38. Permintaan Maaf

6 0 0
                                    

istirahat dulu, ya. Aku haus," ucap Bintang.

Anna mengangguk. Sudah sekitar seminggu dia lepas kontak dengan kekasihnya. Sejak kejadian rooftop itu Anna tidak mengaktifkan sosial medianya sehingga ia tidak tahu jika ada pesan atau telepon masuk.

Saat ini Anna dan Bintang sedang menyiapkan penampilan mereka untuk festival yang akan dilaksanakan dalam wakgu dekat.

"Ini." Bintang menyodorkan sebotol minuman dingin. Anna menerimanya.

"Terima kasih "

Hari beranjak semakin gelap, jam menunjukan pukul sepuluh malam. Anna sedang sibuk melihat ponselnya, ia tengah memesan jasa antar jemput dari sana. Namun, tidak satupun menerimanya, mungkin karena sudah terlalu malam dan di luar juga turun hujan. Kampus sudah sepi kecuali beberapa panitia yang sedang bersiap untuk acara besok tentunya.

"An, ku kira latihan ini sudah cukup. Aku akan pulang dengan temanku. Kau tak apa jika aku tinggal?"

Anna mengangguk, padahal dalam hatinya ia berharap Bintang akan mengajaknya pulang bersama. Keputusannya tak membawa motor ternyata salah. Ini membuatnya kerepotan sendiri.

Anna meminta Zion dan Adi menjemputnya. Tapi mereka berdua sama-sama tidak bisa. Jadi mau tidak mau Anna harus pulang sendiri malam ini.

"Annaaa! Tidak pulang?" Tanya gadis berambut pendek yang sedang bersama pacarnya.

Mereka adalah Una dan Gyan, teman baru Anna. Sekarang ini, Anna sudah mulai terbuka dengan lingkungan sekitarnya. Ia mulai mau berinteraksi dengan orang lain dan bersikap sedikit hangat.

"Sebentar lagi," jawab Anna.

"Kalau begitu aku duluan, ya." Una tersenyum manis lalu pergi dari sana dengan Gyan.

Tidak lama kemudian sebuah mobil beehenti di depan Anna yang sedang duduk sendirian di dekat gerbang kampus, tanpa basa-basi sang oengemudi membuka pintu mobilnya dan menarik Anna agar masuk ke mobil.

"Apa-apaan?" Kata Anna yang sudah memasang posisi menyerang. Namun saat ia melihat sang pengemudi ia hanya diam.

"Hai, kak!"

Gia menyapa Anna dengan wajah polos tanpa rasa bersalahnya.

"Kenapa baru pulang?"

"Ada urusan."

"Kenapa tidak membawa motor?"

"Sedang di perbaiki"

"Kenapa tidak me~"

Anna memutar bola matanya malas. "Sampai kapan kau terus bertanya? Aku ingin pulang."

"Ya maaf habisnya aku rindu kau, Anna," saut Gia lalu menjalankan mobilnya.

"Siapa suruh sibuk bersama princess-mu itu." Anna menyandarkan tubuh lelahnya dan memejamkan mata.

"Apa? Princess-ku itu hanya kau tahu, kak."

"Sayangnya aku hanya seorang j*lang, benar?" Celetuk Anna mengingat kejadian tempo hari. Gia tak menjawab.

Hari ini sangat melelahkan bagi Anna. Tubuhnya lelah karena banyak berlatih, otaknya lelah memikirkan rencana untuk mengatasi agen nomor satu dan hatinya lelah memikirkan Gia.

"Apa kau tertidur?"

Gia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Ia mengelus lembut rambut Anna dan menyelimuti tubuh gadis itu dengan jaket miliknya.

"Aku merindukanmu. Maaf, soal tempo hari." Bisik Gia lalu mengecup kening Anna.

Anna mengerjapkan mata saat ia merasakan tubuhnya seakan melayang di udara. Mereka sudah sampai, Gia menggendong tubuh Anna lalu membawanya masuk. Dia membaringkan Anna perlahan.

