Tangan kanan Alenda kejang sebentar. Entah berasal dari mana, sebuah aliran listrik mengalir dalam darahnya. Beberapa kali telapak tangannya jadi mengeluarkan percikan api. Usai mengusap darah yang mengalir di pelipisnya, Alenda bangkit dan berjalan gontai menyusuri bagian depan kuil. Dia tatap bangunan kuil suci yang sudah runtuh. Apakah kepala yang dibawa kaisar waktu itu benar-benar milik Gavier?
Rasanya Alenda tak siap. Dia takut jika hal itu terbukti benar. Apa lah yang bisa Alenda lakukan di dunia film ini jika tak ada Gavier di sana? Apalagi anak yang ada di dalam kandungannya ini akan selalu mengingatkan Alenda dengan Gavier. Alenda merasa dia tidak akan pernah siap untuk kemungkinan terburuk itu.
Please ... jaga janjimu, Vier. Please, jangan mati, batin Alenda sambil memejamkan mata sebentar. Sampai di pintu masuk utama kuil, Alenda sudah disambut oleh kaisar yang duduk di bagian teratas anak tangga. Di sebelahnya tampak sebuah kepala menghadap ke arah sebaliknya. Alenda jadi tidak tau apakah itu benar-benar kepala milik Gavier atau orang lain?
Dari atas sana, kaisar tersenyum lebar. Dia menghisap rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. "Hebat."
Alenda yang napasnya masih terengah-engah, wajah serta tubuh dipenuhi darah menatap kaisar dengan tatapan tajam. Ternyata orang gila ini lah dalang dari semuanya. Sekarang Alenda paham.
Bagaimana pun, dia tak akan pernah bisa mengerti jalan pikiran kaisar sebab dari awal otak kaisar sudah tidak normal.
"Kenapa Anda ... melakukan ini semua?"
Kaisar menghisap rokoknya lalu membuang putungnya. "Hmm ... kenapa semuanya menanyakan hal yang sama? Membosankan. Alenda, aku tau kau bukan orang semembosankan ini. Kau kan punya pikiran cemerlang yang berbeda dari lainnya!" seru kaisar.
Alenda pun bungkam. Dia tak ingin lagi bicara dengan orang gila. Hanya tatapan menusuk lah yang kini dia layangkan. Hal itu membuat kaisar tertawa lalu menepuk kedua tangannya beberapa kali.
"Hebat! Hebat! Itu! Itu! Tatapan itu yang paling kusuka darimu! Kalau kau menerima kesempatan yang kuberikan sekarang, aku bisa menjanjikanmu masa depan cerah kekaisaran. Aku sebagai kaisar dan kau permaisurinya," ucap kaisar yang mulai menegakkan tubuhnya. "Bukankah kau tau kalau aku bisa memberikanmu lebih dari yang Gavier berikan?"
Alenda mengepalkan kedua tangannya. Jangan bilang, semua ini terjadi hanya karena Alenda menolak pria itu?
"Eiyy ... kau tidak berpikir untuk menolakku lagi, kan?" Lantas kaisar mencoba menerka ekspresi Alenda sebab gadis itu dari tadi hanya diam saja. Merasa bahwa situasi kurang seru, kaisar pun melempar kepala manusia itu hingga menggelinding sepanjang anak tangga. Mendarat tepat di depan kaki Alenda, Alenda bisa melihat jelas wajah Gavier. Kedua mata pria itu terpejam. Wajahnya sudah babak belur.
"AKKKHHH!" Alenda langsung menjerit histeris. Dia berjongkok dan mengangkat kepala Gavier yang ada di bawah. Dia tatap wajah pria itu lekat-lekat. Diusapnya pipi yang terkena bercak darah itu. Alenda jadi teringat ucapan Gavier semalam. Semuanya begitu indah sampai rasanya kini dia masih berada di alam mimpi.
Ini tidak mungkin, kan? Ini bukan Gavier, kan? Tapi kenapa ... kenapa wajahnya sangat mirip sampai Alenda bahkan tak bisa membantahnya?
"Apa kau masih akan menolakku?" Kaisar melangkah turun hingga sampai di hadapan Alenda. "Kenapa? Wajahnya masih lebih tampan dariku walau sudah mati? Kau bisa menjadikannya pajangan di kamar kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...