Tuhan, kucinta dia. Kuingin bersamanya. Kuingin habiskan napas ini berdua dengannya. Jangan rubah takdirku. Satukanlah hatiku dengan hatinya.
Caelah.
***
"I-‐ini kok ... kok? Kok? Kok bisa?!" Zata berjongkok sambil menjambak rambutnya. Karena memang sudah cukup malam, suasana di sekitar rumah Zata sangat sepi. Hanya lampu jalan yang menemani. Menambah suasana jadi semakin ngeri.
"Ini ... ini ...." Zata menggigit kukunya sendiri dengan sangat panik. Rasanya ingin teriak dan menangis. Apa barusan dia berhalusinasi? Tapi semua itu benar-benar sangat nyata!
Plak! Plak!
Zata menampar pipinya sendiri berkali-kali. Berharap dia akan segera sadar kalau ini mimpi.
"Astaga, kok? Gimana bisa? Siapa laki-laki itu?"
Krieet ....
Pagar rumah Zata digeser ke samping. Seorang perempuan muncul, hendak membuang sampah yang sudah dikumpulkan dalam plastik besar.
"Loh, Zata?"
Zata menatap Inggit dengan raut takut. Sontak Inggit melempar sampahnya dan langsung mendatangi Zata.
"Hei! Lo kenapa? Kok bisa di sini? Jangan-jangan karena Kak Resta? Dia udah ngapa-ngapain lo?!" tanya Inggit beruntun. Dia mulai memutar-mutar tubuh Zata untuk mengecek apakah ada yang terluka. "Lo nggak pa-pa, kan? Dia nggak nyakitin lo, kan?"
Zata menarik napasnya dalam-dalam. Dia menelan salivanya sendiri susah payah lalu memegang bahu Inggit. "Nggit ... coba cubit aku."
"What?"
"Cubit, plis!"
"But, why? Gue nggak mau do something yang nggak ada reason-nya," kata Inggit sembari menyembunyikan tangannya di ketiak.
Zata yang gemas langsung mengambil tangan Inggit untuk diletakkan di pipinya. "Aku mohon sama kamu! Sebelum aku jadi gila!"
"Hah?!" Otomatis Inggit menyubit kedua pipi Zata lalu menggoyang-goyangkannya ke depan dan belakang sampai Zata merintih sendiri.
"Aw! Aw!"
"Tuh, kan! Sakit, kan? Awas lo ngebales!" Inggit kini menutupi pipinya. "Lagian lo kenapa, sih?!"
Zata menghela napas berat. "Kepalaku pusing. Ayo kita masuk dulu."
Sampai di dalam kamar Zata, Inggit sudah mengenakan piyama tidur milik Zata. Memang sudah biasa mereka menginap atau menggunakan pakaian satu sama lain. Benar-benar seperti keluarga.
"Oke, jadi sekarang lo mau cerita?" kata Inggit sembari menepuk-nepuk pipinya. Dia hendak memakai masker untuk melembutkan kulit.
Zata sendiri sedang mencopot resleting pakaiannya lalu ganti menjadi piyama tidur. "Tadi aku mengalami kejadian aneh. Yang ... gilanya lagi itu benar-benar kejadian di dunia nyata."
"Apaan?"
Zata mendudukkan diri di atas kasur sambil menghadap Inggit. "Tadi kan aku makan malam sama Kak Resta, setelah itu kita ke rumahnya--"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...