"Apa kau tidak pernah dengar kalau Yang Mulia Raja itu sebenarnya pembunuh?" ucap salah seorang pelayan yang sedang mengelap meja.
"A--apa?! Hei, apa kau benar? Aku tak pernah tau itu!"
Pelayan yang tadi bicara langsung menghadap teman kerjanya sambil berkacak pinggang. "Dengarkan aku! Dulu ada rumor yang menyebar soal mendiang Yang Mulia Raja dan Ratu. Katanya mereka berdua mati ketika bersama Yang Mulia Hephaestus sekarang."
"Bagaimana bisa beliau selamat sendirian? Beliau kan masih anak-anak!"
"Aneh, kan? Apalagi beliau juga menolak penyelidikan untuk mencari tau siapa pelakunya. Banyak orang berpikir bahwa sesuai rupanya, mungkin hati Yang Mulia juga busuk. Jadi kau harus berhati-hati dengannya sebelum dirimu ingin mati mengerikan seperti orang tuanya."
"EHEM!" deham Aezarus yang baru saja menyambut kedatangan Alenda dan Gavier. Mereka sudah mendengar semua yang dikatakan para pelayan. Walau Gavier memilih diam mendengarkan, Alenda sadar bahwa pria itu pasti sedih. Alenda yakin dia punya alasan mengapa menolak penyelidikan yang dilakukan untuk orang tuanya.
Membayangkan bagaimana Gavier bisa bertahan di dalam kastel ini sejak kecil membuat dada Alenda sesak. Setiap kali mereka berbincang pun, Alenda bisa tau bagaimana Gavier sangat membenci dan merendahkan dirinya sendiri. Pasti sudah banyak kata-kata tidak pantas yang dilayangkan untuknya. Bagaimana mungkin Gavier masih bisa bertahan dengan kepala tegak seperti itu?
Langkah Alenda terhenti. Membuat Gavier menoleh dan Aezarus ikut menghentikan langkahnya.
"Ada apa, Istriku?"
Alenda berjalan ke hadapan Gavier lalu berjinjit. Dia menutup kedua telinga Gavier dan mendekatkan kepalanya ke salah satu telinga pria itu. "Makan di mana yang enak?"
Gavier bingung dengan pertanyaan Alenda. "Makan di ruang makan?"
Alenda menggeleng. "Makan di telan!"
Setelah mengatakan itu, Alenda menjauhkan dirinya diiringi tawa renyah. Gavier tak menyangka bahwa melihat orang tertawa rasanya bisa sesenang ini. Sejak kapan ya Gavier berpikir bahwa dia sangat beruntung bertemu gadis ini? Apa saat menyelamatkan Alenda kala hampir dimakan iblis? Atau saat pengucapan janji suci mereka di altar?
Gavier tak tau sejak kapan pandangannya hanya tertuju pada Alenda, tapi dia sangat percaya pada hatinya yang mengatakan bahwa tak ada gadis lain yang memiliki tawa secantik Alenda.
"Hahaha!"
"Jadi, itu pertanyaan jebakan?" ucap Gavier dengan senyum lebar.
"Sudah kubilang untuk tetap melihat dan mendengarku saja, tapi kamu melanggarnya."
Gavier menunduk sebentar, dia sempat melupakan itu karena belum terbiasa. "Maaf."
"Tidak masalah. Jangan mengulanginya lagi, ya!" Alenda mengambil tangan Gavier dan menggenggamnya.
Gavier memperhatikan jari-jari Alenda yang menggenggamnya. Rasanya hangat, Gavier tak ingin melepasnya. Dia ingin terus memiliki rasa hangat ini dalam waktu lama.
Bolehkah?
***
Pesta penyambutan yang dibuat oleh Alenda untuk Gavier telah siap. Malam ini mereka mengundang banyak orang untuk menikmati indahnya Istana Matahari milik Kerajaan Disappear. Tentunya Alenda juga mengundang keluarganya dan keluarga kekaisaran untuk datang. Mereka adalah tamu utama Alenda hari ini.
"Kau sudah siap?" tanya Alenda kala melihat wajah pucat Gavier. Karena topeng milik pria itu hancur, dia harus meminta pelayan pribadinya memesankan topeng khusus secepatnya. Siapa sangka malam ini topeng itu belum jadi sehingga dia hanya bisa menutup wajahnya dengan topeng penutup mata saja. Berkat Alenda, dia sedikit merasa percaya diri. Tapi tentu saja pandangan orang lain akan sangat berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beast & His Secret
Fantasy[REUPLOAD, BURUAN BACA!] Zata Nandari adalah gadis metropolitan yang menganut kebebasan tinggi dalam hidup, yang mana pemikiran itu dia peroleh karena dimanjakan oleh kasih sayang orang tua sejak kecil. Sehingga dia tak takut apa pun dan senang meni...