Bab 22

13.4K 1.7K 29
                                    

- Hayo, siapa yang masih ngeyel baca chapter sebelumnya walaupun -18? Kali ini chapternya masih dalam kutip (18+) ya, bisa lanjut bab selanjutnya aja atau baca ceritaku yang lain kalau masih di bawah umur. Bijak dalam membaca ya teman-teman hehe -

-----

"HAH!"

Alenda melotot dengan bibir yang masih monyong, betapa terkejut dirinya kala mendapati Gavier mendorongnya menjauh. Ini sangat konyol. Pantat Alenda terasa cenat-cenut sekarang.

"Aduuuh ...," rintih Alenda yang merasa kesakitan sebab pantatnya mendarat keras.

"A--Alenda?" Gavier yang baru sadar segera mendekat untuk membantu. Sudah jatuh dengan memalukan, Gavier malah pura-pura kasihan. Tak tau saja Alenda ingin menghilang sekarang.

"Lepas!" kesal Alenda.

"Maaf ... aku tidak tau kenapa kamu jatuh tapi apa aku melakukan kesalahan, Alenda?"

Aneh. Adires tak mungkin meminta maaf begitu saja. Sepertinya ... dia bukan Adires.

"Adires?" panggil Alenda.

Bola mata Gavier langsung melebar. "Ba--bagaimana kamu tau soal Adires?"

Sialan. Jadi Adires pergi begitu saja setelah melahap habis bibirku! Sekarang bagaimana aku harus menjelaskannya pada Gavier? Walau mereka adalah orang yang sama, tapi mereka tetaplah berbeda.

"Aku tidak sengaja bertemu dengannya semalam," kata Alenda, akhirnya menemukan alasan yang tepat.

"Bagaimana bisa ...." Gavier merenung, mungkin semua ini terjadi karena saat pesta dansa Alenda menyebut Gavier tampan. "... apa kamu bisa melihat wajah asliku?"

Menurut Alenda, Gavier jauh lebih lembut daripada Adires. Mungkin kalau dia berkata yang sejujurnya, Gavier tidak mungkin membunuhnya, kan? Dia sudah cukup lelah berada di posisi di antara pria berkepribadian ganda ini.

"Emm ... yah, begitulah." Alenda mengalihkan pandangannya. Membuat Gavier maju mendekat sembari memegang lengan Alenda.

"Jujurlah, Alenda. Apakah wajahku ... tidak terlihat buruk rupa?" Gavier akan sangat bersyukur jika hal itu yang terjadi sebab Alenda tak akan meninggalkannya pergi dengan alasan rupa. Berada di dekat Alenda untuk waktu lama adalah keinginan terdalam Gavier. Alenda adalah orang pertama yang mau memiliki hubungan dengannya.

"Ya, kau sangat ... ehem, lumayan." Alenda perhatikan baik-baik wajah Gavier yang bersih. Walau diterpa panasnya sinar matahari, dia tetap saja terlihat tampan. Ini sangat tidak adil.

"Lumayan apa?"

"Kau tau jawabannya," kata Alenda sambil membuang muka. Gavier senang melihat Alenda malu-malu.

"Terima kasih, Alenda." Gavier langsung memeluk Alenda. Entah apa yang dia maksud, tapi Alenda biarkan saja. Jantungnya masih berdebar kencang karena kejadian barusan.

"Tapi, Alenda ... sebenarnya apa yang terjadi? Adires tidak menyakitimu, kan?" Gavier menguraikan pelukan keduanya dan mulai memperhatikan baik-baik tubuh Alenda, takut ada yang lecet.

"Aku baik-baik saja, Adires tidak menyakitiku. Dia percaya bahwa niatku baik untuk berada di sisimu."

Gavier sangat tidak percaya, bagaimana mungkin itu terjadi? "Aneh. Padahal siapapun yang tau rupa asliku atau mengenali Adires, dia takkan bisa hidup lagi."

Alenda menelan salivanya. Sebenarnya dia juga sedikit heran karena Adires bukannya jahat, hanya sedikit nakal.

"Astaga!"

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang