Prolog

49.7K 3.5K 105
                                    

~ Selamat datang di cerita ini dan selamat membaca! Mari berhalu bersama ~

***

Dum! Dum! Dum!

Seorang gadis dengan rambut kuncir kuda tinggi berjalan melenggak-lenggok, melewati kerumunan orang yang sibuk berjoget. Bunyi lagu yang diputar keras menambah suasana setiap orang yang sibuk menikmati kebebasan. Bibir semerah mawar gadis itu memberikan daya tarik kuat kepada laki-laki yang kesepian. Beberapa mendekati secara terang-terangan, tapi dia ahli sekali dalam menghindar. Setelah mengambil gelas berisi vodka, dia menggoyangkannya sebentar. Belum sempat diminum, seseorang memanggilnya.

"Zata!"

Yang dipanggil menoleh. Senyumnya mengembang saat Inggit akhirnya menemukan dirinya.

"Gila lo! Gue udah cari ke sana ke mari tapi nggak ketemu-ketemu!"

"Hah? Apa?" seru Zata karena tak bisa mendengar suara Inggit.

"AYO PULANG! LO MABUK, LONTE!" teriak Inggit di kuping Zata. Akhirnya Zata bisa dengar. Dia tertawa saat mengetahui cara Inggit menyebutnya. Memang sudah biasa mereka saling memaki, sebab pertemanan mereka lebih lama dari hanya sekedar teman sepermainan. Mereka sudah seperti saudara beda orang tua.

"Nggak, ah! Mau main~" Zata tak memedulikan Inggit yang sudah kuwalahan. Dia malah berlari tanpa sepatunya lalu melepas ikatan rambutnya. Dia berdiri di atas panggung kecil lalu berjoget di dekat tiang. Orang-orang yang melihatnya jadi berdecak kagum, karena Zata tampak sangat cantik.

"Anak gila," gumam Inggit usai menghela napas.

Zata terus menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan lagu. Yang ada di benaknya sekarang hanya perasaan bebas. Entah hal besar apa yang pernah dia lakukan sampai diberikan kehidupan luar biasa begini. Yang jelas, Zata tak pernah sedikit pun merasakan namanya pahitnya hidup. Sebab seluruh hidupnya sudah dijamin kebahagiaan oleh orang tua. Sisa apalagi sekarang? Zata hanya cukup menikmati dan bersenang-senang.

***

Pusing.

Itu yang mampu mendeskripsikan bagaimana perasaan Zata sekarang. Tak hanya sakit kepala, dia juga merasa mual dan sekujur tubuhnya pegal-pegal. Sebenarnya berapa banyak yang sudah dia minum?

Zata bangun dari kasur dan mengelus-elus keningnya. Mengeluh di pagi hari yang cerah akan membawa nasib buruk, jadi Zata memilih untuk meregangkan seluruh tubuhnya sambil menguap. Dalam waktu beberapa menit dia memutuskan menatap kosong ruangannya. Dia sedang mencoba mengingat apa saja yang terjadi semalam sampai dia berada di ruangan asing ini.

Eh?

Zata merasakan kaki orang lain di bawah selimutnya. Spontan dia langsung menyibak selimut itu hingga terbuang ke atas lantai.

"Nggh ...."

Zata mengelus dada lega. Ternyata itu adalah Inggit yang tidur telungkup di bawah selimut. Gadis itu memang punya kebiasaan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut saat tidur.

"Aduh, kok dibuka, sih?!" amuk Inggit yang sudah merasakan kehilangan selimut di tubuhnya.

"Udah pagi, Nggit. Lo mau bangun jam berapa?" tanya Zata yang mulai bangkit. Gadis itu mengambil piyama yang sudah di sediakan sebagai fasilitas hotel lalu berjalan ke balkon kamar.

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang