BAB 43

126 18 0
                                    

JANGAN LUPA KLIK  VOTENYA.

Reno dan keluarga sampai pada waktunya di kediamannya Putri. Bu Asya dan pak Abdi menyambut kedatangan calon besannya itu dengan senyum dan keramah tamahan. Pak Andre dan bu Ratih juga terlihat tersenyum menyambut calon besannya.

"Silahkan masuk.. kami sudah menunggu sedari tadi.." ujar pak Abdi.

"Sepertinya bukan hanya putra saya yang tidak sabar.. calon mertuanya juga tidak sabar ini hahahaha" ujar Pak Andre sambil tertawa.

"Tentu saja pak.. tidak sabar ingin melihat kebahagiaan Putri dan Nak Reno..hahahaha" jawab pak Abdi.

"Kalau begitu ayo segera kita nikahkan mereka.." ujar pak Andre.

"Ihh papa.. ini masih lamaran loh pah.. nikahnya kapan ya hari ini dibahas.." nyeletuk bu Ratih.

"Hahahahaha"

Semua orang tertawa melihat kekonyolan yang di tunjukkan kedua bapak-bapak itu. Namun justru Reno yang saat ini menjadi pemeran utama merasa siap-siap saja jika harus menikah dengan Putri di hari itu juga.

"Tapi Reno siap aja kok oom kalau harus nikah sama Putri di hari ini juga.. tinggal ucapin ijab qabul doang kok.." ujar Reno.

Semua orang langsung terdiam mendengar perkataannya Reno. Padahal orang tuanya hanya sekedar bercanda perihal ingin menikahkan mereka di hari itu juga.

"Sudah pak jangan di dengerin omongannya Reno.. yang lagi jatuh cinta memang begitu.. difikirnya ijab qabul itu mudah.. belum aja dia rasakan nanti.." ujar pak Andre yang langsung berjalan masuk menuju rumahnya Putri.

"Lohh kok Reno ditinggal.. maaaa.. paaaa... ini anaknya yang mau ngelamar loh, kok malah ditinggal.." teriak Reno.

Semua orang tidak menggubris teriakannya Reno. Mereka memilih untuk langsung masuk ke dalam rumah dan Reno pun ikut menyusul di belakang.

Putri sedang duduk di ranjang kamarnya ia merasa mulai gugup. Padahal ini baru permulaannya belum lagi nanti saat ia dan Reno akan menghadap penghulu. Saat hari itu datang mungkin ia akan merasa gugup lebih dari ini.

"Kak Putrriiiiiii" ujar Lian dari luar pintu kamar memanggil kakaknya.

"Masuk..Kenapa?" Jawab Putri.

"Boleh adikmu yang paling tampan ini masuk.." ujar Lian yang begitu percaya diri.

Putri tepok jidat mendengar kenarsisan adik laki-laki satu-satunya itu.

"Gausah kepedean deh Lian.. masuk aja deh lo..pake ngaku tampan segala.." jawab Putri sambil geleng-geleng kepala.

Lian pun akhirnya langsung masuk ke dalam kamarnya Putri. Terlihat ia membawa sesuatu di tangannya. Putri menatap heran dengan apa yang di bawa oleh Lian.

"Bawa apa lo?" Tanya Putri.

"Masa kagak liat ini apa.. lo mulai rabun apa begimana sih kak.. jelas-jelas gue bawa kado.." jawab Lian.

"Ya gue tau itu kado.. tapi kado dari siapa?" Tanya Putri lagi.

"Ya siapa lagi kalau bukan dari adik lo yang super tampan ini.." jawab Lian.

Putri mendadak syok mendengar jawabannya Lian. Bagaimana bisa bocah itu berfikiran untuk memberikan sebuah kado untuknya. Padahal selama ini dirinya lah yang selalu memberikan apa pun yang adiknya inginkan.

"Tumben amat lo kasih gue kado.. ada maunya lo ya...ngaku.. apa hayoo.." tanya Putri menyelidik.

"Ihh negatif amat itu otak lo.. ini ikhlas gue ngasih kado buat lo.. gue kumpulin dari uang jajan gue.. gue rela jajan cuma setengah demi beliin kado buat kakak kampret kayak lo.." jawab Lian.

CAN YOU SEE ME [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang