Bab 21

15.9K 2.1K 43
                                        

- Part ini untuk pembaca berusia 18+, yang belum berusia tersebut mohon dengan bijak melanjutkan ke chapter selanjutnya -

-----

"Nah, aku ingin memberimu peringatan untuk tidak memberitahu tentang wajah aslinya agar tidak membangunkan Adires."

Sepanjang perjalanannya menuju kamar, pikiran Alenda diliputi oleh perkataan kaisar tadi. Walau acara sudah selesai dan seluruh tamu telah meninggalkan istana, perasaan Alenda tidak bisa tenang karena sampai sekarang Gavier menghilang. Saat bertanya pada para pengawal, mereka melihat Gavier masuk ke dalam ruang kerjanya, tapi Alenda sudah memeriksanya di sana dan tidak menemukan keberadaannya.

Alenda membuka pintu kamar dengan kedua tangannya. Dia lihat ruangannya yang gelap karena cahaya yang belum dinyalakan. Baru saja selesai menutup pintu, tubuh Alenda di balik dan dikurung di antara kedua lengan Gavier. Punggung Alenda yang menempel dinding jadi membuat jaraknya dengan Gavier sangat dekat.

"Ga--Gavier? Kamu dari mana aja?"

Dia ngapain, sih? Deket banget! Kan jadi keinget Galya dan Ezra tadi!

Bukannya menjawab, Gavier malah mengangkat dagu Alenda agar menghadap wajahnya. Kemudian mata Gavier terpejam dengan wajah yang kiat mendekat.

Hah? Hah? Udah waktunya? Serius gue bakal dapet first kiss dari cogan? Aaaa gue gugup banget!

Tak tau harus melakukan apa, Alenda pun mengikuti alur suasana. Dia mulai memejamkan mata seperti Drama Korea yang pernah dia tonton di dunia asalnya.

Sama nggak, ya? Bener nggak ya gue ntar? Nol pengalaman banget!

Merasa hembusan napas Gavier berhenti berada di dekat wajahnya, Alenda pun kembali membuka matanya. Apa Gavier mengurungkan niat? Alenda jadi kecewa.

"Jadi, benar ...," gumam Gavier.

"Apa? Arrrgg-"

Gavier mencekik leher Alenda dengan sebelah tangan sampai tubuh Alenda terjinjit ke atas.

"Ga-- Gav--- engggh-- arrgh! To---tolong lepas!" Alenda berusaha sekuat tenaga menjauhkan tangan Gavier darinya. Tapi tatapan yang ia peroleh bukan lagi tatapan hangat dari Gavier yang berjanji untuk memberikan nyawa pada Alenda.

"Gav--Gavi-- kenapa?!"

"Kau sudah mengetahuinya, jadi aku harus membunuhmu."

"APA?!" Alenda menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri agar Gavier segera melepaskan tangannya. "JANGAN MEMBUNUHKU! ADIRES JELEK!"

Alenda segera menutup mulutnya kala sadar bahwa dirinya baru saja keceplosan. Kalau sedang kesal dia memang suka tanpa sadar mengumpat.

"Jelek? Aku jelek?" tanyanya yang terkejut.

Jawab apa, ya? Kalo ganteng nanti dia ngamuk, kalo jelek apa dia bakal ngamuk juga?

"Me ... menurutmu bagaimana?!"

Gavier melepas cengkramannya pada leher Alenda. Spontan Alenda mengambil napas dalam-dalam dan menetralkan jantungnya yang hampir copot. Dia mengelus lehernya yang terasa sangat sakit.

"Makhluk apa kau?" Gavier mendekat dan mengendus-endus puncak kepala Alenda. Lantas Alenda segera mendorong Gavier menjauh darinya, sebagai tindakan pencegahan agar kejadian barusan tak terulang.

"Wah, kau mendorongku?"

"Maaf, barusan terlalu dekat. Jadi tidak aman untuk jantungku," dalih Alenda.

"Kau lemah? Punya penyakit jantung, ha?"

Gaya bicaranya benar-benar berbeda dengan Gavier. Kalau dalam kondisi seperti ini, Gavier asli pasti akan berucap lembut padaku.

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang