jika...