"Bisa tolong fokus padaku saja? Sekedar informasi, aku benci diabaikan," ucap Anna lalu berdiri dan hendak pergi dari sana.
Gia mengalihkan pandangannya dari ponsel dan menahan tangan Anna, "Eh, maaf. Sudah selesai, kok. Jangan marah, kak!"
Anna menatap Gia bingung.
"Marah? Apanya yang marah? Filmnya akan segera dimulai," jawab Anna sambil menunjuk jam yang tertulis di dalam tiket.
Anna tidak bisa marah hanya karena diabaikan. Mungkin ada hal yang penting yang diprioritaskan Gia. Dan mungkin itu juga privasi jadi Anna tak banyak bertanya. Ya walau ia agak kesal.
Gia tersenyum riang kemudian menggenggam lengan Anna dan membawanya kembali ke gedung bioskop.
"Hehe... aku kira kau marah tadi."
Mereka pun memasuki ruang teater dan mencari nomor kursi sesuai tiket.
"Hey, kak! Kenapa kau memilih duduk di pojok? Apa kau ingin bermesraan denganku disini?" Goda Gia dengan suara pelan.
"Agar aku bisa tidur dengan nyaman. Jangan berpikir aneh-aneh, baby."
Anna menyentil pelan kening Gia lalu membenarkan posisi duduknya.
"Aww... sakit, kak!!!"
"Bisa tolong kecilkan suaramu, tuan? Film nya sudah mau dimulai," tegur seseorang di sebelah Gia dengan nada sebal dan wajah sinisnya.
Anna menahan tawa nya melihat sang kekasih ditegur wanita itu.
"Apa? Ish, jangan tertawa!" Rengek Gia.
Anna terkekeh lalu mengelus pucuk kepala Gia. Setelah itu mereka fokus pada film yang mengkisahkan percintaan seorang gadis dengan sahabatnya. Membiarkan Gia menentukan film yang akan ditonton adalah kesalahan.
Anna terus saja menguap. Menurutnya film ini sangat menjenuhkan, hanya kisah cinta remaja yang penuh omong kosong. Dimana letak serunya?
Anna menatap Gia yang sedang serius menonton film tersebut sambil memakan popcorn caramel. Anna tersenyum tipis lalu menaruh kepalanya di pundak Gia. Awalnya pria itu kaget. Tumben sekali pikirnya. Tapi setelah itu. Ia hanya tersenyum dan kembali meneruskan menonton filmnya.
Rasa kantuk Anna semakin besar, perlahan ia pun mulai tertidur.
Anna membuka matanya saat merasakan guncangan di sandarannya. Ia melihat Gia sedang tersedu-sedu.
"Apa yang membuatmu menangis?" Tanya Anna dengan suara seraknya lalu memindahkan kepalanya bersandar pada kursi.
"Huaa, kenapa endingnya sangat memilukan," keluh Gia dengan nada sedihnya.
"Ending apa?"
"Tentu saja filmnya, kak!"
Anna mengalihkan pandangannya ke layar besar di depan sana yang menampilkan ending song dengan rentetan nama aktornya. Jadi filmnya sudah selesai? Secepat itu kah?
"Pokoknya kalau kau ada apa-apa. Kau harus bilang padaku! Jangan sampai seperti film tadi itu. Jangan pernah menyembunyikan apapun dariku," ucap Gia.
Anna menggenggam tangan Gia lalu mengangguk sambil tersenyum ragu. Sejujurnya Anna ingin memberitahu segala tentang dirinya pada Gia. Namun, keadaan Anna saat ini tidak memungkinkan untuk melakukan itu. Ada beberapa hal yang hanya perlu diketahui Anna seorang.
Setelah menonton, mereka pergi berkeliling untuk membeli beberapa barang. Mereka hanya berkeliling selama satu jam saja, sebenarnya Gia masih ingin membeli beberapa barang untuk Anna. Tapi Anna terus saja merengek ingin makan. Setelah tidur dan berkeliling perutnya terasa lapar. Padahal tiga jam yang lalu, Anna baru saja makan.
