Setelah kehilangan kesadarannya selama beberapa jam, Zata akhirnya bisa merasakan keadaan di sekitar. Rasa sakit yang ada di kepalanya juga tak separah kala dia bangun setelah mabuk semalaman. Tubuhnya terasa nyaman, mungkin karena ranjang ini lebih empuk daripada kasur yang dia pakai biasanya.
"Pingsan?" gumamnya. Perlahan dia bangkit dan menyapu pandangan. Ruangan ini sangat luas. Kalau di dunia nyata pasti para artis terkenal yang memilikinya. Walau keluarga Zata cukup kaya, dia tak pernah kepikiran memiliki kamar megah begini.
"No ... Nona!" teriak seseorang dari arah pintu. Dia berlari tergesa-gesa setelah meletakkan baskom berisi air hangat ke atas nakas, kemudian mendekati sisi ranjang Zata. "Bagaimana keadaan, Nona?"
"Gue ... ehem--"
Aku harus segera terbiasa dengan cara bicara di tempat ini, pikir Zata.
"... aku habis pingsan?"
"Benar, Nona. Saya sangat cemas. Untung ada Tuan Muda Gaffar yang tidak sengaja lewat. Beliau menggendong Nona ke sini karena kalau sampai Tuan Duke tau, beliau akan sangat marah."
Gaffar? Apa dia si buruk rupa itu? pikir Zata. Kalau sesuai dengan alur cerita yang diceritakan Inggit, sekarang Zata berada di dunia Alenda dan akan dijual ke seorang raja beringas mata keranjang di ujung benua. Kenyataannya, Zata sama sekali tak tau bagaimana akhir cerita atau konflik yang terjadi di sini. Kalau saja dia bisa memiliki sedikit ingatan dari Alenda ....
Eh, tunggu!
Zata bangkit dari tempatnya dan berjalan ke cermin besar milik Alenda. Saat menyentuh wajahnya, Zata baru sadar kalau dia sama sekali tidak memasuki tubuh Alenda. Bukan jiwanya yang berpindah, melainkan tubuhnya.
Karena wajah ini ... adalah wajah asli Zata!
"Inggit-- maksudku, Anggita!"
"Iya, Nona?" Anggita berjalan mendekat dan berdiri di belakang Zata.
"Apa benar ini wajahku?"
"Iya, Nona. Nona memang secantik ini," kata Anggita langsung.
Apa yang terjadi? Harusnya nggak begini. Apa sebenarnya aku hanya mirip dengan Alenda dan Alenda asli masih ada di sini? Kalau begitu, posisiku bahaya. Kalau Alenda asli muncul, aku bisa disebut penipu dan berakhir dibunuh. Ya, kan?! batin Zata yang sudah mengumpulkan segala kemungkinan yang akan terjadi.
"Anggita."
"Ya, Nona?"
"Aku perintahkan padamu untuk menceritakan semua hal yang kamu tau tentangku!" titah Zata pada Anggita.
"Ke--kenapa ... Nona?"
"Sebenarnya saat di hutan, aku mengalami kecelakaan." Zata menatap lurus bayangannya di cermin. "... dan setelahnya aku tak ingat apa pun tentang diriku. Bisakah kamu menceritakannya?"
Setelah mendengar itu, Anggita kembali bersujud, minta dihukum penggal karena menjadi penyebab Zata kecelakaan. Padahal Zata sengaja berbohong agar lebih mudah menjelaskan kondisinya secara logis pada Anggita. Tidak Zata sangka bahwa gadis itu akan menangis tersedu-sedu.
Tapi kalau Zata perhatikan baik-baik, wajahnya terlalu muda kalau dikatakan pindah dunia. Sepertinya, dia mengikuti alur waktu di dunia ini dan kembali saat dirinya masih berusia 14 tahun. Buktinya, masih belum ada jerawat yang tumbuh di wajahnya.
Pas banget waktu kulitku masih mulus, batin Zata.
Setelah mendengar penjelasan dari Anggita, akhirnya Zata paham akan beberapa hal yang juga sempat dijelaskan Inggit ketika dirinya masih ada di dalam bioskop.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...