"Hola!"
Bahu Resta bergetar saat seseorang menepuk bahunya secara tiba-tiba dari belakang. Spontan pria itu berbalik dengan wajah marah, tapi ekspresi itu langsung sirna setelah melihat siapa yang mengejutkannya.
"Zata?" Resta mengembangkan senyumnya. "Kenapa lo bisa di sini?"
Zata menggoyang-goyangkan kotak berisi kue coklat di sampingnya. "Aku bawa ini buat Kakak."
Lantas Resta menerima kotak itu. Ketika dibuka, ada kue coklat yang tampak enak. Kebetulan sekali Resta suka yang manis-manis. "Buat gue? Dalam rangka apa?"
"Emm ...." Zata maju satu langkah lebih dekat. "Waktu itu ... aku pergi tiba-tiba karena ada urusan mendadak. Makanya nggak sempat kasih tau Kakak. Maaf, ya?"
"Beneran karena urusan mendadak? Bukan karena terjadi sesuatu?" tanya Resta sembari mengangkat sebelah alisnya. Padahal sudah jelas dia tau penyebab Zata menghilang adalah karena Gavin.
"Iya. Betulan karena ada urusan mendadak," ucap Zata dengan mata polosnya. Melihat itu, Resta jadi tak ingin memperpanjang topik ini.
"Kalau gitu, mau masuk dulu?"
Zata tersenyum dalam hati. Dia mengangguk dua kali lalu mengekor langkah Resta yang lebih dulu berjalan. Keduanya menaiki anak tangga yang ada di teras rumah Resta. Memang saat mengobrol tadi, mereka berdua sedang ada di halaman rumah Resta. Pria itu baru selesai lari pagi dan kebetulan tidak ada kegiatan.
"Resta kamu--" Suara itu terhenti ketika melihat Zata yang berdiri di samping Resta. "Loh?"
"Oh, Ma, kenalin dia Zata. Junior Resta di kampus," ucap Resta yang mengenalkan Zata. Tanpa menunggu lama, Zata mencium punggung tangan Alena.
"Halo, Tante. Saya Zata," ucapnya yang disertai senyum manis. Kalau tau beliau adalah orang tua dari Resta dan Gavin, Zata jadi merasa seperti bertemu mertua. Tapi, kenapa rasanya tidak asing, ya? Apa tanpa sengaja Zata pernah bertemu dengan beliau?
"I--iya."
"Ya udah. Aku mau bawa Zata ke atas dulu, ya, Ma." Tanpa beban Resta merangkul Zata. Sontak mamanya menghadang langkah mereka berdua.
"Mau ngapain kamu bawa anak cewek ke kamar?" ucap Alena dengan tatapan mengintimidasi.
"Mama tenang aja. Kan bukan sekali ini Resta bawa cewek," ucap Resta yang sangat santai. Zata sendiri heran. Bisa-bisanya ada anak laki-laki sejujur dan sesantai ini pada mamanya tentang kebrengsekannya.
"Dia beda. Mama nggak ngebolehin." Alena langsung menarik Zata menjauh dari Resta. Hal itu tak hanya membuat Resta terkejut, tapi Zata juga.
"Mama kenal dia?"
"Ya." Zata dengan muka cengonya menatap lekat perempuan yang masih menggenggam lengannya ini. "Jadi kalau mau ngobrol, di sini aja. Mama awasin dari dapur."
"Lah? Nggak bisa, dong. Dia kan tamunya Resta." Resta masih belum terima. Padahal tujuan Zata mendatanginya pasti bukan hanya untuk bicara.
"Kalau nggak setuju, Zata pulang aja." Titah dari Alena seolah tak terbantahkan. Zata jadi merasa tak enak sekaligus bingung.
"A--anu, Tante ...," celetuk Zata yang berusaha menengahi perdebatan di depannya. "Sebenarnya saya yang minta dibawa ke kamar Kak Resta."
Kali ini yang terkejut adalah Resta dan Alena. Tak menyangka gadis ini bisa mengungkapkan hal itu tanpa pikir panjang.
"Kamu ... ehem, kamu suka banget sama anak saya?" tanya Alena yang masih tak percaya.
Zata melirik Resta. Kalau dibilang suka, Zata hanya suka wajahnya saja yang mirip Gavier. Untuk yang lainnya, tidak sama sekali. Mana mungkin Zata menyukai cowok murahan yang sudah jadi bekas sana-sini?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasi[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...