Anna memesan seporsi ramen sedangkan Gia hanya memesan sebuah minuman cokelat.
"Emm... sebentar ya, kak. Aku ada urusan. Jangan kemana-mana."
Pamit Gia setelah mengecek ponselnya. Tadinya Anna ingin bertanya, kemana ia akan pergi. Tapi niatnya itu ia urungkan. Ia tak mau Gia menganggap dirinya sebagai orang yang terlalu mencampuri urusan orang.
Tak perlu waktu lama, ramen yang Anna pesan tadi sudah habis dimakannya. Anna mengeluarkan sebuah kotak berisi gelang lalu menatapnya ragu dan berkata,
"Apa Gia akan menyukai ini?"
Anna mengedarkan pandangannya ke sekitar, tapi ia tak kunjung menemukan sosok yang ia cari. Kemana pria itu? Apakah perutnya mulas lalu ia mengantri di toilet?
"Sial, kenapa dia sangat lama."
Ini sudah satu jam lebih Anna menunggu Gia, ia sudah mencoba menelepon Gia tetapi pria itu tak kunjung menerima teleponnya. Anna mendengus sebal ia memutuskan untuk pergi dari sana. Ia harus segera pergi, selain kesal dengan Gia, ia juga ada janji dengan CL dan Zion. Maka dari itu, Anna meminta Zion menjemputnya.
Anna memasukkan kembali gelang tadi dan tersenyum miris.
"Padahal aku ingin segera memberikan ini," lirih Anna lalu berjalan keluar dari rumah makan Jepang itu.
Baru saja sampai pintu depan, langkahnya terhenti saat berpapasan dengan pria yang sejak tadi ia tunggu.
"Kak, mau kemana? Lama ya? Maaf... " ucap Gia dengan wajah bersalahnya.
"Ya, sangat lama," sinis Anna sambil terus menatap tajam wanita di belakang Gia. Itu adalah Naya, mengapa ia bersama Gia?
"Tadi dia memintaku untuk memilih flashdisk yang bagus dan membeli beberapa perlengkapan untuk dokumentasi saat festival nanti, kak. " Jelas Gia seolah tahu apa yang ada didalam kepala Anna.
"Maaf menganggu kencanmu sayang," ucap Naya dengan nada merendahkan
"Ini milikmu. Aku ada urusan," kata Anna lalu menyerahkan barang belanjaan milik Gia.
Jika boleh jujur, Anna sedikit kecewa. Anna mengerti soal kesibukan Gia saat ini. Ia juga tak heran jika Gia pergi bersama Naya. Tapi kenapa harus berdua saja? Padahal panitia festival itu tak hanya mereka berdua kan? Apakah yang lain tidak bisa diandalkan? Dan kenapa Gia harus menghancurkan kencannya dengan meninggalkan Anna sendiri di rumah makan dan membiarkannya menunggu lama? Padahal, Anna tak masalah jika Gia memintanya untuk menemani Gia berbelanja kebutuhan festival. Tapi ya sudahlah...
"Kau marah? Ada urusan apa? Biar ku antar."
Anna berdecih sebal dan menampilkan seringainya. Percuma saja, Anna terlanjur kesal. Sepertinya pria ini memang tidak bisa menghabiskan waktu berdua tanpa gangguan orang lain. Dan sialnya gangguan itu adalah Naya.
"Bukan urusanmu. Lanjutkan saja urusanmu dengan wanita ini dan bersenang-senanglah," ucap Anna dengan penuh penekanan. Anna pergi begitu saja dan segera mencari Zion yang sudah menunggunya.
To be continue.
Don't forget to vote, like and comment.
Give your support plz.
Thanks for reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN'S MEMORIES
Mystery / ThrillerAnnasya ialah gadis bersorot tajam yang menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Sosoknya begitu dingin sampai membuat hatinya perlahan membeku. Sampai akhirnya sosok dinginnya perlahan mencair tatkala Algia masuk ke dalam hidupnya dan mulai membongk...