Zata memejamkan matanya sebentar. Riuh suara orang-orang di sekitar membuat kepalanya sakit lagi. Kala dia mendongak dan membuka mata lagi, pria bernama Resta itu menatapnya. Entah memang sedang menatap ke arahnya atau dia salah sangka saja. Tapi senyuman yang diberikan pria itu langsung membuat rasa sakit di kepala Zata sirna.
"Ganteng banget, sih!" pekik Inggit yang sudah heboh sendiri. "Tadi dia liatin ke sini, kan? Jangan-jangan ngeliatin gue!"
Apa Zata salah lihat, ya? Senyuman itu benar-benar mirip dengan senyuman Gavier yang selalu menyinari dunianya. Kalau memang dia adalah Gavier, Zata berharap diberikan kesempatan kedua untuk kembali bersama di dunia ini.
Bolehkah?
"Wah ... terima kasih atas jawaban yang telah diberikan Kak Resta!" Kemudian MC mulai membaca teks di kertas yang sudah dia pegang sejak tadi. "Tapi ada satu pertanyaan lagi, nih! Kak Resta tuh ganteng begini ada yang punya nggak, sih? Waaah, pertanyaannya agak menegangkan ya bestie. Siap-siap patah hati berjamaah, hahaha ...."
Mendengar itu semua penonton berseru. Para reporter semakin mendekatkan kamera mereka agar mendapatkan hasil yang lebih jelas. Menanggapi pertanyaan MC, Resta terkekeh pelan. Hal itu membuat para gadis jadi semakin kelimpungan.
"Ehehe ... gimana, ya? Emm ... ya ... untuk sekarang saya lagi fokus dengan film perdana saya dan belum ada kepikiran ke sana."
"Berarti Kak Resta lagi jomlo, ya?" sahut MC langsung sambil tertawa. "Kesempatan bagus nih cewek-cewek. Bisa langsung baris jadi calon mantu mamanya Kak Resta! Kita tinggal memantaskan diri aja ya, kan?"
MC yang begitu ramah itu membuat penonton semakin nyaman sebab Resta jadi sering tertawa dibuatnya. Setelah semua sesi pertanyaan selesai, para reporter berebut mengambil gambar Resta. Beberapa orang juga mengerumuninya untuk sekedar minta foto bersama atau tanda tangan.
"Mau foto juga, nggak?" tanya Inggit sambil menaik-turunkan alisnya.
Wajah Zata memerah. Dia menyentuh dadanya sambil berkata, "Emm, kayaknya rame."
"Apa yang nggak buat cogan ya, kan?"
Lantas Zata kembali menatap ke arah Resta. Kalau benar ini adalah cara semesta mempertemukan dia dengan Gavier lagi, maka Zata tak boleh melewatkan kesempatan ini. Dia pun mengangguk setuju dan membuat Inggit girang.
"Ayo!" Inggit menarik tangan Zata dan menerobos banyaknya kerumunan.
Sesampainya di depan Resta, Zata benar-benar kehilangan kata-kata. Kini dia yakin seratus persen bahwa pria ini adalah Gavier. Bentuk wajahnya mulai dari alis, mata, hidung, bibir, semuanya mirip. Tidak salah lagi. Dia adalah Gavier versi dunia modern. Hal yang membuat Zata sempat pangling adalah pakaiannya yang sesuai zaman ini. Bukan lagi jubah raja yang biasa dipakai di istana.
"Halo, Kak Resta!" seru Inggit. Zata terkejut karena Inggit tiba-tiba menyapa pria itu. Padahal dia belum siap untuk bertatapan langsung.
"Oh, halo!"
"Kami berdua fans-nya Kakak, nih! Heheh," kata Inggit tanpa malu. Zata sendiri masih bengong di tempat. Dia terpaku oleh penampilan Resta. Bisa dibilang dia kagum melihat gaya rambut, cara bicara, dan prestasi pria ini. Kalau benar dia adalah Gavier, tentu Zata sangat lah bangga.
"Oh, iya kah? Terima kasih, ya, tapi ... kenapa kalian berdua rasanya nggak asing, ya?"
Kali ini Zata semakin syok. Apa Resta mengenalinya sebagai Alenda? Kalau benar, apa yang harus Zata lakukan? Apa dia harus menangis sambil memeluk pria itu? Atau menenangkannya?
"Jelas, dong! Kita kan junior Kakak dulu di kampus. Gue masih ingat kalau Kakak yang OSPEK-in kita!" seru Inggit langsung.
OSPEK? Junior? Aku dan Inggit kenal orang ini? pikir Zata yang jadi bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...