Bab 56

6.8K 1.1K 85
                                    

"Gue masih nggak percaya."

Zata mengangguk dua kali. "Aku paham mengapa kamu sulit percaya. Aku yang sudah mengalaminya sendiri saja masih sulit mempercayainya sampai sekarang."

"Ya iya lah! Lagipula, apa lo punya bukti kalau lo benar-benar masuk ke film itu? Bisa jadi ini semua cuma imajinasi lo karena terlalu hanyut sama film, kan?" kata Inggit. Walau dia tidak percaya, tapi dia tetap penasaran untuk mengusut hal ini sampai tuntas.

"Mungkin ada beberapa buktinya." Ucapan Zata membuat bola mata Inggit melebar. "Pertama, apa kau ingat saat film selesai, aku tidak lagi mengenakan kacamata tiga dimensi? Apa kau bahkan melihat di mana posisi kacamata itu?"

Inggit mulai mengingat-ingat. Apa yang dikatakan Zata benar. Dia memang sempat bingung karena Zata tidak lagi menggunakan kacamata saat film hampir berakhir. Tapi bisa saja itu karena kacamatanya sudah dia buang, kan?

"Memangnya di mana kacamata lo?" tanya Inggit.

"Di dalam film. Saat pertama kali masuk dan berdiri di hutan, aku melepas kacamata itu di sana."

"Haah ... itu tetap nggak masuk akal."

"Apa di film ditunjukkan kalau ada beberapa barang modern yang tersesat sampai sana?" tanya Zata.

Kening Inggit kembali mengerut. "Barang modern? Nggak ada, tuh."

"Nah, ini bukti keduanya. Di sana ada banyak sekali barang modern yang asalnya tidak jelas. Seperti ponsel, setrika, colokan, dan masih banyak lagi. Aku bingung asalnya dari mana, tapi mereka bilang itu muncul dari pegunungan utara kalau bukan dari langit. Dan yang berusaha untuk Gavier sembunyikan di ruang bawah tanah adalah ponsel beserta kristal manis yang gunanya untuk mengisi daya."

Inggit menelan salivanya. Entah mengapa cerita Zata mulai terdengar nyata bagaimana pun dia memikirkannya.

"Kalau gitu, kalau lo bener-bener masuk ke film, lo pasti tau semua hal yang terjadi di sana, kan? Kalo gue tanya, berarti lo bisa jawab, kan?"

Zata mengembangkan senyumnya lalu mengangguk.

"Pertama, gue paling penasaran sama kaisar. Kenapa dari awal dia kayak gencar banget ngedeketin Alenda? Bahkan sampai akhir pun dia mati di tangan Alenda," kata Inggit, ekspresinya lebih serius dibanding awal tadi. Sepertinya dia mulai percaya.

Zata pun mulai menjelaskan. "Jadi, kalau menggunakan bahasa era sekarang, kaisar itu bisa dibilang sedikit memiliki gangguan mental. Kau tau kan di dalam film kalau kaisar itu teman akrab Adires, kepribadian lain dari Gavier? Nah, dari awal, tujuan dia meminta bantuan Adires untuk membunuh kaisar terdahulu adalah untuk menekan kemampuan Adires yang jauh lebih hebat dari kaisar. Adires itu mampu menguasai kekuatan Dewa Ares, sehingga hal itu bisa menjadi ancaman untuk kaisar. Kaisar yang sejatinya sudah sangat sibuk mengurus benua beserta para istri-istrinya terlalu tertarik sekaligus terintimidasi oleh keberadaan Adires. Dia bahkan sampai menikahi Permaisuri Nindy dengan berbagai alasan untuk membenarkan tindakannya. Alhasil, saat dia melihatku sebagai Alenda, dia tertarik karena aku menolaknya dan selalu setia di sisi Gavier."

"Tapi itu masih nggak masuk akal. Dari awal kaisar kayak baik-baik aja. Malah menurut gue dia karakter yang asik," ucap Inggit.

"Kau ingat soal perserikatan raja-raja yang dibentuk setelah kaisar mati dan benua kehilangan pemimpin? Nah, sebelum kaisar baru ditunjuk, terbentuklah suatu kelompok yang bertugas menyelidiki apa yang terjadi pada kaisar. Hal itu membuat mereka menemukan banyak hal tentang kaisar yang disembunyikan. Tapi tentang masalah ini memang aku tidak tau banyak karena Gavier tidak menjelaskan lebih lebar. Dia bilang, itu tidak penting," ujar Zata, tentu dia mudah menjawab semua pertanyaan Inggit karena berada langsung di lokasi.

The Beast & His SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang