Bab 61

6.7K 1.1K 46
                                    

Dear Future Husband,
you'll be my one and only on my life.

***

"Sumo Tarung?"

Zata menyentuh keningnya sendiri. Semuanya tiba-tiba saja terasa kacau. Ada beberapa ingatannya yang sudah simpang-siur karena hidup lama di dalam dunia film. Lantas Zata memejamkan mata dan mulai mencari memori yang hilang itu.

Sumo Tarung as Gavinenda Prasetya. Cowok gendut, berkacamata, dekil, dan suka nggak nyambung kalau diajak ngobrol.

Kalau kata teman-teman Zata dulu, dia seperti punya dunia sendiri di dalam hidupnya. Karena kalau diajak bicara A, jawabannya Z. Tapi biasanya itu ciri-ciri dari orang jenius sebab Gavin memang sudah berulangkali mewakili sekolah dalam perlombaan olimpiade IPA.

Yang paling mengejutkan, Zata menemukan ingatan tentang dirinya ditembak oleh Gavin. Zata yang begitu jahat dan liar itu tentu membalas perasaan Gavin dengan semena-mena. Entah apa yang disukai bocah pendiam itu dari cewek bar-bar macam Zata. Yang jelas, cara Zata membully Gavin sungguh kejam. Bahkan sampai membuat arena pertarungan untuk Gavin dan kakak kelas. Dan yang menonton diminta untuk bertaruh mengenai siapakah yang akan menang.

Tubuh Gavin yang lebar dan pendek jadi mendapat julukan 'Sumo' dan karena selalu menurut kalau diminta bertarung, dia jadi mendapat julukan tambahan yaitu 'Sumo Tarung'.

Sial, pikir Zata sambil menutup wajahnya. Kenapa dulu dia jadi bocah tengik sekali, sih?!

"Su--Sumo Tarung ...." Zata menunduk sembari mengerutkan wajahnya. Rasanya ingin sekali menghilang sekarang. Kalau diingat-ingat dia sangat memalukan dan menyedihkan. Menindas orang lain adalah pengalaman yang ingin Zata kubur bagaimana pun caranya. Kemudian Zata pun memilih untuk berlutut lagi. Kali ini disertai menyentuh kedua kaki Gavin. Dia sangat merasa bersalah telah menindas seseorang yang bahkan memiliki rupa sama dengan suaminya. "Aku bener-bener pantas mati."

Tak menunggu lama, Zata sudah melihat wajah Gavin tepat di depan wajahnya. Pria itu berjongkok agar bisa melihat wajah Zata lebih jelas. "Aku tidak pernah membencimu."

Empat kata itu membuat Zata semakin tercengang. Tidak mungkin pria ini tidak benci. Sudah diperlakukan keji begitu harusnya masih dendam besar, kan?

"Tapi ... itu benar-benar perbuatan yang buruk," ucap Zata setelah menghela napas berat.

Lantas Viktor ikut berjongkok di samping Gavin. "Apa yang dikatakan Gavin itu benar. Aku dan dia sudah lama memaafkanmu."

"Kalian berdua ... sungguh memaafkan aku?" tanya Zata lagi untuk memastikan.

"Iya. Maka dari itu, ayo bangun." Viktor membantu Zata agar kembali berdiri. "Apa yang terjadi sama kamu? Kenapa kamu bisa diikat dan ada di sini?"

Dia tidak begitu terkejut dengan gaya bicara Viktor karena anak-anak yang dulu pendiam itu memang lebih suka bicara dengan sopan.

Zata menggaruk pipinya. Dia juga tidak tau. Semuanya aneh. "Aku ... aku tadi diculik."

"DICULIK? Astaga ... hampir sama kayak adikku kemarin, tapi untungnya dia selamat," kata Viktor. Dia mulai melepas jaketnya untuk diberikan pada Zata. "Aku pinjamkan ini. Kamu pasti kedinginan."

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang