This was the very first page, not where the story line ends. My thoughts will echo your name, until i see you again.
***
"Ibunda!"
"Viktol sayang Ibunda!"
"Ibunda adalah olang yang paling Viktol sayang di dunia ini!"
"Kalau Viktol menggambal cinta Viktol untuk Ibunda, maka keltas Viktol tidak akan cukup, heheh!"
Dalam tidurnya, Zata mulai terisak. Wajah Viktor berlari-lari dalam bunga tidurnya. Kala merasa ada sesuatu yang sangat sesak di dadanya, Zata terpelonjak di atas kasur. Dia mencoba mengambil napas dalam-dalam lalu dihembuskannya perlahan. Air mata yang ke luar di dalam mimpi ternyata juga ke luar di dunia nyata. Lantas Zata mengusapnya. Suasana hati pagi ini jadi sedikit menyesakkan. Hal pertama yang harus Zata lakukan adalah mencuci mukanya.
Serrrr ....
Zata membasuh wajahnya dengan air berkali-kali. Sebab kala wajahnya terkena air, air matanya malah mengalir lagi.
"Zata?"
Tok! Tok! Tok!
"Nak?"
Zata mematikan krannya lalu menatap pantulan dirinya di cermin. Ini sangat menyedihkan. Tak hanya tidak bisa melihat orang yang ia cintai, Zata juga kehilangan anaknya.
"Iya, Ma."
Zata berjalan ke pintu dan membukanya.
"Hari ini kamu ada kelas, nggak?" tanya Natasya sembari memperhatikan mata anaknya yang sedikit sembab.
"Emm ...." Sebenarnya Zata tidak tau, tapi dia teringat beberapa waktu lalu saat Inggit mengajarinya cara menggunakan ponsel dan mengatakan padanya tentang jadwal kelas Zata. "Nggak ada, Ma."
"Kalau gitu mau temenin mama ke pasar, nggak?"
"Pasar?"
Natasya mengangguk dengan seulas senyuman.
Karena merasa tidak punya kegiatan lagi, Zata pun tidak menolak. Dia segera bersiap dengan pakaian sederhana lalu mengikat rambutnya menjadi kuncir kuda. Entah mengapa kalau begini rasanya lebih segar saja.
Setelah siap, Zata dan Natasya berangkat menggunakan taxi. Setengah jam perjalanan mereka rasakan sampai akhirnya tiba di pasar tradisional. Sebagai anak muda, Zata yang bertugas membawakan belanjaan mamanya. Dia pun mengekor saja ke mana mamanya mau beli bahan makanan.
"Kok 70.000 sih, Bu? Kemahalan. 45.000 gitu, lah."
Dan sesi tawar-menawar ini pun berlangsung lama. Sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru pasar, Zata menangkap seseorang yang sangat dia kenali.
"Gavier?"
Berbeda dengan pria yang penuh karisma seperti Kak Resta kemarin, kali ini berbeda. Dia tampak lusuh dengan wajah dingin. Kacamata yang dia kenakan memberikan kesan yang berbeda. Tampaknya dia sedang membeli sesuatu dan membayarkannya pada penjual. Setelah selesai, dia kembali memakai tudung jaketnya dan beranjak pergi.
"Ma--Mama! Aku ke sana sebentar, ya!"
Natasya hanya melambaikan tangan karena sibuk berdebat dengan penjual daging. Merasa bahwa arah orang yang mirip Gavier tadi ke ruko-ruko di sebelah kiri, Zata tak menunggu lama untuk berlari mengikutinya.
"Loh, kok udah hilang? Jalannya tadi kayak nggak secepat itu," gumam Zata sambil mengatur napasnya.
Jalanan ruko ini sepi karena seluruh rukonya tutup. Percuma kalau Zata terus berlari mengelilinginya sebab bisa saja dia malah bertemu orang aneh atau jahat di sana.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasía[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...