"Eh, kenapa bangun? Lanjutkan saja, sayang."

Anna menggeleng. Anna masih kesal pada Gia tapi di lain sisi ia merindukan pria itu. Apa yang harus ia lakukan?  "Mau langsung pulang?"

Gia mengangguk, Anna menghela nafas lalu menutup wajahnya dengan bantal. Anna tak menyangka jatuh cinta akan merepotkan. Perkara kecil saja bisa membuat hidupnya terganggu.

Gia mengerti, ia duduk di sebelah tubuh Anna yang terbaring. "Rindu? Kau ingin aku tetap di sini, kak?"

Anna mengintip dan hanya menunjukkan separuh dari wajahnya yang terhalang bantal. Ia menatap tajam Gia. "Sejujurnya, aku masih kesal dengan perkataan tajam mu itu."

"Maaf, Anna. Aku termakan ocehan Naya."

Anna bangun dan mencari posisi duduk yang nyaman. "Jangan menyalahkan orang. Sudah jelas, itu terucap dari sini," kata Anna lalu menyentil bibir Gia.

Baru saja ia akan protes tapi Anna dengan sigap memotongnya, "Lain kali lebih cerdaslah sedikit. Apa kau tahu, mentalku jatuh hanya karena perkataanmu. Sekarang ini aku hanya wanita biasa. Dengan sedikit kata tajam saja sudah cukup membuat hidupku terganggu. Apalagi jika kata itu terucap darimu."

"Maaf."

Gia menatap telapak tangannya lalu menatap Anna. "Tangan ini sudah menyakiti tubuhmu. Kau bisa membalasku, kak."

Anna menggeleng. "Mungkin lain waktu, rasa sakit dari tanganmu tidak terlalu berarti. Dan sialnya saat ini aku merindukanmu."

Gia tersenyum riang lalu memeluk Anna. Anna membalas pelukan Gia. Mereka terdiam dengan posisi masih berpelukkan, saling menyalurkan rasa rindu yang terpendam selama beberapa hari ini.

"Besok kau akan datang  kan? Aku akan tampil, aku menyiapkan sesuatu untukmu,' bisik Gia.

Anna mengangguk.

"Kalau begitu aku pulang, ya. Good night." Pamit Gia lalu melepas pelukannya.

"Tidak menginap saja? Di luar hujan," ucap Anna yang terkesan menahan Gia agar tidak pergi dari sana.

"Aku harus kembali ke kampus dan menginap di sana," jawab Gia.

"Sibuk terus... heran, diperbudak kampus kok mau," cibir Anna lalu kembali berbaring dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. "Cih, pergi saja kau sekarang! Rindu ini sudah hilang."

Gia terkekeh melihat tingkah gadisnya lalu Ia pun berjalan menuju pintu.

"Aku juga merindukanmu," ucap Gia sebelum ia benar-benar keluar dari sana.

Anna mengintip dari balik selimutnya. Gia berbalik dan tersenyum menatap Anna lalu pergi dari sana. 

"Menyebalkan," lirih Anna lalu tertawa kecil.

"Tidurlah, kak! Jangan tertawa sendiri saat malam. Aku tahu hatimu sedang senang. Tapi sisakan untuk besok."

Anna berdecak sebal setelah mendengar suara Gia dari balik pintu. Ia tersenyum tipis, sial! Anna rasa ia sudah gila.

Anna pasti akan datang untuk melihat Gia, ia sudah tak sabar untuk menjalani hari esok. Ia juga sudah menyiapkan sesuatu untuk Gia dan ia harap, Gia akan menyukainya.

Semoga saja besok akan berjalan lancar dan tak ada hal buruk yang akan terjadi nanti. Anna menghela nafas lalu mulai tertidur. Ia rasa malam ini dia bisa tidur dengan tenang. Semoga saja...

To be continue
Vote n comment guys
Thanks for reading

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang