"Alenda, jangan berlari! Tetaplah di sampingku! Kalau tidak, kau akan terbawa arus," ucap Gavier ke lima kalinya yang tidak Alenda hiraukan. Suasana festival di malam hari memang sangat ramai. Bahkan banyak orang berdesakan untuk melihat pawai di tengah jalan.
Di balik kerumunan itu, Alenda tak sengaja melihat seorang pria yang mirip sekali dengan Ezra, kakak iparnya. Tapi aneh, mana mungkin Ezra berada di negaranya? Dia pasti salah lihat, kan? Apalagi pria itu tampak bersama wanita yang bukan Galya. Dia pasti hanya salah lihat.
"Akhirnya ketemu!" Gavier tampak ngos-ngosan karena berlari mengikuti Alenda.
"Buka saja topengmu biar mudah bernapasnya," ucap Alenda, sengaja memancing Gavier untuk kesekian kalinya.
"Tidak-tidak! Walau tidak bisa bernapas, aku tetap akan memakainya."
"Dih, keras kepala sekali," gumam Alenda sambil memutar malas bola matanya. Dia jadi penasaran sejelek apa wajah Gavier. Padahal kalau jelek sekali, Alenda pasti akan meminta Gavier memakainya lagi.
"Kau ini nakal sekali, ya! Tolong pahami orang tua ini," kata Gavier yang lagi-lagi sok tua.
"Hei, Gavier! Kau hanya berbeda empat tahun dariku. Jangan sok tua! Lihat, rambutmu yang berwarna pirang campur coklat itu tidak ada ubannya sama sekali!" Kedua tangan Alenda terangkat untuk mengacak rambut Gavier, sebagai bukti bahwa dia tidak menemukan uban sama sekali.
"Hahaha, hentikan! Kamu mengacak-acak rambutku!"
DUAR! DUAR! DUAR!
Bunyi kembang api yang diluncurkan ke atas langit berhasil menginterupsi keduanya. Posisi kedua tangan Alenda yang bertengger di leher Gavier membuat suasana mereka canggung. Apalagi saat memerhatikan telinga Gavier yang memerah, pikiran Alenda jadi terbang ke mana-mana.
"Ba--bagus sekali kembang apinya!" seru Alenda yang langsung melepas tangannya dari Gavier. Dia kembali menghadap ke depan dengan perasaan canggung.
"I--iya, benar!" Gavier ikut bertepuk tangan walau pandangannya masih fokus pada Alenda.
Kemudian Alenda mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia melihat orang-orang bertepuk tangan dan menikmati pertunjukan kembang api. Hal itu membuat beberapa tempat menjadi sepi karena orang-orang sibuk berkumpul di sini. Hingga Alenda tiba-tiba melihat seorang anak perempuan yang digendong paksa seperti karung beras oleh pria tidak dikenal. Dia terus berteriak dan memberontak, tapi tak ada siapapun yang bisa mendengarnya.
"I--itu ... tunggu!" Alenda bergerak ke luar dari kerumunan secara paksa. Dia berusaha mendorong orang-orang agar bisa memberinya jalan, tapi langkah pria itu terlalu cepat. Sekuat tenaga akhirnya Alenda terbebas dari kerumunan.
"Bagus sekali, kan? Kita bisa menontonnya setiap tahun. Apa akan masih ada tahun depan untuk kita ...." Ucapan Gavier terhenti saat dirinya menoleh dan tidak mendapati Alenda di sampingnya. Gavier langsung mengedarkan pandang ke seluruh penjuru. Hasilnya, nihil. Alenda tak terlihat sama sekali. Sebenarnya ke mana wanita itu pergi? Bisa-bisanya dia pergì tanpa bicara pada Gavier lebih dulu.
Gavier pun segera mendorong kerumunan agar bisa ke luar. Samar-samar dia melihat rambut Alenda yang bergoyang ke atas bawah karena berlari kencang.
"Alenda?"
Gavier mulai berlari lebih cepat untuk menyusulnya. Kali ini sambil berteriak, "ALENDA!"
Langkah Gavier berhenti di depan sebuah gudang. Dia melihat Alenda yang tak sadarkan diri dengan posisi terlentang. Apa yang sebenarnya menimpa Alenda? Saat dia maju mendekat, pandangan Gavier juga berubah gelap dan ambruk di sebelah Alenda.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...