Bab 49

8.2K 1.1K 44
                                        

Every night I close my eyes
And wish I was still in love

Sudah tiga hari sejak Gaffar dimakamkan. Suasana Kediaman Celsion jadi sangat sunyi dan sensitif. Apalagi setiap malam akan terdengar suara erangan dari ibu Galya dan Gaffar yang tidak terima kenyataan. Mungkin karena depresi, sesekali istri duke itu melampiaskan semua kesedihan padanya atau memberikan perhatian yang begitu berlebihan secara tiba-tiba.

Galya sendiri hanya berdiam di kamar. Semua aktivitas dan pekerjaannya berhenti untuk sementara. Sebagai tambahan uang belasungkawa, kekaisaran juga memberikan Keluarga Celsion kelonggaran untuk libur dari segala kegiatan selama seminggu.

Duduk di teras balkon menjadi kegiatan Galya akhir-akhir ini. Dia merenung, mengusap perutnya yang sudah membesar, dan menghabiskan beberapa cangkir teh hangat. Walau sesekali juga ditemani oleh beberapa pelayan, tapi mereka memutuskan untuk menunggu di luar kamar Galya karena merasa kasihan. Kini penampilan Galya benar-benar seperti mayat hidup.

Semua rumor sudah menyebar. Tentang perselingkuhan suami Galya dan peristiwa pemenggalan kepala anak kedua Keluarga Celsion oleh kekaisaran. Karena penasaran dengan penyebab kaisar menghukum Gaffar, banyak sekali orang yang mengirim undangan pada Galya agar berkunjung. Mereka mengatakan bahwa itu adalah bentuk simpati untuk menemani Galya yang berduka, padahal tujuannya adalah menggali informasi tentang apa yang sedang heboh saat ini.

Kedudukan Keluarga Celsion yang tinggi membuat mereka berebutan menghancurkannya.

"Nggak pa-pa, Nak, nggak pa-pa." Galya merasakan tendangan-tendangan kecil dari anaknya. Dia pun mengelus lembut perutnya yang sudah cukup besar. "Ibu ada di sini. Ibu nggak akan pernah meninggalkan kamu. Maafkan ibu karena sebelum lahir, sudah banyak peristiwa yang mengejutkanmu."

Tok ... tok

Pelayan masuk ke kamar Galya. "Permisi, Nyonya Duchess, ayah Anda meminta izin untuk membawa tamunya dan hendak bertemu dengan Anda."

Ayah?

Galya menyeruput tehnya sampai habis lalu bangkit dari tempatnya. "Siapkan ruang tamu dan camilan."

"Baik, Nyonya."

Setelah mengganti pakaian dengan lebih sopan, Galya berjalan ke arah ruang tamu ditemani dua orang pelayan. Di sana dia melihat ayahnya bersama seorang pria yang Galya yakini bukanlah Ezra. Tentu saja kalau pria itu Ezra, ayahnya tak akan membawa dia ke mari dengan cara baik-baik.

"Salam saya kepada Nyonya Duchess Celsion," ucap pemuda itu langsung dan menegakkan tubuhnya kala Galya tiba.

"Salam hormat saya kepada Tuan juga," kata Galya kemudian menatap ayahnya.

"Baiklah, mari duduk terlebih dahulu," ucap Celsion. Dengan sedikit bingung, Galya menurut. "Duchess ... beliau adalah Pangeran Helion dari Kerajaan Narunei. Beliau datang sebagai delegasi dari Negara Narunei untuk belajar pada keluarga kita."

Galya mengangguk paham lalu menatap sang pangeran. "Mohon maaf atas ketidaksopanan saya sebelumnya, Pangeran," ucapnya sambil merendahkan tubuh.

"Ah, tidak pa-pa, Nyonya Duchess ... mohon jangan sungkan pada saya."

"Apa yang hendak Anda pelajari?" tanya Galya. Walau rasanya situasi ini tidak tepat untuk kembali bekerja, tapi menolak kunjungan seorang pangeran yang ingin belajar hanya akan memperburuk nama baik Keluarga Celsion. Toh, setelah ini dia juga harus melanjutkan hidupnya.

"Anda. Ehh--" Helion langsung menutup mulutnya dengan raut syok. Hal itu membuka Celsion dan Galya ikut terkejut. Namun, setelahnya dia segera memperbaiki ucapannya. "Ma--maksud saya ... saya ingin mempelajari kebijakan-kebijakan yang Anda usulkan di sistem perekonomian saat ini. Walau sangat baru dan belum pernah terjadi sebelumnya, tapi usulan Anda selalu sukses besar. Ketika dinobatkan menjadi raja nanti, saya ingin memiliki pemikiran seperti Anda untuk kesejahteraan rakyat Narunei."

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang