"Hormat saya kepada Sang Pemimpin Benua," ucap Alenda seraya menyentuh sebelah dadanya dan membungkuk. Dia berikan hormat sesungguhnya pada kaisar yang berposisi paling tinggi di tempat ini.
"Hei-hei, janganlah begitu! Jangan bicara terlalu sopan, mari mengobrol sebagai teman," ucap kaisar.
Alenda mengangkat kedua alisnya. "Maaf? Teman? Sa--saya menjadi temannya Yang Mulia Kaisar?"
Kaisar hanya membalas dengan tawa lalu meminta Alenda duduk di sofa. "Bisakah kau duduk terlebih dahulu? Sepertinya aku semakin tua jadi lelah kalau harus berdiri lama-lama."
Bohong sekali, batin Alenda kala melihat otot kekar kaisar di bagian lengan.
"Ada apa? Kau pikir aku berbohong?" Kaisar menepuk-nepuk lengannya dengan bangga. "Ini memang kubuat saat peperangan 10 tahun lalu."
Pipi Alenda memanas saat ketahuan mengamati otot kekar kaisar. Berdosa sekali dia.
"Hahaha, kau benar-benar perempuan yang sulit ditebak. Ekspresimu itu gampang dibaca, tapi tidak bisa diprediksi akan bertindak apa," kata kaisar. Alenda yang tak paham mengapa kaisar terlihat sok akrab dengannya hanya mampu terdiam. "Sebenarnya, aku sudah mengamatimu sejak kau melangkahkan kaki di kerajaan ini dan menikah dengan Hephaestus."
"Anda ... mengamati saya?"
Kok bisa? Padahal aku pikir, pesta ini adalah pertemuan pertamaku dengan kaisar.
"Betul." Kemudian kaisar mengubah duduknya agar lebih tegap. "Jawablah dengan jujur, apakah kau mencintai Hephaestus?"
Langkah Gavier terhenti di depan suatu ruangan saat mendengar namanya disebut. Rencananya untuk menyusul Alenda jadi tertunda sebentar. Apakah orang di dalam sedang berbicara tentangnya?
"Sebenarnya ...." Alenda menatap lurus kaisar sebelum menjawab. Kalau kepada kaisar, mungkin jawabannya akan tetap aman sebab kaisar bukan orang jahat untuk Gavier. Lagipula dia tidak bisa membohongi beliau, takut kalau ketahuan bisa dihukum penggal. "... tidak. Saya tidak memiliki perasaan apa-apa pada Yang Mulia Hephaestus."
"Begitu, ya?"
Gavier yang bersandar pada pintu sangat yakin bahwa yang dia dengar adalah suara Alenda. Dia jadi betah untuk mendengar topik seru itu sebelum pergi. Entahlah, mengapa rasanya tidak menyenangkan ya saat tau kalau Alenda tidak memiliki perasaan padanya? Padahal Gavier sadar diri kalau orang seperti Alenda tidak mungkin menjatuhkan hati pada orang seperti dirinya.
"Benar."
"Apa kau yakin?"
"Sejauh ini saya yakin pada jawaban saya."
Kaisar mengangguk. "Lalu, apa rencanamu dalam pernikahan kalian? Kalau kalian tidak saling mencintai, bukankah memiliki penerus adalah suatu hal yang mustahil?"
Penerus? Maksudnya ... anakku dan Gavier? Membayangkannya saja itu ....
Pipi Alenda kembali memerah, dia menunduk untuk menyembunyikan wajahnya.
"Saya ... saya rasa belum siap. Saya tidak pernah terpikirkan untuk punya anak."
Kaisar tertawa kecil melihat respon Alenda. "Kalau kau benar-benar tak punya rasa padanya, maukah kau bersamaku?"
"Ya? Maksud Anda?" Alenda sangat terkejut dengan pertanyaan itu.
Lewat aura yang kaisar rasakan, dia bisa menyadari bahwa ada Gavier yang menguping pembicaraan mereka dari luar.
"Hmm, aku memang sudah menikah, tapi aku bosan dengan istri-istriku jadi aku butuh seorang perempuan manis sepertimu yang akan selalu memberikan kata-kata indah untukku." Kaisar mengambil sebelah tangan Alenda lalu mengecupnya. "Bersediakah kau memberikanku kesempatan, Nona Alenda? Maka aku akan menjadikanmu satu-satunya permaisuriku. Bukankah perempuan sepertimu lebih pantas bersanding denganku?"
![](https://img.wattpad.com/cover/309752415-288-k733969.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...