Alenda membentur-benturkan kepalanya ke bantal selama beberapa kali. Sekarang dia sudah tidak tau lagi. Dirinya yang bodoh atau Adires? Melihat dari apa yang terjadi semalam, begitu brutal dan tak ada etika. Alenda jadi menutup kembali wajahnya dengan selimut, tapi tiba-tiba dia merasakan lengan seserang di wajahnya.
"Berat!" Alenda mendorong Adires menjauh.
"Loh, kok galak?"
Alenda bangkit menjadi duduk dan menutupi tubuhnya yang sudah tak pakai apa-apa dengan selimut. "Diem, deh! Mending sekarang kamu mandi dan pergi dari sini!"
"Kau membuangku? Kenapa? Sekarang kau menyesal?" Adires masih tak percaya dengan apa yang dia dengar. Padahal dia kira semua hal yang terjadi semalam itu berdasarkan suka sama suka, tidak ada paksaan sepihak sama sekali. "Jangan-jangan semalam kau mabuk?"
"Tidak!" Alenda mengelus pelipisnya yang terasa pusing. "Maksudku, pergilah sebelum Gavier sadar. Dan juga, jangan lupa hapus ingatanmu darinya! Aku masih belum siap untuk menceritakan segalanya."
"Kau sangat peduli pada Gavier," kata Adires. Dia mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Padahal Gavier pasti juga akan menyukainya kalau tau apa yang terjadi semalam, pikir Adires.
"Tentu saja! Dia suamiku!"
"Aku juga suamimu," ucap Adires yang tak suka cara Alenda membedakannya dengan Gavier.
"Haaah ... jadi maksudmu aku punya dua suami?"
"Satu suami, dua kepribadian. Ya, kan?" kata Adires, memperjelas segalanya yang sudah rumit.
"Sudah-sudah, cukup! Aku tidak ingin mendengarnya lagi. Lagipula, apa yang terjadi semalam benar-benar kesalahanku," ucap Alenda yang akhirnya menutup wajahnya dengan pasrah.
"APA?!" Adires mendekat pada Alenda, dia berusaha membuka wajah gadis itu. "Jadi, kau menyesal, Istrinya Gavier?!"
Alenda menggeleng. "Bukan begitu ... aku hanya tidak siap atas apa yang akan terjadi setelah kejadian ini."
Adires yang tidak mengerti jadi menunggu hal apa yang akan dikatakan Alenda selanjutnya.
"Bagaimana kalau ... aku hamil?" Alenda menyentuh perutnya yang masih datar.
"Kau tidak mau mengandung anakku dan anak Gavier?" tanya Adires yang mulai terluka.
Alenda menggeleng. "Aku tidak siap punya anak."
"Baiklah. Aku mengerti maksudmu. Kau tidak perlu terlalu memikirkannya." Adires bangkit dan segera mengenakan celana dan kemejanya. Wajahnya yang tampak murung dan dingin jadi membuat Alenda cemas. Apa pria itu terluka? Apa dia sedih dengan ucapan Alenda? Atau ... tersinggung?
"Adires!" panggil Alenda.
"Aku tidak akan mengganggumu untuk sementara waktu. Pikirkan baik-baik apa kau sampai harus menyesali apa yang telah kita lakukan? Dan tenang saja, ingatan ini akan kuhapus dari Gavier."
Setelah mengatakan itu, Adires ke luar dari kamarnya. Membiarkan Alenda membatu di tempat karena merasa bahwa ucapan itu mirip dengan ucapan perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasia[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...