Bab 54

8.3K 1.2K 77
                                        

Siapa bilang bab sebelumnya ending? Belum ada kata ending sebelum ada judul bab 'epilog' yaaa wkwk

***

Alenda duduk di dalam mobil sambil merasa aneh. Selama 11 tahun hidup di dunia film, transportasi yang dia gunakan adalah kereta kuda yang tidak nyaman karena jalannya menggunakan kuda. Sekarang ketika menaiki mobil yang nyaman dan melaju tenang membuatnya seperti orang aneh. Dia terus-menerus mengedarkan pandangan sepanjang gedung-gedung besar dilewati.

"Sumpah ya, gue benar-benar ngerasa ada sesuatu sama lo. Dari tadi muka lo planga-plongo kayak orang bingung. Are you okay, huh?"

"Ar yu ... okei?" Zata mengulangi perkataan Inggit sembari berpikir keras tentang artinya.

"Kenapa? Sekarang lo nggak ngerti Bahasa Inggris?" Inggit langsung menjawabnya dengan sewot.

Sontak Zata menggeleng. Dia menghela napas lalu menutup wajahnya. "Nggak ... nggak gitu. Ini semua masih terasa aneh."

"Apa, sih? Lo masih kebawa-bawa atmosfer bioskop? Kan nggak sekali dua kali kita nonton film tiga dimensi. Jangan-jangan ntar lo nggak bisa tidur lagi. Butuh ditemenin?"

Zata kembali menggeleng. "Nggak perlu. Antar aku pulang aja."

Sekarang bahasanya juga aneh. Kayaknya dia beneran sakit, pikir Inggit yang jadi mempercepat laju mobilnya agar Zata bisa istirahat.

Sesampainya di rumah besar Zata, gadis itu sudah ketiduran. Inggit pun turun lebih dulu untuk membunyikan bel rumah Zata. Tak menunggu lama, muncul seorang wanita paruh baya yang masih sangat cantik.

"Halo, Tante!"

"Loh, Inggit? Sudah pulang, toh?" Natasya menolah ke kanan dan kiri untuk mencari putrinya. "Zatanya mana?"

"Udah tidur di mobil, Tante. Kayaknya dia sakit. Aku nggak enak banguninnya. Jadi gimana ya, Tante?"

"Oalah ... kalian dari mana aja sampai dia sakit begitu?" kata Natasya sambil menggeleng heran. Kemudian dia menoleh ke dalam rumahnya. "Papa! Tolong gendong Zata ke kamarnya, dong! Dia udah tidur itu!"

"Biasa Tante, anak muda." Inggit cengengesan sendiri. Natasya sudah tau kebiasaan itu.

"Habis mabuk ya kemarin? Soalnya Tante baca chat Zata kalo kalian nginep di hotel," ucap Natasya.

"Iyah ... hehe .... Astaga, Tante pundakku sampai mau hancur nyeret Zata ke hotel. Itu anak buandel banget udah dibilangin jangan minum banyak-banyak!" seru Inggit yang malah mengadu.

Mendengar itu Natasya tertawa. "Nanti kalo bangun biar tante jewer."

"Mana, Ma?" Louis, papanya Zata, baru datang dari dapur karena tadi masih membetulkan tabung LPG.

"Itu di mobil. Kayaknya efek pengar kemarin kata Inggit," ucap Natasya.

"Haduh ... anak ini." Louis berkacak pinggang sambil menghela napas. Dia mulai membengkokkan tangannya ke kanan dan kiri untuk pemanasan sebelum menggendong anaknya. Kemudian pria berdarah Perancis-Italia itu pun mendatangi mobil Inggit untuk menggendong putrinya masuk rumah.

"Astaga anakku sayang ... kamu pasti capek habis seneng-seneng. Mau sebesar apa pun kamu, di mata papa masih aja kecil." Louis mengalungkan lengan Zata di lehernya lalu mengangkat kedua paha gadis itu agar melingkar di pinggangnya.

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang