"Kau mengganggu."
Alenda tersenyum paksa sambil meminta pelayan menyediakan teh hangat dan camilan untuk Galya.
"Kubilang, kau mengganggu waktuku."
"Iya-iya ... tapi kau tetap datang kan akhirnya?" ucap Alenda. Semakin dia berusaha akrab, rasanya jadi makin canggung karena Galya terlihat tak ingin akrab sama sekali.
"Bagaimana kabar, Kakak?"
"Aku tidak datang untuk berbasa-basi." Galya mengambil secangkir teh itu dan menyeruputnya.
"Kalau begitu, bagaimana kabar Kak Ezra?"
"Uhuk-uhuk!" Galya langsung tersedak saat Alenda sengaja membahas kelemahannya.
"Kakak baik-baik saja?" Alenda beranjak dan duduk di sebelah Galya. Dia menepuk-nepuk punggung saudari tirinya itu.
"Apa yang kau lakukan? Kau mau membunuhku?!" Galya menutup mulutnya dengan tangan karena air teh yang keluar.
"Mana mungkin? Aku masih ingin hidup!" Alenda memberikan sapu tangannya pada Galya. Walau menerima sapu tangan itu dengan senang hati, Galya tetap menatap sinis Alenda.
"Apa rencanamu, Alenda? Kupikir kau sudah mati membusuk di tangan Yang Mulia buruk rupa. Siapa sangka kau malah menggantikan wewenangnya dan menjadi Ratu tersayang?"
Bukannya kesal, Alenda malah tersenyum bangga. "Yah ... itu sebabnya kita tidak bisa menilai hidup orang lain sembarangan. Siapa tau kan kalau di masa depan dia akan sesukses ini?"
"Padahal aku tidak berniat memujimu, tapi kuakui mukamu makin tebal."
"Terima kasih, Kakak." Alenda semakin membuat Galya kesal dan dia puas.
"Jadi, apa maumu?" tanya Galya langsung.
"Kakak ... apa Kakak mau menjadi Duchess dengan cepat? Lalu bisa bersama dengan Kak Ezra?" tanya Alenda.
Galya mengalihkan pandangannya. "Jangan bahas itu. Aku tau tak ada cara lain."
"Bagaimana kalau aku menawarkan bantuan? Apakah Kakak akan membantuku sebagai gantinya?"
Kini Galya menatap Alenda lagi. Tawarannya memang tampak menggiurkan, tapi tetap saja Galya tak bisa percaya dengan mudah. Memang tau apa gadis 14 tahun ini? Dia menjadi ratu hanya karena dinikahi, bukan kemampuan sendiri.
"Tidak perlu. Aku tidak percaya padamu."
"Jure Uxoris," ucap Alenda dengan senyum lebar.
Bola mata Galya membulat. Bagaimana gadis ini bisa tau? Dia bahkan tidak kepikiran sampai sana. Sebenarnya ada apa saja di balik otak kecil yang licik itu?
"Apakah ini sudah terdengar menarik di telingamu?" tanya Alenda. "Tidak perlu menjadi Duchess pun, dia bisa bersamamu. Dia juga tidak perlu menjadi Duke. Apakah gelar Marquess cukup?"
Galya menautkan kedua alisnya, dia sedikit tersinggung dengan bagaimana Alenda bicara soal pasangannya. "Apa yang kau mau?"
"Kesetiaanmu," kata Alenda.
Galya yang tak mengerti semakin berpikir bahwa adik tirinya itu sudah gila. "Apa kepalamu terbentur sesuatu? Mau kupanggilkan dokter?"
"Hahaha ... bukan seperti itu, Kak." Alenda menghela napas panjang. "Gaffar mencintaiku, sebagai pasangan."
"APA?!" Galya menarik kerah Alenda, hendak menamparnya sekarang juga. "Katakan sekali lagi!"
"Gaffar ... dia mencintaiku."
Tangan Galya melayang, hendak menampar Alenda sekeras mungkin. Cinta terlarang itu akan menjadi aib besar bagi Keluarga Celsion dan Galya tak akan membiarkannya. Tapi, Galya tak tau bahwa Alenda yang ada di depannya bukanlah Alenda asli yang lemah atau benar-benar mencintai Gaffar. Dia adalah Zata Nandari, gadis modern yang menganut asas kebebasan. Sebelum tamparan itu terjadi, Alenda langsung menahan tangan Galya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasia[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...