"ITU BERBAHAYA, YANG MULIA!"
Gavier menutup kedua telinga saat mendengar suara lantang Lalea dan Aezarus. Kedua bawahan setianya itu memang paling tidak bisa mengurus kegilaan Gavier. Selain nekat, mereka juga bingung dengan jalan pikiran rajanya. Apa beliau tidak memikirkan dampak panjang yang akan dituainya nanti?
"Aku bisa menjaga diriku sendiri," ucap Gavier tanpa beban. Dia mulai memakai berbagai pakaian yang sudah disiapkan pelayannya untuk keberangkatannya ke kuil.
"Bisa menjaga diri sendiri? Saya menggendong Anda yang berlumuran darah ke atas naga, Baginda," ucap Aezarus dengan nada datar, tapi sangat menyiratkan bahwa dia juga setuju pendapat Lalea.
"Jadi kau butuh imbalan?"
Pertanyaan Gavier membuat Aezarus semakin pusing.
"Jika Anda pergi, bagaimana dengan Alenda?" celetuk Gaffar yang baru tiba, diikuti oleh beberapa pelayan yang membawakan makanan. Gavier menoleh, dia segera memerintahkan pelayan-pelayan itu untuk membagikannya ke para prajurit rahasia.
"Kalian istirahat dan makanlah. Waktu kita tidak banyak, maka perlu mengisi tenaga sampai penuh."
"Baik, Yang Mulia!"
"Yang Mulia!" seru Gaffar kala Gavier tidak mengindahkan perkataannya sama sekali.
"Ah, iya. Maaf, Gaffar. Aku lupa ucapanmu barusan. Apa yang kau katakan?"
Gaffar menghela napas berat, sikap Gavier yang seperti ini membuatnya semakin cemas. "Saya bertanya, kalau Anda pergi ... bagaimana dengan Alenda?"
Gavier tampak mengedarkan pandangannya untuk berpikir. Detik kemudian dia menatap Lalea yang sudah waswas. "Kau ... hmm, walaupun hubungan kalian mungkin akan sedikit canggung, tapi cuma kau yang bisa kupercaya."
"Apa maksud, Yang Mulia?"
"Temani istriku selama aku pergi. Carikan lah alasan apa pun kepadanya tentang kepergianku. Yang penting, jangan sampai dia terluka atau mengetahui tentang perjalanan ini." Kemudian Gavier menatap Gaffar. "Aku juga meminta tolong padamu untuk menjaganya."
Terjadilah keheningan di antara mereka semua, sedangkan Gavier tetap tenang disertai senyuman lebar. "Sekarang masalahnya sudah selesai, kan?"
"... pernah ...," guman Gaffar.
Gavier sengaja memunggunginya karena tak ingin percakapan tentang Alenda semakin panjang.
"Aku tidak bisa mendengarnya, Gaffar."
"Jangan pernah mempermainkan adikku, Yang Mulia," kata Gaffar dengan nada rendah.
"Apa aku terlihat seperti sedang mempermainkannya?"
Gaffar pun terdiam.
***
Selesai mandi dan mengenakan pakaian yang nyaman seperti perkataan Gavier, Alenda ke luar dari kamar. Sebenarnya perasaannya masih kacau dan waswas untuk berinteraksi dengan orang lain. Dia masih ingat betul bagaimana mereka semua menatapnya seperti monster.
"Ehem, ehem," deham Alenda. Sekedar berbasa-basi agar orang lain mengetahui kedatangannya.
"Yang Mulia Ratu!!!" seru anak-anak yang langsung menyerbunya dengan pelukan.
"Ha--hah?" Alenda yang tak mengerti langsung mengedarkan pandangan, dia kebingungan dengan apa yang terjadi. Sepertinya mereka adalah anak-anak yang kemarin memanggilnya penyihir.
"Mohon maafkan perbuatan anak-anak kemarin, Yang Mulia," ucap beberapa wanita dan pria bergantian sambil membungkuk hormat pada Alenda. Entah apa yang sudah Gavier lakukan dan katakan, dia jadi merasa sangat tidak enak kepada orang-orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantastik[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...