"Alenda?"
Langkah Alenda berhenti di depan ruang kaisar, tempat dia dan Gavier tadi datang. Dilihat dari caranya memanggil dan tatapan lembutnya, pria itu benar-benar Gavier.
"Kau sudah selesai, Gavier?"
Gavier mengangguk. "Yang Mulia Kaisar ada di dalam, dia ingin bicara denganmu. Aku harus mengunjungi Panglima Kekaisaran, Martin."
"Baiklah, aku akan menunggumu."
Sebelum Alenda benar-benar memasuki ruangan, Gavier menahan lengannya. "Kalau kaisar mengatakan sesuatu yang tidak perlu, jangan mempedulikannya. Dia hanya bicara omong kosong. Menjadi kaisar bukan berarti bisa semena-mena kepada orang lain."
Alenda tau kalau Gavier mencemaskannya. Mungkin dia punya sedikit ingatan yang dimiliki Adires tentang kebencian pria itu terhadap kaisar. "Tenang saja, aku bisa mengatasinya sendiri."
Setelah mengatakan itu, Alenda masuk ke ruangan kaisar. Di sana dia bisa melihat sang kaisar yang duduk di singgasana, menanti kedatangan Alenda. Semakin langkah Alenda berada di dekatnya, senyum kaisar semakin lebar.
"Saya menghadap, Sang Pemimpin Benua," ucap Alenda.
"Alenda, bagaimana kabarmu?"
Sebenarnya dia sangat terkejut dengan karakter yang dimiliki kaisar. Biasanya, seorang pemimpin tertinggi punya sifat tegas, pemarah, atau bahkan mendapat julukan seorang tiran. Tapi kaisar yang dia temui di dunia ini sangatlah berbeda dari cerita biasanya. Kaisar yang tampan dan memiliki segalanya dari kecil ini sangat ramah pada semua orang, khususnya perempuan. Bahkan dia sering dijuluki 'Sang Pemikat Wanita'. Kata-kata itu terdengar konyol bagi Alenda yang pernah menolak lamaran kaisar beberapa waktu lalu.
"Saya baik-baik saja, Yang Mulia. Bagaimana dengan Anda?"
"Yah ... tentu saja masih terluka dengan penolakanmu," ucap kaisar dengan santai. Sifat unggulnya adalah menyebalkan karena suka menggoda lawan.
"Yang Mulia! Saya tau kalau Anda berbohong."
"Benarkah? Bagaimana kau tau? Kau kan tidak bisa melihat dan merasakan apa yang kurasakan padamu."
Alenda melipat tangannya dengan santai. Dia jadi bersikap nyaman karena kaisar benar-benar memperlakukannya seperti manusia dengan kedudukan sama. "Orang yang jatuh cinta itu ... bisa dilihat dari matanya. Bagaimana cara dia menatap, bertingkah, atau bahkan bicara pada orang yang dicintai. Pastinya sangat berbeda."
"Oh, ya?"
"Anda tidak tau? Padahal Anda punya banyak istri."
"Kau pasti tau kalau bagi seorang kaisar, istri dari pernikahan-pernikahan politik adalah sebuah formalitas untuk membentuk hubungan baru dan menjalin banyak keuntungan. Terutama untuk melahirkan keturunan dan penerus," ungkap kaisar. Entahlah, untuk pertama kali dia merasa bahwa akan baik-baik saja mencurahkan apa yang dia rasakan pada Alenda. Rasanya nyaman saja.
"Begitu, ya? Walau tidak adil, Anda pasti juga tak punya pilihan," ucap Alenda. Hal itu membuat kaisar terkejut dan kembali mendongak.
"Kau tidak memakiku ...."
"Kenapa saya harus memaki Kaisar?"
"Karena aku adalah pria brengsek yang sudah menyakiti banyak hati wanita?" ujar kaisar yang lebih seperti pertanyaan balik.
Alenda menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal. "Yah ... iya juga, sih. Kalau disebut brengsek, sepertinya Anda pantas mendapat julukan itu. Tapi di luar sana, saya sudah pernah menemui orang-orang yang jauh lebih brengsek dari Anda."
Alenda mengingat tentang banyaknya pelecehan, pemerkosaan, kasus perkawinan di luar nikah sehingga rela membuang anaknya atau melakukan aborsi. Ada juga yang berselingkuh dari pasangannya padahal sudah menikah dan ada yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...