Gavier menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu membuang wajahnya ke arah lain.
"Ba--baiklah."
Saat Gavier menatap Alenda lagi, dia merasa heran karena gadis itu masih tersenyum lebar. "Ada apa?"
"Kita harus mengadakan pesta!"
"Pesta? Kenapa?" tanya Gavier yang tak begitu suka kerumunan.
"Untuk menyambutmu kembali! Boleh, kan?" Alenda berjalan mendekat dan mendongak tepat di depan wajah Gavier.
"Ke--kenapa lagi? Wajahmu terlalu dekat!"
Alenda bisa melihat telinga Gavier yang lebih merah dari biasanya. Hal itu membuatnya super senang. "Bagaimana? Aku lebih besar, kan? Tinggiku hampir menyamaimu."
Benar. Padahal dulu dia hanya gadis kecil yang cukup berani, pikir Gavier yang baru menyadari bagaimana Alenda bisa tubuh menjadi wanita dewasa yang begitu cantik.
"Benar, kau jauh lebih besar."
"Lebih cantik?"
"Benar, juga lebih can ... Alenda!" kata Gavier kala sadar apa yang baru saja dia katakan. Hal itu membuat Alenda tertawa lagi.
"Baiklah, aku akan berhenti menggodamu. Ayo," ajak Alenda sembari mengulurkan tangannya pada Gavier.
"Ke mana?"
"Makan bersama. Hal yang selalu ingin kulakukan bersamamu."
Gavier tak membalasnya. Dia tau apa maksud Alenda. Sayangnya, itu tidak akan pernah terjadi. Sampai kapanpun, Gavier tak akan menunjukkan wajahnya pada Alenda. Dia tak ingin menghapus senyum cantik itu. Dia masih ingin melihatnya.
"Aku ... tidak bisa."
Kemudian Alenda menarik kembali tangannya. Apa itu semua karena wajahnya? Alenda jadi teringat kembali kekesalannya yang tak bisa melihat wajah Gavier. Kalau saja dia punya kesempatan untuk memecahkan topeng itu, maka dia akan melakukannya sejak lama. Sayangnya kalau dia berbuat bar-bar begitu, takutnya Gavier malah membunuhnya. Sebaik apa pun pria itu padanya, tetap saja dia raja yang tidak punya perasaan istimewa apa pun untuknya.
"Aku lupa, tapi ... kalau menemaniku bagaimana? Kau bisa melihatku makan sambil kita berbincang," ucap Alenda.
"Memang bisa begitu?"
"Bisa, dong! Ayo!" Alenda menarik tangan Gavier agar mengikutinya. Aezarus yang ada di sana kembali terpanah oleh kebaikan ratunya. Siapa sangka dia tidak jijik berdekatan atau menyentuh Gavier yang dari lama dikenal buruk rupa.
"Ratu itu polos atau apa, ya? Bisa-bisanya menyentuh raja begitu saja."
"Benar, kasihan sekali."
"Kalau dia masih sendiri, pasti aku sudah melamarnya."
"Hahaha, diam-diam kau licik juga. Memangnya kau berani bersaing dengan Yang Mulia?"
"Hmm, setidaknya aku berani bersaing lewat tampang."
Ucapan dari para prajurit membuat Aezarus kesal. Lantas dia melempar belatinya hingga menancap di pilar yang ada di dekat prajurit itu. Mereka yang ketahuan sedang membicarakan Gavier langsung menggigil di tempat.
"Haah ... tanganku licin lagi," ucap Aezarus sembari menatap tajam mereka. Setelah berhasil membuat mereka ketakutan, Aezarus berbalik kembali mengikuti langkah kedua Yang Mulianya.
***
Alenda menelan daging yang dia makan sembari menatap Gavier yang duduk di dekatnya. Baru kali ini Gavier menemani seseorang makan, jadi rasanya cukup aneh. Apalagi dia boleh duduk di tempat sedekat ini tanpa perlu melakukan apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...