Bab 5

19.6K 2.4K 62
                                    

"Hati-hati! Jangan membuatnya marah. Raja Hephaestus dikenal emosional. Ada baiknya kamu tidak berulah di sana."

Alenda menenggelamkan wajahnya di atas lipatan kaki yang dia buat. Kini dia sudah berada di dalam kereta kuda yang akan membawanya ke kerajaan di ujung benua bersama Anggita. Perkataan ayahnya saat melepas kepergiannya pagi tadi masih saja terngiang dan membuatnya semakin kalut.

"Jangan duduk seperti itu, Nona. Gaun dan riasan Nona akan hancur," ucap Anggita agar Alenda tak lagi bertingkah bar-bar. Setelah ini nonanya akan menjadi seorang istri dari raja, ada baiknya untuk tetap menjaga tata krama dan bersikap lembut.

"Jangan ceramahin aku, Nggit. Aku gugup banget tiba-tiba nikah," ucap Alenda. Dia tidak bohong. Dari pagi memang hatinya tak tenang karena hari ini akan menikah. Walau usianya 22 pun, dia masih belum siap dengan yang namanya pernikahan. Apalagi sekarang yang masih 14 tahun?

Anggita beranjak dari tempatnya lalu duduk di sebelah Alenda. Dia genggam tangan nonanya yang terasa dingin itu. "Saya akan selalu ada di sisi Nona. Nona jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Sekarang kita hanya bisa berharap bahwa Raja Hephaestus bukan seperti yang diceritakan."

Ucapan Anggita mungkin benar. Setelah dua hari satu malam perjalanan panjang mereka, akhirnya Alenda sampai di Kerajaan Disappear. Istana yang begitu megah itu jauh lebih besar dari kediaman Duke. Bahkan berkali-kali lipat lebih besar.

"Whoaaa ... besar banget, Nggit!" seru Alenda yang mengintip dari dalam kereta kuda.

"Anda benar Nona! Istananya besar sekali. Saya baru pertama kali ke tempat semegah ini," ucapnya yang tak kalah takjub. Kini Alenda dan Anggita sama-sama memandang kagum istana di depannya.

"NONA ALENDA LAQUEEN CELSION TELAH TIBA!"

Jantung Alenda berdebar hebat, sama halnya dengan Anggita yang sangat bersemangat. Gadis itu segera memperbaiki pakaian dan penampilan Alenda. Bagaimanapun, dirinya adalah calon ratu kerajaan ini, maka Anggita harus membuat Alenda tampak secantik mungkin.

"Jangan tebel-tebel, Nggit. Nanti aku dipanggil tante-tante," ucap Alenda yang masih memejamkan mata karena sedang dirias Anggita.

"Nona tenang saja. Nona akan tampak sangat cantik."

"Apakah Anda sudah siap, Nona?" tanya pengawal dari luar.

"Se--sebentar!" seru Alenda.

Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya Anggita selesai. Alenda pun menarik napas dalam-dalam sebelum keluar dari kereta kuda. Lantas dirinya mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru istana yang indah. Tangan pengawal yang terulur padanya pun dia terima dengan sopan.

"SELAMAT DATANG DI KERAJAAN DISAPPEAR, CALON RATU DISAPPEAR!"

Seluruh pelayan dan pengawal berbaris sepanjang jalan. Alenda jadi semakin bersemangat untuk menyapa mereka.

Kayak di film-film, njir. Sekalian fashion show, ah, batin Alenda yang pipinya sudah memerah karena malu. Dia melambaikan tangan ke kanan dan kiri bergantian. Kalau seperti ini saja mudah sekali. Dia sudah sering menonton dokumentasi Ratu Inggris yang menyapa rakyatnya di televisi.

"Selamat datang, Nona. Perkenalkan saya Lalea, kepala pengurus rumah tangga. Anda bisa mengikuti saya menuju ruangan Nona," ucap wanita paruh baya itu. Karena belum kenal siapa-siapa, Alenda pun mengangguk setuju.

"Wah, calon ratu kita sangat muda!"

"Iya, nih, cantik lagi."

"Siapa sangka Duke Celsion benar-benar akan mengirim putri kesayangannya?"

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang